Karakterisasi Beras Analog Optimum
Analisis Fisik dan Kimia
Hasil analisis fisik dan kimia beras analog, beras analog komersil Beras Cerdas, dan beras sosoh dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Karakteristik fisik dan kimia beras analog Karakteristik
Beras analog
a
Beras cerdas Beras sosoh
Kadar air 4.22
13.44 11.22
b
Kadar abu bk 2.07
0.68 0.56
b
Kadar lemak bk 5.36
0.75 1.37
c
Kadar protein bk 11.4
4.14 8.66
c
Serat pangan 13.3
5.44 0.80
c
Total fenol 0.05
0.04 -
α-tokoferol mg100 g 1.00
- -
ϒ-oryzanol µgg sampel 48.70
- -
Derajat gelatinisasi 59.41
62.01 64.21
c
Kecerahan 48.90
59.33 60.31
a
Amilosa 28.02
21.60 23.22
Sumber:
a.
Hasil analisis peneliti,
b
Sumber : Ohtsubo 2005,
c
Liuet al. 2011 Analisis fisik yang dilakukan adalah analisis tingkat kecerahan.Tingkat
kecerahan merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan penerimaan beras.Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan bahwa tingkat
kecerahan beras analog lebih rendah dibandingkan beras sosoh.Nilai kecerahan pada beras analog, beras cerdas, dan beras sosoh berturut-turut adalah 59.41,
59.33, dan 64.21.Tingkat kecerahan yang rendah pada beras analog disebabkan karena adanya penambahan tepung kedelai dan bekatul.Penambahan tepung
kedelai dapat menyebabkan reaksi Maillard bila dilakukan pemanasan suhu tinggi Widaningrum et al. 2005; Bressani 1990. Protein asam amino dan pati gula
pereduksi akan berikatan membentuk melanoidin yang bewarna coklat. Selain itu juga kecerahan berkurang juga karena adanya penambahan bekatul yang
memang secara alami bewarna coklat.
Analisis kimia berupa analisis proksimat juga dilakukan pada beras analog. Analisis proksimat meliputi analisis kadar air, kadar lemak, dan kadar protein.
Kadar air dari beras analog diperoleh 4.22. Kadar air tersebut dalam batas aman untuk penyimpanan beras analog. Steiger 2011 menyatakan kadar air beras
analog 15 agar aman dalam penyimpanan dan mencegah pertumbuhan kapang. Kadar protein pada beras analog lebih tinggi daripada beras sosoh maupun beras
cerdas yaitu 11.4.Hal tersebut terjadi karena pada beras analog diberikan tambahan tepung kedelai.Tepung kedelai digunakan untuk menghasilkan produk
tinggi protein dan rendah karbohidrat bila dibandingkan dengan beras aslinya.Menurut hasil analisis, kandungan protein dan karbohidrat tepung kedelai
berturut-turut adalah 36.33 dan 26.72.Kandungan lemak pada beras analog 5.36 lebih tinggi dibandingkan beras cerdas 0.75 ataupun beras sosoh
1.37.Kandungan lemak pada beras analog beras berasal dari adanya penambahan tepung kedelai dan bekatul dengan kandungan lemak berturut-turut
adalah 27.11 dan 16.54.
Selain analisis proksimat, juga dilakukan analisis serat pangan dan derajat gelatinisasi.Analisis serat pangan dan derajat gelatinisasi penting dilakukan
karena menentukan tekstur produk Koide et al. 1999; Alsaffar 2011.Serat pangan pada beras analog cukup tinggi yaitu 13.3 bila dibandingkan beras biasa
yang hanya 0.80 dan beras cerdas 5.5.Produk pangan sudah dikatakan tinggi serat apabila mengandung serat pangan 3-6 Widowati et al. 2010.Tepung
jagung sebagai penyusun utama beras analog 66.11 dari adonan memiliki kandungan serat tinggi yaitu 11.21. Menurut Suarni dan Firmansyah 2005,
tepung jagung
mengandung komponen fungsional seperti serat pangan. Serat dari
beras analog berasal dari tepung jagung, tepung kedelai, dan bekatul.Menurut Liu et al. 2011 serat pangan pada bekatul adalah 33.12.
Serat pangan juga diperoleh dari penambahan tepung kedelai. Menurut Widaningrum et al. 2005
tepung kedelai juga merupakan bahan pangan tinggi serat.Kadar serat pada tepung kedelai adalah 17.31. Selain tepung jagung dan kedelai, bekatul juga merupakan
bahan baku penyumbang serat pangan pada beras analog.
Serat dari bekatul sudah dikembangkan sebagai ingredient fungsional pada produk pangan Qureshi
et al. 2002.Serat pangan merupakan komponen pangan yang penting dalam produk pangan.Serat pangan berperan dalam memperlambat kecepatan
pencernaan bahan pangan dalam usus, memberikan rasa kenyang lebih lama, serta memperlambat kemunculan glukosa darah sehingga insulin yang dibutuhkan
untuk mentransfer glukosa ke dalam sel-sel tubuh dan diubah menjadi energi makin sedikit Bressani 1990; Englsyt et al. 2007.
Hasil analisis derajat gelatinisasi pada beras analog adalah 59.41.Derajat gelatinisasi tersebut termasuk derajat gelatinisasi optimum pada beras
analog.Derajat gelatinisasi yang optimum sehingga tekstur beras tetap kompak dan baik saat dimasak menurut Koide et al. 1999 adalah 50-95.Derajat
gelatinisasi beras analog yang didapat lebih rendah dari beras sosoh 64.21 maupun beras cerdas 62.01.Derajat gelatinisasi yang lebih rendah pada beras
analog terjadi karena kandungan serat pangan dan protein beras analog yang lebih tinggi dari beras cerdas ataupun beras sosoh.Serat pangan dan protein menurut
Alsaffar 2011 dapat membentuk matrik disekitar granula pati sehingga dapat menghambat hidrolisis amilosa karena masuknya air ke granula pati terhambat
dan derajat gelatinisasi menjadi lebih rendah.
Analisis Sensori dengan Uji t-test
Analisis sensori merupakan analisis yang penting untuk menentukan penerimaan panelis terhadap produk pangan yang dibuat Meilgaard 1999.Uji t-
test dilakukan untuk menganalisis karakteristik sensori antara beras analog bekatul dengan Beras Cerdas.Parameter yang diujikan untuk ujisensori adalah
parameter kecerahan, tekstur, rasa untuk nasi dari beras analog, dan keseluruhan.Hasil analisis sensori dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Kecerahan memang merupakan parameter yang penting dalam penentuan
kesukaan terhadap beras.Hal tersebut dikarenakan presepsi masyarakat tentang beras itu cerah berwarna putih.Kecerahan pada beras merupakan salah satu
parameter yang pertama kali akan dinilai oleh konsumen dan merupakan hal penting
dalam penerimaan
pangan tersebut
Leon et
al. 2006.
Kecerahanberdasarkan analisis hedonik didapatkan hasil bahwa kecerahan pada beras analog dan beras cerdas berbeda nyata.Panelis agak suka terhadap beras
cerdas dengan skor rata-rata 5.13 agak suka sedangkan pada beras analog rata-
rata skor panelis 3.79 agak tidak suka-netral.Panelis lebih menyukai beras yang lebih cerah. Beras cerdas berwarna lebih cerah karena bahan bakunya yang
berasal dari tepung mocaf, tepung jagung, dan susu skim. Namun pada nasi analog, nasi dari beras cerdas dan nasi analog tidak berbeda nyata atribut
kecerahannya. Hal tersebut terjadi karena pada beras cerdas mengandung susu skim sehingga saat pemasakan kemungkinan terjadi reaksi Maillard pula akibat
reaksi antara protein dari susu dan gula pereduksi. Reaksi Maillard menyebabkan warna coklat pada nasi analog sehingga menyebabkan kecerahannya berkurang.
Tabel 3.9 Hasil analisis sensori beras analog dan beras cerdas Sampel
Parameter Kecerahan Tekstur
Keseluruhan Rasa
Beras analog bekatul 3.79
b
5.50
a
4.97
a
- Beras cerdas
5.13
a
4.76
b
4.90
b
- Nasi beras analog bekatul
3.54
a
4.72
a
4.51
a
4.35
b
Nasi beras cerdas 3.88
a
4.03
b
4.05
b
4.79
a
Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95
Tekstur yang dimaksud dalam penilaian sensori beras analog adalah
kekerasan pada beras analog dan kelengketan pada produk nasi dari beras analog.Hasil penilaian atribut tekstur beras analog menunjukkan nilai berbeda
nyata.Skor penilaian terhadap beras analog 5.50 agak suka-suka sedangkan pada Beras Cerdas 4.76 netral-agak suka.Penilaian panelis yang lebih tinggi terhadap
tekstur beras analog dikarenakan bentuk beras analog yang lebih mirip beras pada umumnya dan bentuk lebih seragam. Penilaian panelis terhadap tekstur pada nasi
Beras Cerdas menunjukkan skor 4.03 netral sedangkan pada nasi beras analog mempunyai skor 4.72netral-agak suka. Menurut panelis karena pada nasi dari
Beras Cerdas lebih lengket dan kenyal menempel satu sama lain sedangkan nasi beras analog lebih terpisah sehingga lebih mirip dengan nasi pada aslinya. Hal
tersebut terjadi karena kandungan amilosa dari beras analog lebih tinggi dari dari beras cerdas.Amilosa dari beras analog adalah 28.02 yang tergolong dalam
kriteria beras pera amilosa tinggi sedangkan Beras Cerdas tergolong beras beramilosa sedang 20-24.Beras beramilosa tinggi saat dimasak tidak saling
menempel dan keras saat kering. Menurut Alliawati 2003, kadar amilosa berpengaruh dalam menentukan tekstur nasi. Berdasarkan kandungan amilosa,
klasifikasi beras dibedakan menjadi beras beramilosa tinggi 25, sedang 20- 24, rendah 10-20, dan sangat rendah 10.
Rasa
merupakan parameter penting dalam penerimaan sebuah produk pangan Meilgaard et al. 1999.Berdasarkan hasil uji hedonik berbeda nyata
antara nasi dari beras analog dan Beras Cerdas.Nasi dari beras analog memiliki nilai skor kesukaan 4.35 dari netral-agak suka sedangkan pada nasi dari Beras
Cerdas didapatkan skor kesukaan 4.79 netral-agak suka.Skor itu berarti panelis mulai mau menerima rasa dari beras analog walau saat penilaian, panelis masih
membandingkan beras analog dengan beras pada umumnya.Presepsi panelis yang merasakan nasi dari beras memiliki rasa normal hambar nasi turut
mempengaruhi penilaian panelis terhadap beras analog.
Parameter uji secara keseluruhan
dari beras analog bekatul dan Beras Cerdas menunjukkan bahwa beras analog dan Beras Cerdas tidak berbeda
nyata.Beras analog bekatul memiliki skor 4.97 netral-agak suka dan Beras Cerdas mempunyai skor 4.90 netral-agak suka. Menurut pendapat panelis,
Beras Cerdas memiliki keunggulan dari segi kecerahan dibandingkan beras analog bekatul.Namun beras analog bekatul memiliki keunggulan dari bentuk dan
ukurannya yang menyerupai beras aslinya serta tidak berbuntut dan seragam.
Pada nasi dari hasil olahan beras analog didapatkan skor kesukaan beras analog bekatul adalah 4.51netral-agak suka dan beras cerdas 4.05 netral-agak
suka.Panelis berpendapat bahwa rasa pada beras analog bekatul terdapat rasa pahit dan sedikit langu.Rasa pahit kemungkinan berasal dari bekatul.Bekatul
mengandung komponen tannin yang memang memiliki rasa pahit. Aroma langu didapatkan karena adanya bahan baku tepung kedelai. Bau langu yang timbul
terjadi karena adanya reaksi enzimatis pada kedelai saat pengolahan menjadi tepung. Pada beras cerdas, dari segi rasa panelis lebih suka tetapi dari tekstur nasi
yang dihasilkan lebih lengket dan menempel satu sama lain sehingga kurang disukai oleh panelis cenderung netral.
Aktivitas Antioksidan
Analisis antioksidan dilakukan terhadap beras analog.Berdasarkan hasil analisis didapatkan kapasitas antioksidan dari beras analog adalah 7.51 µg
CEQmg sampel sedangkan pada beras cerdas 3.25 µg CEQmg sampel.Hal tersebut terjadi kemungkinan karena beras analog menggunakan bahan tepung
jagung kuning, tepung kedelai, dan bekatul yang berdasarkan analisis memiliki kapasitas antioksidan.Kapasitas antioksidan tepung jagung, tepung kedelai, dan
bekatul berturut-turut adalah 21.35, 21.56, dan 21.90 ug CEQmg sampel. Selain analisis kapasitas antioksidan, juga dilakukan analisis total fenol pada beras
analog dan Beras Cerdas. Berdasarkan analisis didapatkan total fenol pada beras analog dan Beras Cerdas adalah 0.05 dan 0.02. Total fenol pada beras
analoglebih tinggi daripada Beras Cerdas kemungkinan karena adanya tepung kedelai dan tepung bekatul pada beras analog. Menurut Yawadio et al. 2007,
bekatul mengandung komponen fenol yang terkandung dalam beras pecah kulit. Dua jenis fenol tersebut adalah asam ferulat 85.7 dan tokoferol 14.3.
Kapasitas antioksidan dan total fenol pada beras analog juga terlihat dengan
adanya kandungan komponen bioaktif α-tokoferol dan ϒ-oryzanol dari beras analog. Kandungan α-tokoferol pada beras analog adalah 1 mg100 g.
Berdasarkan penelitian Pangestuti et al. 2004, kandungan tokoferol pada flakes 2.38 mg100 g dengan menggunakan wheat germ 15, dan tepung ubi
jalar:tepung kecambah kedelai 1:1 total 85. Tokoferol merupakan senyawa fenolik sehingga mempunyai sifat sebagai antioksidan pada produk beras
analog.Kandungan
ϒ-oryzanol pada beras analog adalah 48.70 µgg sampel.ϒ- oryzanol pada beras analog berasal dari bekatul yang ditambahkan pada beras
analog 6.5.Kandungan ϒ-oryzanol pada bekatul adalah 1871.35 µgg sampel
bekatul. Menurut Azrina et al. 2008, ϒ-oryzanol merupakan komponen bioaktif
yang baru ditemukan di dalam bekatul.
Indeks Glikemik Beras Analog
Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat saat ini menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus. Tindakan pencegahan
diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut.Cara memilih pangan yang tepat diantaranya dengan menggunakan pendekatan indeks glikemik.Indeks
glikemik merupakan pendekatan yang dikembangkan Jenkins et al. 1981.Penentuan
indeks glikemik
dilakukan menggunakan
subjek manusia.Relawan yang dipilih adalah relawan yang memiliki gula darah puasa
normal 60-120 mgdl.Darah yang diambil melalui pembuluh kapiler yang terdapat di jari tangan Ragnhild et al. 2004. Prinsip pengukuran gula darah
dengan menggunakan alat glukometer adalah sampel darah yang diperoleh melalui ujung jari dengan menyentuhkan ke ujung test strip. Kerja tes strip ini
memiliki daya kapilaritas. Saat wadah darah diujung strip penuh, maka akan terjadi reaksi antara glukosa dengan reagen yang terdapat pada celah strip enzim
glukosa oksidase dan kalium ferisianida. Glukosa dan kalium ferisianida akan diubah menjadi asam glukonat dan kalium ferosianida. Kalium ferosianida
mencerminkan proporsi gula darah dalam sampel. Kalium ferosianida akan teroksidasi menjadi ferisianida kembali dan menghasilkan elektron yang akan
terbaca oleh alat glukometer.
Karbohidrat yang dicerna dengan cepat akan menghasilkan IG tinggi sebaliknya karbohidrat yang dicerna dengan lambat akan menghasilkan IG
rendah. Jumlah, bentuk, kondisi memasak suatu produk pangan, usia, serta jenis kelamin juga mempengaruhi respon glukosa terhadap gula darah Hallfrisch dan
Behall 2000.
Berdasarkan pengujian didapatkan bahwa indeks glikemik nasi dari beras analog formula optimum adalah 54. Nilai tersebut lebih rendah dari nasi beras
sosoh dengan IG 69 Powell et al. 2002.Indeks glikemik tergantung pada bahan penyusunnya, kandungan protein, jumlah serat, dan kandungan amilosa
Hallfrisch dan Behall 2000.Pada beras analog formula optimum dapat dilihat bahwa bahan penyusun beras analog tergolong merupakan bahan berindeks
glikemik rendah.Tepung jagung memiliki IG 42 Helmy dan El-Mehiry 2012, bekatul dengan IG 21 Miller et al.1992, dan kacang kedelai dengan IG 51
Marsono et al.2002. Pada Beras Cerdas bahan penyusunnya berupa tepung sagu,
Jumlah serat juga mempengaruhi indeks glikemik beras analog.Kandungan serat beras analog tinggi yaitu 13.3.Serat yang tinggi terjadi karena adanya
penambahan tepung jagung, tepung kedelai, dan bekatul yang merupakan bahan penyusun beras analog yang tinggi serat pula 6.Keberadaan serat pada bahan
pangan juga dapat memperlambat pencernaan karbohidrat.Serat membentuk matriks diluar granula pati sehingga dapat menghambat pencernaan dari
karbohidrat Alsaffar 2011.
Selain serat, kandungan protein juga mempengaruhi indeks glikemik dari beras analog.Kadar protein beras analog juga tinggi yaitu 11.4.Hal tersebut
terjadi karena adanya penambahan tepung kedelai saat formulasi beras analog.Menurut penelitian Gularte et al. 2012, penambahan tepung kacang-
kacangan pada produk pangan dapat menurunkan indeks glikemik hingga 18.Protein juga dapat membentuk matrik pangan diluar granula pati.Keberadaan
matriks pangan tersebut dapat menghalangi gelatinisasi pati sehingga
memperlambat pencernaan pati Alsaffar 2011. Faktor lain yang mempengaruhi indeks glikemik adalah kandungan amilosa pada suatu bahan pangan. Kandungan
amilosa pada beras analog tergolong amilosa tinggi 25.Kadar amilosa juga berpengaruh terhadap daya cernanya karbohidrat Hu et al. 2004 karena
keberadaan struktur liniearnya yang kompak sehingga sulit dicerna oleh enzim Ek et al. 2011.
Berdasarkan hasil karakterisasi beras analog dengan bahan baku tepung jagung, sagu, tepung kedelai dan bekatul, diperoleh hasil beras analog
mengandung protein dan serat tinggi serta indeks glikemik rendah. Hasil analisis tersebut menunjukkan beras analog berpotensi dikembangkan produk pangan
fungsional yang berbasiskan sumber daya lokal Indonesia