Pembuatan Beras Analog dengan Progam Mixture Design Design Expert 7.0
Tabel 3.3 Interval dari variabel penyusun beras analog Variabel
Batas atas Batas bawah
Tepung jagung 100
58.91 Tepung kedelai
27.39 Bekatul
13.70 Respon kecerahan dipilih karena berpengaruh dalam penerimaan produk
secara sensori dan kadar antioksidan dipilih karena untuk mengetahui efek penambahan bahan baku tepung jagung, tepung kedelai, dan bekatul terhadap
kandungan antioksidan pada beras analog. Pemilihan respon tersebut sejalan dengan penelitian Yousif et al. 2012 yang menggunakan nilai kecerahan dan
antioksidan sebagai parameter penerimaan konsumen dan efek penambahan tepung sorgum sebagai sumber antioksidan pada roti tawar.Nourajit et al. 2011
juga menggunakan parameter antioksidan untuk mengetahui pengaruh
penambahan tepung “hemp” pada produk energy bar. Berdasarkan 16 formula dan hasil analisis respon, Mixture Design DX7akan
merekomendasikan persamaan polinomial yang cocok linier, kuadratik, dan kubik. Proses pemilihan model yaitu dilihat dari persamaan yang menunjukkan
model memiliki hasil signifikan lebih kecil atau sama dengan 0.05. Berikut disajikan hasil analisis respon yang berdasarkan kecerahan dan kadar antioksidan
produk.
Tabel 3.4 Rancangan formula beras analog hasil progam DX7 beserta respon kecerahan dan kadar antioksidan
Formula Tepung
jagung Tepung
kedelai Bekatul
Respon Kecerahan
L Kapasitas
Antioksidan µg CEQmg
sampel 1
69.49 27.39
3.12 57.71
7.70 2
69.49 27.39
3.12 55.24
8.00 3
82.59 17.41
0.00 53.40
5.07 4
100.00 0.00
0.00 59.88
3.36 5
81.08 11.43
7.50 49.56
7.39 6
58.92 27.39
13.69 48.12
6.67 7
75.24 11.06
13.70 53.79
6.51 8
75.33 20.70
3.97 53.69
6.68 9
58.92 27.39
13.69 49.67
7.26 10
90.49 5.73
3.78 54.02
6.85 11
66.00 24.05
9.95 49.96
6.00 12
100.00 0.00
0.00 58.09
3.09 13
86.30 0.00
13.70 49.72
7.30 14
69.27 17.21
13.53 50.67
6.74 15
82.59 17.41
0.00 49.25
4.91 16
86.30 0.00
13.70 50.77
5.82
Respon Tingkat Kecerahan nilai L
Pemilihan model melalui programMixture Design DX7 menunjukkan model linier sesuai untuk respon kecerahan. Model linier dipilih karena model tersebut
menunjukkan adanya perbedaan nyata signifikan antar nilai respon.Nilai kepercayaan model linier lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0043. Persamaaan untuk
kecerahan adalah :
Tingkat Kecerahan nilai L = 0.56446 tepung jagung + 0.47875 tepung
kedelai + 0.19862 bekatul Respon tingkat kecerahan dapat dilihat pada Tabel 3.4.Nilai tingkat
kecerahan berkisar antara 48.12 formula 6 hingga 58.80 Formula 4.Rata-rata kecerahan produk adalah sebesar 52.60. Berdasarkan hasil analisis warna nilai
L pada ke-16 formula beras analog dapat dilihat bahwa kecerahan yang tertinggi adalah beras yang menggunakan tepung jagung 100 sedangkan nilai kecerahan
paling rendah adalah beras analog formula 6. Hal tersebut sesuai dengan persamaan model dari DX7 yang menunjukkan bahwa tepung jagung menentukan
kecerahan karena memiliki konstanta terbesar.
Tingkat kecerahan yang lebih tinggi dengan komposisi tepung jagung lebih banyak terjadi karena tepung jagung yang berwarna kuning cerah.Menurut Suarni
1995, tepung jagung berwarna kuning cerah karena adanya pigmen warna kuning beta-karoten sehingga dapat meningkatkan kecerahan produk. Warna
coklat karena adanya penambahan bekatul dan reaksi Maaillard dapat dikurangi dengan penambahan tepung jagung yang lebih banyak.Reaksi Maillard menurut
Fennema 1995 terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dari pati dan gugus amin protein dari tepung kedelai.Hasil dari reaksi Maillard adalah
melanoidin yang berwarna coklat.
.
Respon antioksidan
Pemilihan model oleh progam DX7 didapatkan model quadratic.Hasil analisis ANOVA menunjukkan kapasitas antioksidan signifikan p0.05 dengan
nilai R 0.7237. Hasil persamaan respon nilai kapasitas antioksidan yaitu:
Kapasitas antioksidan µg CEQmg sampel = 0.034418 tepung jagung+
0.21817 tepung kedelai - 2.56037 bekatul + 1.06307x 10
-3
tepung jagungtepung kedelai + 0.032809 tepung jagungbekatul + 0.023814 tepung
kedelaitepung bekatul
Respon antioksidan dianalisis dengan menggunakan metode DPPH.Uji DPPH merupakan salah satu metode analisis kapasitas antioksidan yang
sederhana menggunakan senyawa pendeteksi, yaitu 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil DPPH. Senyawa DPPH adalah senyawa radikal bebas stabil yang dapat bereaksi
dengan antioksidan membentuk DPPH tereduksi.Kubo et al. 2002. Uji DPPH tidak spesifik menguji suatu komponen antioksidan, tetapi digunakan untuk
pengukuran kapasitas antioksidan total pada bahan pangan.
Hasil kapasitas antioksidan terbesar yaitu pada formula 2 yaitu 8 µg CEQmg sampel dan nilai terendah pada formula 12 yaitu 3.09 µg CEQmg
sampel. Formula 12 memiliki nilai terendah karena menggunakan 100 tepung jagung tanpa penambahan tepung kedelai dan bekatul. Masing-masing bahan
baku seperti tepung jagung, kedelai, dan bekatul memiliki aktivitas antiosidan Tabel 3.5
Tabel 3.5 Kapasitas antioksidan bahan baku beras analog Bahan Baku
Tepung jagung Tepung kedelai
Bekatul Kapasitas antioksidan
µg CEQ mg sampel 21.35
21.56 21.90
Bekatul memiliki aktivitas antioksidan.Bekatul menurut Chen and Bergman 2005 mengandung tokoferol vitamin E, tokotrienol dan oryzanol yang
memiliki kapasitas antioksidan. Bekatul juga mengandung komponen polifenol sebanyak 305-390 ppm Qureshi et al. 2002.Menurut hasil analisis, kapasitas
antioksidan dari bekatul adalah 21.90 µg CEQmg sampel.
Kapasitas antioksidan pada beras analog juga terjadi akibat adanya pemakaian tepung jagung.Tepung jagung mengandung beta karoten yang selain
berfungsi sebagai pigmen juga dapat sebagai antioksidan.Hasil analisis antioksidan tepung jagung yaitu 21.35 µg CEQmg sampel.Hasil analisis kedelai
juga memiliki mempunyai kapasitas antioksidan sebesar 21.56 µg CEQmg sampel. Menurut Indranupakorn et al 2010, daidzein dan genistein merupakan
isoflavon dari ekstrak kedelai yang memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC
50
0.41 dan 0.39 mgml lebih tinggi dari aktivitas antioksidan standar trolox
0.28 mgml. Tahap Optimasi
Tujuan dari optimasi adalah untuk meminimumkan sumberdaya yang diperlukan dan memaksimumkan hasil yang diinginkan.Penelitian ini memiliki
sasaran menghasilkan produk yang memiliki kapasitas antioksidan tertinggi dan kecerahan yang optimum. Oleh sebab itu program Mixture Design DX7akan
mengolah semua variabel respon dan memberikan beberapa solusi formula sebagai formula beras analog. Formula optimum yang direkomendasikan oleh
progam Mixture Design DX7 dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Formula optimum hasil olahan progam Mixture Design DX7 Tepung jagung
Tepung kedelai Bekatul
Prediksi 95 Kecerahan
Prediksi 95 Kapasitas
antioksidan 65.94
27.39 6.77
45.57-57.75 6.03-10.03
Berdasarkan formula optimum Tabel 3.6 didapatkan formula tepung jagung 32.17, tepung sagu 16.67, tepung kedelai 13.3, bekatul 3.16, GMS 1.33,
air 50 dari adonan kering.Gambar beras dan nasi analog formula optimum dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 a Beras analog, b nasi analog dari formulasi optimum Validasi formula optimum dilakukan sebanyak 5 kali ulangan sesuai
rekomendasi progam DX7.Setelah itu dilakukan analisis respon terhadap kelima produk beras analog yang terbentuk.Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil validasi beras analog terhadap respon Respon
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
Ulangan 5
Rata-rata Kecerahan
47.24 48.91
50.31 49.26
48.77 48.90
Antioksidan µg CEQmg
sampel 7.37
6.45 8.93
6.58 8.22
7.51 Validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model yang didapat dari
progam Mixture Design dengan kenyataan pembuatan beras analog di lapangan.Berdasarkan hasil validasi pembuatan beras analog didapatkan respon
untuk kecerahan 48.90 dan untuk kapasitas antioksidan adalah 7.51 µg CEQmg sampel. Hasil validasi menunjukkan hasil masih berada dalam interval prediksi
kepercayaan 95 dari progam Mixture Design. Hasil yang berada dalam rentang prediksi menunjukkan bahwa persamaan model yang diperoleh dapat
menggambarkan kapasitas antioksidan dan kecerahan dari beras analog yang dihasilkan.