47
3. Audit Tenure terhadap Opini Going Concern
Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang telah terjalin
antara pihak auditor dengan pihak auditee yang sama. Di Indonesia telah ditetapkan peraturan yang mengharuskan adanya pergantian KAP setiap
6 tahun dan auditor setiap 3 tiga tahun yang mengaudit klien secara berturut-turut. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga sikap
independensi seorang auditor yang telah lama menjalin perikatan dengan klien.
Penelitian yang dilakukan oleh Januarti 2009, Junaidi dan Hartono 2010, dan Dewayanto 2011 menunjukkan bahwa audit
tenure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Junaidi dan
Hartono 2010 menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor yang terjalin dengan klien, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk memberikan opini going concern. H
3
: Audit Tenure berpengaruh terhadap Opini Going Concern
4. Audit Lag terhadap Opini Going Concern
Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya
laporan keuangan tahunan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan Januarti, 2009. Menurut Lennox 2002, keterlambatan opini yang
dikeluarkan dapat disebabkan oleh 1 auditor lebih banyak melakukan pengujian, 2 manajer mungkin melakukan negosiasi dengan auditor
untuk mengeluarkan opini yang diharapkannya, 3 auditor berharap manajemen dapat memecahkan masalah perusahaan yang sedang
48
dihadapi, sehingga terhindar dari opini going concern. Auditor cenderung terlambat untuk mengeluarkan opini pada perusahaan yang mengalami
masalah going concern. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari
2008 dan Lennox 2002 menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap opini going concern. Hasil sebaliknya didapatkan oleh
penelitian yang didapatkan Januarti 2009 yang menunjukkan bahwa audit lag
tidak berpengaruh terhadap opini going concern. H
4
: Audit Lag berpengaruh terhadap Opini Going Concern
5. Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern.