59
construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan
gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena. Sedangkan operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat
diukur. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang terkait dengan penelitian yang disertai dengan operasional serta cara pengukurannya.
1. Variabel Dependen Y: Opini Going Concern
Menurut Indriantoro dan Supomo 2009: 63, variabel depeden atau variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini going concern.
Opini going concern adalah opini audit modifikasi yang diberikan oleh auditor apabila terdapat keraguan atas kemampuan going concern
perusahaan atau terdapat ketidakpastian yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya IAI,
2011: 341.4. Variabel ini merupakan variabel dummy yang diukur dengan angka 1 bila perusahaan menerima opini going concern dan
angka 0 bila perusahaan menerima selain opini going concern Nursasi dan Maria, 2015.
2. Variabel Independen X
Menurut Indriantoro dan Supomo 2009: 63, variabel independen atau variabel bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
60
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ukuran Perusahaan X
1
Ukuran perusahaan adalah besarnya ukuran sebuah perusahaan yang menggambarkan reputasi perusahaan di mata
publik dan dapat diukur berdasarkan total aset, penjualan, atau nilai pasar saham. Semakin besar total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, sebaliknya jika semakin kecil total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut kecil. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan
skala rasio dan diukur dengan menggunakan natural logarithm dari total aset Yunita dan Rahayuningsih, 2013.
b. Return on Assets X
2
Return on assets ROA adalah rasio yang digunakan untuk
menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memaksimalkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva untuk
memperoleh laba secara keseluruhan. Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel return on assets adalah skala rasio
Hani, et. al., 2003. Umumnya, perhitungan ROA dapat diperoleh dengan lewat rumus:
ROA =
Laba atau Rugi Setelah Pajak Total Aktiva
61
Namun untuk perusahaan yang bergerak di sektor industri perbankan terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA
berdasarkan ketentuan teoritis dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Dendawijaya, 2003: 120. Berdasarkan
ketentuan dalam Surat Edaran No 265BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang dikeluarkan oleh BI, telah diatur tentang metode
penilaian tingkat kesehatan bank yang dikenal dengan metode CAMEL yang meliputi lima aspek, yaitu Capital Kecukupan
Modal, Asset Kualitas Aktiva, Management Kualitas Manajemen, Earnings Rentabilitas, dan Liquidity Likuiditas.
ROA merupakan salah satu unsur dalam earnings pada metode CAMEL, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut Martono,
2010: 91:
c. Audit Tenure
Audit tenure adalah lamanya tahun perikatan yang terjalin
antara auditor dengan klien yang sama. Menurut Junaidi dan Hartono 2010, semakin lama hubungan antara auditor dengan
klien maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Variabel audit tenure ini menggunakan
skala interval sesuai dengan lama hubungan KAP dengan klien. Audit tenure
diukur dengan menghitung jumlah tahun, dimana ROA =
Laba atau Rugi Sebelum Pajak Total Aktiva
62
tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya Knechel dan
Vonstraelen, 2007.
d. Audit Lag
Audit lag adalah jumlah interval waktu antara tanggal
berakhirnya laporan keuangan tahunan 31 Desember dengan tanggal laporan audit. Untuk pengukurannya digunakan skala
rasio dan menggunakan jumlah hari antara akhir periode akuntansi 31 Desember sampai dengan dikeluarkannya laporan
audit 90 hari sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-36PM2003 tanggal 30 September 2003 dan
Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-134BL2006 tanggal 7 Desember 2006 yang menyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan disertai dengan laporan audit dengan pendapat wajar harus disampaikan kepada BAPEPAM-LK selambat-
lambatnya pada akhir bulan ketiga atau 90 hari setelah tanggal yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan.
Untuk laporan keuangan tahunan yang berakhir pada periode tahun 2011, menggunakan acuan dari Keputusan Ketua
BAPEPAM-LK Nomor: KEP-346BL2011 dalam Peraturan Nomor X.K.2 tanggal 5 Juli 2011, dinyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan wajib disampaikan kepada BAPEPAM-LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan
63
ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Untuk laporan keuangan tahunan yang berakhir periode 2012 dan setelahnya,
menggunakan acuan dari Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-431BL2012 dalam Peraturan Nomor X.K.6
tanggal 1 Agustus 2012, dinyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan
tahunan kepada BAPEPAM-LK paling lama 4 empat bulan setelah tahun buku berakhir, dan tetap berlaku pasca peralihan
wewenang BAPEPAM-LK kepada Otoritas Jasa Keuangan OJK tertanggal 31 Desember 2012.
e. Proporsi Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah salah satu unsur penting pada susunan dewan komisaris di dalam perusahaan yang berasal dari
luar emiten atau perusahaan publik yang berjumlah sekurang- kurangnya satu orang dan berfungsi untuk menilai kinerja
perusahaan secara luas dan keseluruhan
.
Setyawan 2011 dalam Sulistya dan Sukartha 2013 mengemukakan bahwa Keberadaan
komisaris independen didalam perusahaan diharapkan mampu menjamin transparansi laporan keuangan perusahaan serta
mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku. Sehingga semakin besar proporsi komisaris independen
mampu mengurangi kemungkinan pemberian opini going concern
. Menurut Sulistya dan Sukartha 2013, variabel ini
64
menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Proporsi Dewan Komisaris =
Jumlah Komisaris Independen Jumlah Total Komisaris
65
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel
Indikator Pengukuran
1 Variabel
Dependen Y: Opini Going
Concern
Nursasi dan Maria, 2015
Variabel dummy, jika perusahaan klien mendapatkan opini going
concern diberikan nilai 1 dan jika
perusahaan klien tidak mendapatkan opini going concern
diberikan nilai 0 Nominal
2 Variabel
Independen X
1
: Ukuran
Perusahaan Yunita dan
Rahayuningsih, 2013
Logaritma natural Ln atas total aset perusahaan
Rasio
3 Variabel
Independen X
2
: Return on
Assets Martono,
2010: 91 ROA
Perusahaan Umum Non Bank:
Industri Keuangan Bank: Rasio
4 Variabel
Independen X
3
: Audit Tenure
Putrady dan Haryanto,
2014 Lama hubungan KAP dengan klien
dan diukur
dengan menghitung jumlah tahun, dimana tahun
pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu
untuk tahun-tahun berikutnya Interval
5 Variabel
Independen X
4
: Audit Lag
Putrady dan Haryanto,
2014 Jumlah hari antara akhir periode
akuntansi 31 Desember sampai dikeluarkannya laporan audit
Rasio Laba atau Rugi Setelah Pajak
Total Aktiva Laba atau Rugi Sebelum Pajak
Total Aktiva
66
6 Variabel
Independen X
5
: Proporsi
Komisaris Independen
Sulistya dan Sukartha, 2013
Proporsi Dewan Komisaris Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Total Komisaris Rasio
67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan populasi perusahaan sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama periode tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014. Perusahaan sektor jasa tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI sebelum 1 Januari 2010, menerima opini going concern
minimal satu kali selama periode pengamatan, dan selama periode tersebut perusahaan tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting.
Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh ukuran perusahaan, ROA, audit
tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen. Ditinjau dari jenis usaha di Bursa Efek Indonesia, perusahaan sektor
jasa merupakan salah satu dari tiga macam jenis perusahaan selain sektor Sumber Daya Alam SDA dan sektor manufaktur. Sektor jasa terbagi
menjadi beberapa sub bagian perusahaan jasa, yaitu property real estate building construction, infrastructure utilities transportation, finance, serta
trade services investment .
Adapun sektor tersebut terdiri dari beberapa jenis berikut ini: 1. Property, Real Estate Building Construction terdiri dari property
real estate, building construction, dan sub sektor lainnya.
2. Infrastructur, Utilities Transportation terdiri dari energy, toll road, airport, harbor, and allied products, telecommunication, transportation,
non building construction, dan sub sektor lainnya.
68
3. Finance terdiri dari bank, financial institution, securities company, insurance, investment fundmutual fund,
dan sub sektor lainnya. 4. Trade, Services Investment terdiri dari wholesale durable non-
durable goods, retail trade, restaurant, hotel and tourism, advertising, printing and media, health care, computer and services, investment
company, dan sub sektor lainnya.
Sektor jasa dipilih karena dalam periode pengamatan memiliki jumlah perusahaan yang menerima opini going concern yang paling banyak
dibandingkan dengan sektor lain sehingga data yang spesifik untuk sampel yang ada semakin banyak. Rincian daftar dan jumlah perusahaan yang
mendapatkan opini going concern dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Sektor Sumber Daya Alam yang Menerima Opini
Going Concern No.
Kode Emiten Nama Emiten
1 BTEK
Bumi Teknokultura Unggul Tbk. 2
BUMI Bumi Resources Tbk.
3 BYAN
Bayan Resources Tbk. 4
CPRO Central Proteina PrimaTbk.
5 DEWA
Darma Henwa Tbk. 6
DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk.
7 ENRG
Energi Mega Persada Tbk. 8
IIKP Inti Agri Resources Tbk.
9 MYOH
Samindo Resources Tbk. 10
SMMT Golden Eagle Energy Tbk.
11 UNSP
Bakrie Sumatera Plantation Sumber: data diolah
Tabel 4.2 Daftar Peusahaan Sektor Manufaktur yang Menerima Opini
Going Concern
No. Kode Emiten
Nama Emiten
1 ADMG
Polychem Indonesia Tbk. 2
ARGO Argo Pantes Tbk.
69
3 BIMA
Primarindo Asia Infrastructure Tbk. 4
DAVO Davomas Abadi Tbk.
5 ERTX
Eratex Djaja Tbk. 6
IKAI Intikeramik Alamsari Industri Tbk.
7 JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 8
KBRI Kertas Basuki Rakhmat Tbk.
9 MLIA
Mulia Industrindo Tbk. 10
MYTX Apac Citra Centertex Tbk.
11 POLY
Asia Pacific Fibers Tbk. 12
SIMA Siwani Makmur Tbk.
13 SSTM
Sunson Textile Manufacturer Tbk. 14
SULI SLJ Global Tbk.
15 UNTX
Unitex Tbk. 16
VOKS Voksel Electric Tbk.
Sumber: data diolah
Tabel 4.3 Daftar Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini
Going Concern No.
Kode Emiten Nama Emiten
1 APOL
Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2
BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk.
3 BEKS
Bank Pundi Indonesia Tbk. 4
BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
5 BKDP
Bukit Darmo Property Tbk. 6
BNBR Bakrie Brothers Tbk.
7 BTEL
Bakrie Telecom Tbk. 8
CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk.
9 DNET
Indoritel Makmur Internasional Tbk. 10
ELTY Bakrieland Development Tbk.
11 FREN
Smartfren Telecom Tbk. 12
IATA Indonesia Transport Infrastructure Tbk.
13 INTD
Inter Delta Tbk. 14
ITTG Leo Investments Tbk.
15 KARW
ICTSI Jasa Prima Tbk. 16
KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk.
17 LAPD
Leyand International Tbk. 18
LPLI Star Pacific Tbk.
19 LPPS
Lippo Securities Tbk. 20
MIRA Mitra International Resources Tbk.
21 MTFN
Capitalinc Investment Tbk. 22
MYRX Hanson International Tbk.
23 OCAP
Onix Capital Tbk. 24
PGLI Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.
25 RIMO
Rimo Catur Lestari Tbk.
70
No. Kode Emiten
Nama Emiten
26 SAFE
Steady Safe Tbk. 27
SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
28 SUGI
Sugih Energy Tbk. 29
TKGA Permata Prima Sakti Tbk.
30 TRAM
Trada Maritime Tbk. 31
TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
32 WAPO
Wahana Pronatural Tbk. 33
WICO Wicaksana Overseas International Tbk.
34 ZBRA
Zebra Nusantara Tbk. Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui jumlah perusahaan yang mendapatkan opini going concern dari masing-masing sektor. Persentase
masing-masing sektor dari jumlah keseluruhan perusahaan yang mendapatkan opini going concern dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Persentase Sektor Perusahaan yang Menerima Opini
Going Concern Sektor
Jumlah Perusahaan Persentase
Sumber Daya Alam 11
18,03 Manufaktur
16 26,23
Jasa 34
55,74
Total 61
100
Sumber: data diolah Berdasarkan uraian tabel tersebut, dapat diketahui perusahaan sektor
jasa memiliki persentase perusahaan yang paling banyak dibandingkan dengan perusahaan dari sektor lainnya. Perhitungan persentase untuk masing-
masing perusahaan didapatkan dari hasil jumlah perusahaanjumlah total perusahaan x 100. Oleh karena itu, hasil tersebut menjadi dasar bagi peneliti
untuk menggunakan sampel dari perusahaan sektor jasa. Alasan penggunaan data lima tahun dari tahun 2010 sampai tahun
2014 adalah karena pada tahun tersebut dapat memberikan gambaran
71
mengenai kondisi perusahaan yang dapat berubah-ubah karena dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, periode tersebut
merupakan periode terbaru dimana laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan tersedia di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.1 berikut ini menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan:
Tabel 4.5 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan sektor jasa yang listing di BEI tahun 2010- 2014 dan tidak mengalami delisting
304 Perusahaan terdaftar sebelum 1 Januari 2010
220 Perusahaan yang menerima opini going concern minimal satu
kali selama periode 2010-2014 34
Perusahaan yang tidak memberikan informasi lengkap 2
Perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah dalam laporan keuangannya
-
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 32
Periode penelitian tahun 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian 160
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan
sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai 2014 berjumlah 304 perusahaan. Dari 304 perusahaan tersebut,
terdapat 220 perusahaan sektor jasa yang terdaftar sebelum 1 Januari 2010. Dari 220 perusahaan ini terdapat 34 perusahaan yang pernah menerima opini
going concern minimal satu kali selama periode pengamatan. Dari 34
perusahaan tersebut terdapat 2 perusahaan yang memberikan informasi keuangan berupa laporan keuangan atau laporan tahunan yang tidak lengkap.
Sehingga perusahaan sektor jasa yang dapat dijadikan sampel adalah
72
sebanyak 32 perusahaan. Sedangkan total sampel penelitian ini adalah 32 perusahaan dikalikan 5 tahun pengamatan, sehingga sampel penelitian
berjumlah 160. Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Sampel dipilih bagi perusahaan sektor jasa yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti total aset, laba atau rugi sebelum
setelah pajak, nama auditor, tanggal penerbitan laporan auditor, susunan dewan komisaris, serta opini audit yang diberikan. Berikut adalah tabel
sampel perusahaan sektor jasa yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.6 Sampel Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini
Going Concern No.
Kode Emiten Nama Emiten
1 APOL
Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2
BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk.
3 BEKS
Bank Pundi Indonesia Tbk. 4
BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
5 BKDP
Bukit Darmo Property Tbk. 6
BNBR Bakrie Brothers Tbk.
7 BTEL
Bakrie Telecom Tbk. 8
CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk.
9 DNET
Indoritel Makmur Internasional Tbk. 10
ELTY Bakrieland Development Tbk.
11 FREN
Smartfren Telecom Tbk. 12
IATA Indonesia Transport Infrastructure Tbk.
13 INTD
Inter Delta Tbk. 14
ITTG Leo Investments Tbk.
15 KARW
ICTSI Jasa Prima Tbk. 16
KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk.
17 LAPD
Leyand International Tbk. 18
LPLI Star Pacific Tbk.
19 LPPS
Lippo Securities Tbk. 20
MIRA Mitra International Resources Tbk.
21 MTFN
Capitalinc Investment Tbk. 22
MYRX Hanson International Tbk.
73
No. Kode Emiten
Nama Emiten
23 OCAP
Onix Capital Tbk. 24
RIMO Rimo Catur Lestari Tbk.
25 SAFE
Steady Safe Tbk. 26
SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
27 SUGI
Sugih Energy Tbk. 28
TRAM Trada Maritime Tbk.
29 TRUB
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. 30
WAPO Wahana Pronatural Tbk.
31 WICO
Wicaksana Overseas International Tbk. 32
ZBRA Zebra Nusantara Tbk.
Sumber: data diolah
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik logistic regression. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen ukuran perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris
independen terhadap variabel dependen yaitu opini going concern.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif