Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AUDITQUALITY, AUDIT TENURE, AUDITREPORTLAG, DAN PROFITABILITAS TERHADAP OPINI AUDIT GOINGCONCERN

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2013

OLEH

HERMIN GRACE 100503103

PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit quality yang diproksikan dengan auditor industry specialization, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin ratio terhadap opini

going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan yang diperoleh melalui metode

purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan di situs www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi logistik untuk pengujian hipotesis.

Hasil pengujian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah audit quality

dan audit report lag memiliki pengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan audit tenure dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini going concern.

Kata kunci : opini going concern, audit quality, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effect of audit quality using proxy auditor industry specialization, audit tenure, audit report lag, and profitability using proxy net profit margin ratio on going concern opinion. Population used in this research is manufacturing companies listed in Indonesian Directory Exchange from 2010-2013. This research uses 20 sample companies achieved using purposive sampling. Data used in this research is secondary data are financial statement and independent audit report published at www.idx.co.id. The analytic method is quantitative descriptive using logistic regression to examine hypotheses.

The results indicate audit quality and audit report lag are significantly affect the going concern opinion, meanwhile audit tenure and profitability have no effect on going concern opinion.

Keywords : going concern opinion, audit quality, audit tenure, audit report lag, and profitability.


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ” Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika pernulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 13 Februari 2015

Hermin Grace N. Rgg NIM : 100503103


(5)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji, dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Kuasa karena atas rahmat, hikmat, penyertaan, dan berkat-Nya kepada penulis sehingga penilis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEC., AC., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi, Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA., Ak., selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.


(6)

4. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembanding. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat

penulis sayangi, Bapak, N. Rajagukguk dan Mama, H. br. Panjaitan, serta adik-adik penulis Hendratmo William Pratama Rajagukguk, Samuelvan October Nando Rajagukguk, dan Ruth Novrimel Debora Rajagukguk. Terimakasih buat semua kasih sayang, kesabaran, doa, pengorbanan, didikan dan semangat yang sangat berarti.

6. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu yang sangat berharga dan para staf dan pegawai yang membantu dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga besar yang selalu pengertian, setia memberikan doa, dukungan, dan nasihat yang membangun.

8. Sahabat seperjuangan mulai dari awal perkuliahan: Tiurma Rophinita Martatilova Siahaan (Youngskie), untuk semua tawa, canda, semangat, tangis, motivasi, dan perhatian yang kita bagi bersama.

9. Teman terbaik yang selalu memberikan warna-warni indah selama perkuliahan dan dalam proses penyusunan skripsi: Soviatu Zahara Nasution, Sarah, Susan, Artha, Kak Frede, Betty, Katrin, Rona, Vevy, Ruth, Bang Jefri, Bang Samuel, Ade, Vivi, Ramian, Denhas, Rizal, Steven, Leo, Lubis,


(7)

Lian, atas semua diskusi dan banyolan konyol kita, semoga pertemanan kita terjalin terus.

10.Karyawan di tempat nongkrong favorit, Music Coffee, untuk keramahan dan kenyamanan serta musik-musik yang selalu menemani penulis dalam mengerjakan skripsi. Thanks for the super fast free Wi-fi that I always use for hours dan kepada pihak-pihak lainnya yang ikut memberikan kontribusi namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2015 Penulis

(Hermin Grace N. Rgg) NIM : 100503103


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Teori Signaling (Signaling Theory) ... 9

2.1.2. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) ... 11

2.1.3. Auditing ... 13

2.1.4. Auditor ... 15

2.1.5. Opini Audit... 16

2.1.6. GoingConcern ... 17

2.1.7. Opini Audit GoingConcern ... 19

2.1.8. AuditQuality ... 21

2.1.9. AuditTenure ... 23

2.1.10 AuditReportLag ... 24

2.1.11 Profitabilitas ... 25

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27

2.3. Kerangka Konseptual ... 33

2.4. Hipotesis Penelitian ... 35

2.4.1. Pengaruh auditquality terhadap opini audit going concern ... 36

2.4.2. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern ... 37 2.4.3. Pengaruh audit report lag


(9)

terhadap opini audit going concern ... 37

2.4.4. Pengaruh profitabilitas terhadap opini audit going concern ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 40

3.3. Jenis dan Sumber, dan Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4. Definisi Operasional... 42

3.4.1. Variabel Dependen ... 43

3.4.2. Variabel Independen ... 44

3.4.2.1. Audit Quality ... 44

3.4.2.2. Audit Tenure ... 44

3.4.2.3. Audit Report Lag ... 45

3.4.2.4. Profitabilitas ... 45

3.5. Teknik Analisis Data ... 47

3.5.1. Statistik Deskriptif ... 47

3.5.2. Analisis Regresi Logistik ... 48

3.5.3. Pengujian Model ... 49

3.5.3.1. Menguji Model Fit dan Keseluruhan (Overall Fit Model)... 49

3.5.3.2. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 49

3.5.3.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 50

3.5.3.4. Matriks Klasifikasi... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Deskriptif Penelitian... 51

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 52

4.2.2. Analisis Regresi Logistik... 55

4.2.3. Pengujian Model ... 56

4.2.3.1. Menguji Model Fit dan Keseluruhan (Overall Fit Model) ... 57

4.2.3.2. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 58

4.2.3.3. Koefisien Determinasi ... 59

4.2.4.4. Matriks Klasifikasi ... 61

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

4.3.1. Pengaruh auditquality terhadap opini audit going concern ... 62 4.3.2. Pengaruh audit tenure terhadap


(10)

opini audit going concern ... 63

4.3.3. Pengaruh audit report lag terhadap opini audit going concern... 63

4.3.4. Pengaruh profitabilitas terhadap opini audit going concern ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 66

5.3. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 40

Tabel 3.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian ... 45

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian ... 52

Tabel 4.2. Statistik Frekuensi Variabel Penelitian ... 53

Tabel 4.3. Statistik Frekuensi Variabel Opini Going Concern ... 54

Tabel 4.4. Statistik Frekuensi Variabel AuditQuality ... 54

Tabel 4.5. Regresi Logistik ... 55

Tabel 4.6. Hasil Uji Overall Fit Model -2Log Likelihood Awal ... 57

Tabel 4.7. Hasil Uji Overall Fit Model -2Log Likelihood Akhir ... 57

Tabel 4.8. Hosmer and Lemeshow Test ... 58

Tabel 4.9. Nagelkerke R Square ... 60


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabel Populasi dan Sampel ... 74

Lampiran 2. Tabel Opini Audit, Audit Quality Audit Report Lag, dan Profitabilitas ... 80

Lampiran 3. Statistik Deskriptif ... 83

Lampiran 4. Statistik Frekuensi ... 84


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit quality yang diproksikan dengan auditor industry specialization, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin ratio terhadap opini

going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan yang diperoleh melalui metode

purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan di situs www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi logistik untuk pengujian hipotesis.

Hasil pengujian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah audit quality

dan audit report lag memiliki pengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan audit tenure dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini going concern.

Kata kunci : opini going concern, audit quality, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas.


(15)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effect of audit quality using proxy auditor industry specialization, audit tenure, audit report lag, and profitability using proxy net profit margin ratio on going concern opinion. Population used in this research is manufacturing companies listed in Indonesian Directory Exchange from 2010-2013. This research uses 20 sample companies achieved using purposive sampling. Data used in this research is secondary data are financial statement and independent audit report published at www.idx.co.id. The analytic method is quantitative descriptive using logistic regression to examine hypotheses.

The results indicate audit quality and audit report lag are significantly affect the going concern opinion, meanwhile audit tenure and profitability have no effect on going concern opinion.

Keywords : going concern opinion, audit quality, audit tenure, audit report lag, and profitability.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. Pertumbuhan ini ditandai dengan semakin banyak dan berkembangnya perusahaan yang go public dan semakin pesat pula aktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan sebagai mesin perekonomian negara, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.64 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa perlu disediakan kemudahan untuk memperoleh informasi keuangan tahunan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian nasional, diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang ditetapkan dan telah diaudit oleh akuntan publik bersertifikat dan terdaftar di Bapepam.

Seiring dengan hal tersebut, laporan keuangan sebagai elemen penting dalam pengambilan keputusan dituntut untuk memberikan informasi yang akurat dan aktual mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, alokasi sumber daya, dan keputusan ekonomi lainnya. Pelaporan keuangan berdasarkan Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan terdiri atas a) Laporan Posisi Keuangan; b) Laporan Laba Rugi; c) Laporan Perubahan Ekuitas; d) Laporan Arus Kas; dan e) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan sendiri pada dasarnya harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas


(17)

informasi laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan (IAI, 2009).

Untuk mendapatkan informasi yang andal bagi pengambil keputusan, maka pengambil keputusan dapat meminta jasa akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan penyaji informasi (Rahayu dan Suhayati, 2010:7). Akuntan publik yang selanjutnya disebut auditor sebagai pihak independen diharapkan memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan. Auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu perusahaan. Tugas seorang auditor adalah memberikan opininya atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya, apakah wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Hasil penilaian inilah yang nantinya akan menjadi informasi dan pertimbangan bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Kualitas opini audit yang diberikan oleh auditor tidak dapat dinilai hanya sebatas yang disajikan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus mempertimbangkan masalah eksistensi dan kontinuitas perusahaan dengan melihat adanya kemungkinan gangguan atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Gangguan yang dimaksud dapat berupa masalah hukum (lawsuit), arus kas negatif, kurangnya modal kerja, dan lain sebagainya.

Hal ini sesuai dengan standar Auditing seksi 341 yang menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan


(18)

hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Maka dari itu, di samping memberikan opini mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan, memberikan opini mengenai keberlangsungan usaha (going concern) kliennya juga merupakan bagian dari tanggung jawab auditor.

Perusahaan mendapatkan opini audit going concern ketika adanya kondisi atau informasi tertentu yang menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktivanya kepada pihak luar melalui bisnis operasional, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan, dan kegiatan serupa lainnya. Kondisi ini disebut sebagai financial distress yang dapat mengacu kepada kebangkrutan karena perusahaan mengalami arus kas negatif, rasio keuangan yang buruk dan kegagalan dalam memenuhi kewajibannya sehingga keberlangsungan usaha diragukan. Selain masalah yang berkaitan dengan kondisi finansial perusahaan, masalah internal lainnya seperti pemogokan kerja oleh karyawan atau kurang baiknya hubungan perusahaan dengan pegawainya bisa menjadi pertimbangan yang digunakan auditor untuk memberikan opini going concern. Adapun contoh masalah eksternal perusahaan yaitu pengaduan gugatan pengadilan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kehilangan lisensi atau paten penting, dan adanya bencana alam yang menyebabkan kelangsungan hidup perusahaan berada dalam kondisi diragukan.

Auditor memiliki kebebasan untuk menyatakan opininya, namun ada beberapa kondisi yang menghalangi kebebasan mental auditor, termasuk


(19)

menyatakan opini going concern. Kondisi-kondisi tersebut, antara lain adanya kecenderungan auditor memuaskan keinginan kliennya karena auditor dibayar oleh kliennya; dan jika auditor mempertahankan sikap mental yang bebas, maka akan menyebabkan lepasnya klien.

Bagi auditor, memberikan opini going concern bagi entitas yang diauditnya merupakan hal yang sulit dilakukan karena akan memicu banyak masalah. Misal, akan muncul hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena investor membatalkan investasinya atau kreditor menarik dana yang diberikan kepada perusahaan tersebut (Venuti, 2007). Penyebab yang lain adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Joanna, 1994). Meskipun demikian, pengungkapan opini audit going concern harus tetap dilakukan agar perusahaan dapat mengambil langkah tepat untuk menyelamatkan usahanya yang sempat mengalami masalah.

Contoh kasus dimana auditor tidak mampu memprediksi keberlangsungan hidup kliennya adalah kasus Enron. Kasus ini terjadi karena adanya skandal akuntansi yang sistematis melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal perusahaan, yaitu KAP Arthur Anderson dimana Enron melakukan mark up

pendapatan dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Akibatnya KAP Arthur Anderson dipersalahkan atas kebangkrutan yang dialami Enron.

Keberlangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dinilai dari faktor eksternal dan internal perusahaan tersebut (Purba, 2009). Dari faktor eksternal dapat dikaitkan dengan kondisi perekonomian, tingkat persaingan, kondisi sosial


(20)

politik, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan auditor, seperti kualitas audit (audit quality), masa kerja audit (audit tenure), dan audit report lag. Sedangkan dari faktor internal biasanya dikaitkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola semua sumber daya yang dimiliki perusahaan agar mampu membayar hutang-hutangnya dan meningkatkan penjualannya agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang ketat secara kontiniu. Dalam hal ini misalnya, profitabilitas yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan dengan net profit margin ratio (NPRM). Oleh karena itu, kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti

audit quality, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas (net profit margin ratio).

Motivasi penulis meneliti tentang opini audit going concern adalah karena mengingat betapa pentingnya tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang digunakan investor dan calon investor sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Penulis memilih perusahaan manufaktur sebagai objek yang diteliti karena perusahaan manufaktur memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu data keuangan perusahaan manufaktur lebih reliable dalam penyajian akun-akun laporan keuangan seperti cash flow, penjualan, perubahan modal, dan lain-lain.

Penelitian mengenai audit quality sebelumnya telah dilakukan oleh Januarti (2009) yang diproksikan dengan auditor industry specialization dan hasil


(21)

penelitian berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian Santosa dan Wedari (2007) yang menggunakan proksi afiliasi internasional KAP menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Dalam penelitian Junaidi dan Hartono (2010), Knechel dan Vanstraelen (2007), dan Lim dan Tan (2009) menyatakan audit tenure memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian selanjutnya oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) menunjukkan audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan dalam penerimaan opini audit going concern.

Penelitian mengenai pengaruh audit report lag terhadap opini audit going concern yang dilakukan oleh Januarti (2009) menyebutkan ARL berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap opini audit going concern. Sementara, penelitian Agustina dan Zulaikha (2013) menyatakan audit lag tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Januarti dan Fitrianasari (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap opini audit going concern dan menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern.

Adanya gap research antara hasil penelitian dan keinginan untuk membuktikan konsistensi hasil penelitian sebelumnya, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “ Pengaruh audit quality, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas terhadap opini audit going concern

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013”.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka yang menjadi perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah audit quality berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern?

2) Apakah audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern?

3) Apakah audit report lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

4) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris tentang :

1) pengaruh audit quality terhadap penerimaan opini audit going concern,

2) pengaruh audit tenure terhadap penerimaan opini audit going concern,

3) pengaruh audit report lag terhadap penerimaan opini audit going concern, dan

4) pengaruh profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagi Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai pengaruh audit quality, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern.

2) Bagi Investor dan Calon Investor, diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan mengenai going concern

(keberlangsungan usaha suatu perusahaan) sehingga investor dan calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan investasi.

3) Bagi Auditor Independen, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan dan bahan referensi dalam melakukan audit terkhususnya ketika melakukan audit yang berhubungan dengan

going concern.

4) Bagi Manajemen Perusahaan, diharapkan dapat memberikan referensi bagi manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk keberlangsungan perusahaannya.

5) Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan bahan kajian lanjut bagi penelitian yang berkaitan dengan opini going concern.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Signalling (Signalling Theory)

Signalling theory adalah bagaimana akuntansi dapat digunakan untuk menyatakan sinyal informasi tentang perusahaan. Laporan keuangan sering digunakan untuk memberikan sinyal tentang perusahaan, terutama ketika trend

pendapatan menjadi sorotan untuk mengindikasikan kemungkinan pendapatan di masa depan (Godfrey et.al., 2010:395). Teori signalling menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak eksternal dan adanya dorongan perusahaan untuk memberikan informasi tersebut kepada pihak eksternal.

Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit memberikan sinyal kualitas dari perusahaan dan juga sahamnya (Datar, Feltham, dan Hughes, 1991). Kualitas perusahaan dideskripsikan dari kemampuannya bertahan hidup dalam masa yang panjang (going concern). Kondisi ini akan membantu meyakinkan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan. Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang bahwa opini going concern akan menimbulkan self-fulfilling propechy dimana opini ini akan menjadi sinyal bahwa perusahaan akan diragukan kemampuannya untuk tetap bertahan hidup. Ketika auditor yang memiliki kualitas audit yang baik menyatakan opini going concern atas sebuah perusahaan, maka hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi calon investor dan juga


(25)

investor yang sebelumnya telah berinvestasi dalam perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit akan memberikan sinyal terkait kualitas perusahaan, kualitas saham perusahaan, dan kualitas investasi dari perusahaan tersebut yang berkaitan pula dengan kemampuan perusahaan untuk dapat goingconcern.

Publikasi laporan tahunan yang menunjukkan kondisi perusahaan yang

profitable memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa mendatang dan sinyal ini tentu bernilai positif (good news). Ketika perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi diharapkan memperoleh laba yang tinggi sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan mendapat opini audit

going concern (Januarti, 2008). Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat agar segera dapat memberitahukan kabar baik kepada publik dan mendapat respon positif dari publik. Publikasi yang melewati batas ketentuan Bapepam (90 hari) memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki masalah dalam laporan keuangan yang kemungkinan dikarenakan auditor membutuhkan ARL yang lama.

2.1.2 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh artinya suka menurut (perintah, dsb.); taat (pada perintah, aturan, dsb.) dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan. Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;


(26)

dalam Peraturan Bapepam Nomor X.E.1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-06/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala oleh Perusahaan Efek; dan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.

Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Ketepatan waktu ini berhubungan dengan audit report lag. Jika ARL yang dibutuhkan lama, penyampaian laporan keuangan akan tidak tepat waktu.

Kepatuhan terhadap masa perikatan audit (audittenure) telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 yang menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Sesuai dengan standar auditing yang telah ditetapkan oleh IAI bahwa selain memberikan opini audit, auditor juga harus bertanggung jawab dalam pengungkapan going concern

entitas. Jika auditor melakukan penyimpangan dengan tidak mengungkapkan atau berusaha menutupi masalah goingconcern entitas, tentu hal ini akan bertentangan dengan teori kepatuhan.


(27)

Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010). Sama halnya dengan auditor yang berusaha untuk memberikan kinerja terbaiknya berupa kualitas audit. Auditor juga harus patuh dalam memenuhi tugas sesuai dengan jangka waktu audittenure-nya.

2.1.3 Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Menurut Agoes (2000:1), auditing atau pengauditan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara krisis dan sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, auditing dapat dikatakan sebagai proses pemeriksaan sistematis dan kritis terhadap laporan keuangan perusahaan oleh auditor independen yang bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.


(28)

Hasil audit yang telah dilakukan oleh auditor dilaporkan dalam laporan audit yang merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan opininya atas laporan keuangan, atau dalam kasus tertentu dapat menyatakan tidak memberikan opini, dan menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang telah ditetapkan oleh IAI. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SA Seksi 110 paragraf 01). Tuanakotta (1982:7) menyebutkan prinsip auditing antara lain: kebenaran dasar (basic truth) yang menunjukkan bagaimana tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Prinsip-prinsip lainnya adalah prinsip pemberian informasi secara lengkap dan tidak menyesatkan (full disclosure); prinsip konsistensi (consistency) yaitu penerapan prinsip akuntansi yang sama tahun ini dengan tahun sebelumnya agar informasi dapat dibandingkan; prinsip materialitas (materiality) yang membedakan penting atau tidaknya suatu hal tergantung dari sifat dan/atau besarnya hal tersebut; dan prinsip lainnya.

Adapun tahapan kegiatan audit yang dilakukan, baik untuk perusahaan besar maupun kecil adalah sebagai berikut (Jusup, 2001:169).

1. Penerimaan penugasan audit

Tahap awal dimulainya proses audit adalah dengan mengambil keputusan menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau melanjutkan menjadi auditor bagi klien yang sudah ada. Dengan mengambil keputusan untuk menerima kesempatan menjadi auditor, tahap selanjutnya yaitu mengadakan perjanjian perikatan. Dalam perikatan audit, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor menyangggupi untuk melaksanakan pekerjaan audit sesuai kompetensi profesionalnya.


(29)

Pada umumnya, keputusan untuk menerima (atau menolak) sudah dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum tahun akhir buku yang akan diperiksa. Dalam tahap ini, yang perlu diterapkan adalah standar umum dari standar auditing.

2. Perencanaan dan perancangan audit

Perencanaan dan perancangan penugasan audit yang baik harus bisa menghasilkan pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang masuk akal (Rahayu dan Suhayati, 2009:107). Pada tahap ini, standar umum dan standar pekerjaan lapangan adalah standar yang perlu diterapkan. Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan perancangan audit biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor auditor dan personel klien tersebut.

3. Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ini sering disebut sebagai tahap pelaksanaan pekerjaan lapangan dan merupakan bagian penting dalam proses audit. Pengujian ini dilakukan tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu samapi tiga bulan setelah akhir tahun buku. Standar yang diterapkan dalam tahap ini adalah satndar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Tujuan utama dilaksanakannya tahap pelaksanaan pengujian audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan keuangannya. 4. Penyelesaian dan pelaporan hasil audit

Tahap ini adalah tahap akhir dalam proses audit. Tahap ini merupakan proses yang sangat subyektif dan sangat bergantung pada pertimbangan profesional auditor (Rahayu dan Suhayati, 2010:115). Pada tahap pelaporan hasil audit harus menerapkan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing.

2.1.4 Auditor

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik, akuntan publik atau auditor adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Jasa


(30)

yang disediakan auditor adalah jasa atestasi dan yang termasuk dalam jasa atestasi adalah :

a) Jasa audit umum atas Laporan Keuangan,

b) Jasa pemeriksaan atas Laporan Keuangan Prospektif,

c) Jasa pemeriksaan atas pemeriksaan informasi keuangan performa, d) Jasa review atas laporan keuangan, dan

e) Jasa atestasi lainnya seperti tercantum dalam SPAP.

Auditor independen (independent auditors), yang dikenal sebagai auditor eksternal, adalah akuntan publik bersertifikat (certified public accountant; CPA) yang mempunyai kantor praktik sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lain kepada klien (Guy, Alderman, dan Winters, 2002:11). Auditor independen mengaudit seluruh laporan keuangan perusahaan terbuka dan banyak perusahaan tertutup. Adapun hasil akhir dari proses auditing adalah pelaporan hasil auditing yang berisi opini auditor atas pemeriksaan laporan keuangan klien.

Auditor internal (internal auditor) adalah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit ketaatan (compliance audit) dan audit operasional (operational audit). Auditor internal biasanya melaporkan kepada dewan direktur organisasi, yaitu pengguna utama hasil kerja auditor internal.

Auditor pemerintah (government auditor) adalah auditor yang menentukan ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan, kebijakan, dan prosedur yang


(31)

digunakan oleh berbagai badan pemerintahan. Aktivitas yang dilakukan oleh auditor pemerintah adalah (Rahayu dan Suhayati, 2010:14):

a) Audit keuangan (financial audits): 1. Audit laporan keuangan,

2. Audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan b) Audit kinerja (performance audits):

1. Audit ekonomi dan efisiensi operasi organisasi

2. Audit atas program pemerintahan dan BUMN (efektivitas)

2.1.5 Opini Audit

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa auditor bertugas memberikan opininya sebagai hasil pemeriksaan laporan keuangan klien. Opini tersebut yaitu (Mulyadi, 2002):

a. Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with Explanatory Language)

c. Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) d. Opini tidak wajar (Adverse Opinion)

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion atau No Opinion).


(32)

2.1.6 Keberlangsungan Usaha (Going Concern)

Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-aktivitasnya yang tiada henti. Kesinambungan operasi entitas akan menghasilkan laporan keuangan yang bersifat sementara sesuai periode aktivitas dan akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara berkelanjutan. Postulat going concern digunakan sebagai dasar bahan pertimbangan pada saat penyusunan laporan keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai pilihan dalam proses penyusunan standar akuntansi karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang sifatnya tidak pasti (Riduwan, 2007).

Purba (2009) menyebutkan ada beberapa kondisi yang berujung pada ketidakmampuan entitas bisnis mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern):

1. Keuangan

Kondisi keuangan perusahaan merupakan kunci utama untuk melihat apakah perusahaan akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak pada masa mendatang. Kondisi keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam pelunasan bunga pinjaman kepada kreditur dan memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Apabila kondisi keuangan memburuk, maka kemungkinan perusahaan untuk going concern pun akan menurun pula. Demikian sebaliknya, jika kondisi keuangan mengalami perkembangan ke arah yang positif atau mengalami kestabilan, kemungkinan goingconcern-nya akan meningkat.

2. Moneter

Kendala moneter, selain memengaruhi pinjaman luar negeri dan ekspor sebuah negara, khususnya dalam perekonomian Indonesia, juga memengaruhi ekonomi mikro jika banyak entitas bisnis


(33)

a. Sosial

Risiko kerawanan sosial adalah risiko yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dapat timbul sebagai dampak sampingan, misalnya tingkat kriminalitas tinggi dan penyakit sosial lainnya. b. Politik

Perusahaan adalah bagian dari sebuah rezim yang berkuasa sebagai pihak regulator. Hal ini berakibat pada iklim investasi suatu negara yang pasti akan dipengaruhi oleh situasi politik negara tersebut.

c. Pasar

Kemampuan perusahaan menguasai pasar sangat memengaruhi keberhasilan perusahaan menghasilkan laba. Apabila sebuah perusahaan kehilangan kemampuan menguasai pangsa pasar, maka secara otomatis kemampuan going concern-nya akan mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh daya saing, regulasi, jalur produksi, inovasi produk, teknologi, dan lain sebagainya.

d. Teknologi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan harus mampu mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya. Hal ini menuntut perusahaan untuk menguasai teknologi agar dapat berhubungan dengan lingkungan bisnisnya.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya (Arens,2002 : 66), antara lain: (a) kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan, (b) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo, (c) kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa, dan (d) perkara pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi. Jika auditor meragukan kemampuan perusahaan untuk going concern, maka auditor akan menyatakan opini audit going concern. Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap


(34)

kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini (Dewayanto, 2011).

2.1.7 Opini Audit GoingConcern

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2001: SA Seksi 341 paragraf 2). IAI (2001) memaparkan langkah-langkah yang akan ditempuh auditor dalam mengevaluasi kemampuan going concern perusahaan dengan cara berikut ini.

1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakannya menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pas. Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:

a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut,

b. mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan. 3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil

kesimpulan apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going


(35)

concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor. SA Seksi 341 paragraf 06 menjelaskan bahwa auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit).

IAI (2001) mencontohkan kondisi atau peristiwa yang berkaitan adalah sebagai berikut.

1) Tren negatif, misalnya kerugian operasi yang terjadi berulang, kurangnya modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, jeleknya rasio keuangan yang penting.

2) Kemungkinan adanya financial distress, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok atas pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan besar sebagian aktiva.

3) Masalah intern, misalnya pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yag tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.


(36)

4) Masalah luar yang telah terjadi, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

2.1.8 Audit Quality

Kualitas audit (audit quality) menurut DeAngelo (1981) adalah probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit, dan persyaratan pelaporan.

Banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan reputasi auditor dan afiliasi auditor dengan KAP big four sebagai proksi dari kualitas audit. Hal ini didasari oleh opini yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki reputasi baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan proksi yang sama dengan penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) yaitu auditor industry specialization.


(37)

O’Keefe (1994) berpendapat bahwa auditor industry specialization

berhubungan positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan auditor terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan menghasilkan return positif dalam fee audit. Sehingga, para peneliti memiliki hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam industri tertentu akan memberikan kualitas yang lebih tinggi (Deis dan Giroux, 1992). Auditor dengan spesialisasi industri tertentu memiliki pengetahuan yang spesifik tentang industri klien sehingga dapat memahami karakteristik perusahaan dalam industri tersebut secara lebih komprehensif dan mampu meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi. Spesialisasi dalam industri tertentu menjadi sebuah tren, dan para peneliti menemukan bahwa auditor dengan spesialisasi menghasilkan penghematan finansial dan keuntungan dalam kualitas (Hogan and Jeter, 1999).

2.1.9 Audit Tenure

Auditor client tenure atau audit tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP atau auditor melakukan perikatan audit dengan klienyang sama. Saat auditor dan klien menjalin hubungan kerja sama dalam jangka waktu yang relatif lama, hal ini akan memberikan manfaat bagi klien maupun auditor. Bagi auditor, menjalin kerja sama dalam jangka panjang akan memberikan pemahaman yang


(38)

lebih mengenai industri dan kondisi keuangan klien yang ditanganinya sehingga akan lebih mudah mendeteksi masalah going concern, atau malah sebaliknya. Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini going concern justru akan sulit. Selain mengaburkan skeptisme profesional auditor, audit tenure yang lama akan menimbulkan masalah lain, seperti adanya keinginan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien demi menjaga hubungan baik yang telah terjalin, dan adanya anggapan auditor bahwa hasil proses audit yang sedang berlangsung akan sama seperti hasil sebelumnya. Bagi klien, menjaga hubungan kerja sama yang panjang dengan auditor dianggap akan lebih ekonomis.

Untuk tetap menjaga independensinya beberapa negara menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP. Peraturan di Indonesia mengharuskan adanya pergantian Kantor Akuntan Publik lima tahun dan auditor tiga tahun yang mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut (Bapepam, 2002). Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut. Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.


(39)

2.1.10 Audit Report Lag

Audit Report Lag (ARL) didefinisikan sebagai periode waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun fiskal perusahaan hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Menurut Lai dan Cheuk (2005), “An audit report lag or audit delay is a period from a company’s year-end date to the audit report date”. Definisi tersebut menyimpulkan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan auditor menyelesaikan proses audit, semakin lama pula audit report lag-nya.

Menurut Abdula (1996), semakin panjang waktu yang dibutuhkan di dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan bisa menyebabkan insider trading dan rumor-rumor lain di bursa saham. Lamanya ARL yang dibutuhkan selama proses pengauditan mempengaruhi publikasi laporan keuangan. ARL yang lama akan mengakibatkan berkurangnya kualitas isi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusa n yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Penelitian Ahmad et. al.(2005) menyatakan ARL dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu client cycle time

(CCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menyelesaikan atau menutup pembukuan transaksi perusahaan; dan firm cycle time (FCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan tanggung jawab audit atas laporan keuangan


(40)

perusahaan. Knechel dan Payne (2001) dalam penelitiannya membagi ARL dalam 3 komponen, yaitu :

1. Scheduling Lag, yaitu selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.

2. Fieldwork Lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya.

3. Reporting Lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.

2.1.11 Profitabilitas

Profitabilitas adalah jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Profitabilitas sebagai indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba memiliki pengaruh dalam publikasi laporan keuangan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset, maupun modal saham tertentu. Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Net Profit Margin Ratio (NPMR), dimana laba bersih sebelum pajak dibagi dengan penjualan bersih.

NPMR mengindikasikan seberapa baiknya perusahaan mengkonversikan penjualan menjadi laba setelah semua beban dikeluarkan. Semakin besar NPMR berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya


(41)

sehubungan dengan kegiatan usahanya. Sejalan dengan hal yang disebutkan sebelumnya, semakin besar NPMR maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Peningkatan kepercayaan investor untuk berinvestasi ini memiliki efek positif pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya. Secara umum, ketika margin laba bersih perusahaan menurun dari waktu ke waktu, segudang masalah bisa jadi penyebabnya, mulai dari penurunan penjualan, kurangnya hubungan dengan pelanggan, sampai adanya manajemen pengeluaran yang tidak memadai.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Knechel dan Vanstraelen (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh

audit tenure dan audit quality terhadap opini going concern dengan variabel kontrol ukuran perusahaan klien, audit report lag, prediksi model kebangkrutan, ukuran KAP, dan usia perusahaan. Hasil penelitiannya adalah auditor tidak menjadi kurang independen dari waktu ke waktu juga tidak menjadi lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. Sebaliknya, bukti untuk masa perikatan baik dalam meningkatkan atau menurunkan kualitas audit lemah.

Pada penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) yang menguji pengaruh kualitas audit, debt defaultt, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern menunjukkan hasil bahwa debt default dan opinion shopping


(42)

audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Penelitian Santosa dan Wedari (2007) menguji pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitiannya adalah kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Opini audit sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern sedangkan ukuran perusahaan dan kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap opini goingconcern.

Januarti dan Fitrianasari (2008) menguji rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar) dan rasio non keuangan (ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, audit lag) yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern pada auditee. Hasil pengujiannya adalah hanya satu rasio keuangan yaitu rasio likuiditas dan dua rasio non keuangan (opini audit tahun sebelumnya dan audit lag) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pemberian opini going concern oleh auditor pada auditee.

Penelitian Januarti (2009) menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt default, ukuran perusahaan, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan institusional terhadap penerimaan opini going concern. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah kondisi keuangan perusahaan, debt default, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, auditor client


(43)

tenure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern

sedangkan audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Kartika (2012) menguji kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujiannya adalah Kondisi keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Agustina dan Zulaikha (2013) yang menguji pengaruh ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancer terhadap opini audit going concern. Hasil pengujiannya adalah ukuran KAP tidak berpengaruh positif terhadap opini going concern, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan,

audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini goingconcern.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis menggunakan auditor industry specialization sebagai proksi dari kualitas audit (audit quality), penghitungan tenure menggunakan tenure auditor 3 tahun sebagai proksi audit tenure, dan menggunakan net profit margin ratio sebagai proksi dari profitabilitas.


(44)

Tinjauan penelitian terdahulu terangkum dalam tabel sebagai berikut. Tabel 2.1

Penelitian terdahulu No Peneliti/

Tahun Variabel Dependen Variabel Independen Alat

Analisis Hasil Penelitian 1. Knechel

dan Vanstraelen (2007) Going concern opinions Variabel independen: Auditquality

dan audit tenure Variabel 29ontrol: Client Size (LNSALES), Audit Report Lag, D-score, Audit Firm Size (Big 6), Age of The Company Measured in Years. Regresi logistik Auditor tidak menjadi kurang independen dari waktu ke waktu juga tidak menjadi lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. Sebaliknya, bukti untuk masa perikatan baik dalam meningkatkan atau menurunkan kualitas audit lemah. 2. Praptitorini

dan Januarti (2007)

Penerimaan opini going concern

Kualitas audit, debt defaultt, dan

opinion shopping.

Regresi logistik

Debtdefault dan

opinionshopping

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini

goingconcern, sedangkan kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Santosa dan Wedari Penerimaan opini audit Kualitas audit, kondisi Regresi logistik Kualitas audit dan pertumbuhan


(45)

concern perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan. berpengaruh terhadap opini

goingconcern. Opini audit sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern sedangkan ukuran perusahaan dan kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap opini going concern. 4. Januarti dan

Fitrianasari (2008) Opini audit going concern Rasio likuiditas , profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan, nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit tahun sebelumnya, auditorclient tenure, dan

auditlag

Regresi logistik

Rasio likuiditas, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan rasio

profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio

pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, dan

auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap

pemberian opini audit going concern.

5. Januarti (2009)

Penerimaan Opini Audit

Going

Debt default, ukuran

Regresi logistik.

Debt default, ukuran


(46)

Concern auditor client tenure, opini tahun sebelumnya, kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional auditor client tenure, opini tahun sebelumnya, kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan

kondisi keuangan perusahaan, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. 6. Kartika

(2012)

Penerimaan opini going concern Kondisi keuangan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping Regresi logistik Kondisi keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

7. Agustina dan Zulaikha

Opini going concern Ukuran KAP, opini audit tahun Regresi logistik Ukuran KAP tidak berpengaruh positif terhadap opini going


(47)

penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan,

auditlag,

debtdefault, rasio

kecukupan arus kas, dan rasio lancar.

concern, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini

goingconcern, sedangkan penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi

perusahaan, audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan opini

goingconcern.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini memiliki empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah audit quality, audit tenure, audit report lag, dan profitabilitas. Variabel dependen yang digunakan adalah opini audit going concern.

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1

Audit Quality (X1)

Audit Tenure (X2)

Audit Report Lag (X3)

Profitabilitas (X4)

Opini Audit Going Concern


(48)

Laporan keuangan adalah sumber informasi yang menunjukkan kondisi keuangan entitas dan akan digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan ekonomi. Dari laporan keuangan dapat dilihat rasio-rasio keuangan yang menggambarkan kinerja manajemen, termasuk di dalamnya rasio net profit margin (NPMR). Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit yang diberikan auditor spesialis yang digambarkan melalui laporan audit akan menjadi sinyal mengenai kondisi perusahaan yang diauditnya. Jika auditor spesialis menerbitkan opini going concern atas perusahaan yang diauditnya, maka akan berdampak pada keputusan investasi investor maupun calon investor karena opini tersebut memberi sinyal bahwa kondisi perusahaan untuk bertahan hidup diragukan.

Ketepatan waktu pengumuman laba/profit (good news) kepada publik merupakan hal yang penting dan merupakan sinyal yang bagus karena kondisi ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Laporan keuangan yang dipublikasikan tepat waktu juga menunjukkan kepatuhan entitas atas peraturan yang ditetapkan Bapepam sebagai lembaga yang berwenang. Penundaan publikasi laporan keuangan dapat menyebabkan manfaat dari pengungkapan informasi menjadi kurang relevan bagi pengguna informasi keuangan terutama yang berhubungan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Hal ini menjadi sinyal bahwa laporan keuangan mengalami masalah sehingga auditor membutuhkan ARL yang lebih lama.


(49)

Auditor bertanggung jawab memberikan opini audit atas laporan keuangan dan pengungkapan kemampuan perusahaan untuk going concern. Opini yang dikeluarkan auditor harus berkualitas dan tanpa rekayasa. Kepatuhan auditor untuk melaksanakan tanggung jawab ini erat kaitannya dengan teori kepatuhan. Pemahaman auditor, kemampuan auditor menguasai karakteristik lingkungan bisnis sebuah industri, dan pengalaman mengaudit banyak entitas yang berada dalam satu industri tertentu (spesialisasi industri auditor) akan membuat opini audit lebih berkualitas dan auditor lebih mudah memprediksi masalah going concern-nya sebuah entitas. Jika kualitas audit yang dimiliki auditor tinggi maka perikatan audit antara auditor dengan klienakan diperpanjang.

Dalam pengungkapan masalah going concern entitas, auditor tidak boleh dipengaruhi oleh lamanya audittenure yang terjalin dengan entitas. Dua argumen yang mendukung hubungan negatif lama audit tenure dengan kualitas audit yang berkaitan dengan pengungkapan masalah going concern entitas, yaitu (a) adanya erosi independensi auditor yang disadari atau tidak, muncul karena ikatan loyalitas yang berpengaruh kepada obyektivitas auditor; dan (b) berkurangnya kapabilitas auditor untuk bersikap kritis akibat familiaritas yang dirasakan auditor sehingga pendekatan pengujian audit kreatif yang sering terjadi saat awal perikatan audit semakin terbatas juga (Wibowo dan Rosietta, 2008).

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau


(50)

pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Susanti, 2010 : 229). Menurut Sugiyono (2006 : 51)

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Dari pengertian di atas, pengembangan hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.4.1 Pengaruh audit quality terhadap opini audit going concern

Audit quality adalah gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Vanstraelen (1999) menyatakan bahwa mengidentifikasi masalah going concern perusahaan berkaitan dengan kompetensi seorang auditor. Kompeten atau tidaknya seorang auditor dapat dinilai dari pengalaman audit, pengetahuan, dan pemahaman spesifik tentang industri yang ditangani oleh auditor. Jika seorang auditor memiliki kompetensi dalam menangani industri tertentu, dapat disimpulkan bahwa dia adalah auditor spesialis industri tersebut.

Auditor yang memiliki spesialisasi industri akan lebih mudah mendeteksi kesalahan maupun penyelewengan yang terdapat dalam sistem akuntansi kliennya. Auditor juga akan lebih mudah mendeteksi dan mengungkapkan kemampuan


(51)

tercermin dalam opini audit ini dapat menjadi sinyal yang menunjukkan kondisi perusahaan yang nantinya akan menjadi pertimbangan auditor dalam mengambil keputusan bisnis. Mayangsari (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1 : Auditquality berpengaruh terhadap opini audit goingconcern

2.4.2 Pengaruh audit tenure terhadap opini audit goingconcern

Vanstraelen (1999) menyebutkan memutuskan untuk mengungkapkan keraguan atas going concern-nya sebuah perusahaan merupakan hal yang berkaitan dengan independensi seorang auditor. Independensi auditor erat kaitannya dengan jangka waktu dan keakraban hubungan kerja sama auditor dengan klien-nya dan akan mempengaruhi kualitas audit yang akan diberikan. Tingkat kualitas audit dan juga kepatuhan auditor dapat diukur dari objektivitasnya dalam pengungkapan opini goingconcern.

Semakin lama audit tenure yang terjalin, independensi auditor akan mengabur, dan kemampuan untuk mengungkapkan masalah ketidakmampuan untuk going concern yang dimiliki klien juga akan semakin rendah. Hasil penelitian Junaidi dan Hartono (2009) menemukan bukti bahwa audit tenure

berpengaruh terhadap penerbitan opini audit modifikasi going concern oleh auditor.

Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dirumuskan sebagai berikut. H2 : Audittenure berpengaruh terhadap opini audit goingconcern


(52)

2.4.3 Pengaruh auditreportlag terhadap opini audit goingconcern

Audit report lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan yang muncul karena adanya kebutuhan informasi dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai. Semakin lama waktu penyelesaian proses audit, semakin lama pula ARL sebuah perusahaan dan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam publikasi laporan keuangan. Lamanya proses audit ini memungkinkan aditor untuk menemukan kecukupan bukti yang mengarah pada penerbitan opini going concern. Ketepatan waktu dalam publikasi laporan keuangan kepada Bapepam menunjukkan kepatuhan perusahaan dan auditor terhadap peraturan yang ada. McKeown et al. (1991) menyebutkan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini

going concern.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis selanjutnya sebagai berikut: H3 : Audit report lag berpengaruh terhadap opini audit going concern.

2.4.4 Pengaruh profitabilitas terhadap opini audit going concern

Analisis profitabilitas bertujuan mengukur tingkat efisiensi usaha dan mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada di neraca perusahaan bersangkutan guna menganalisis efisiensi dan profitabilitas perusahaan bersangkutan. Semakin tinggi profitabilitas (diproksikan dengan rasio NPM),


(53)

diharapkan laba yang diperoleh perusahaan semakin tinggi sehingga kecil kemungkinan perusahaan mendapat opini going concern. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komalasari (2004), profitabilitas cenderung mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit. Net Profit Margin Ratio (NPM) diperoleh dengan membagi laba/ rugi bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha, serta meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi dalam perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dirumuskan sebagai berikut. H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti menggunakan penelitian dasar (basic research) yakni penelitian yang berkaitan dengan pemecahan masalah berupa persoalan yang bersifat teoretis dan tidak mempunyai pengaruh secara langsung dengan penentuan kebijakan, tindakan, atau kinerja tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999:23). Berdasarkan karakterisitik masalah, penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif (causal-comparative research) yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 1999:27), dan berdasarkan jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian penelitian arsip (archival research) yang merupakan penelitian terhadap fakta yang tertulis (dokumen) atau berupa arsip data (Indriantoro dan Supomo, 1999:30).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang atau kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 155). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Pemilihan perusahaan manufaktur bertujuan untuk menghindari industrial effect, yaitu risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan lainnya.


(55)

Sampel ialah meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 155). Hasil penelitian dengan menggunakan sampel akan diberlakukan pula untuk populasi. Berdasarkan hal ini, sampel penelitian harus benar-benar mewaliki atau representatif. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang lebih dikhususkan pada penggunaan judgment sampling. Judgment sampling adalah tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 131). Adapun kriteria penelitian sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2013 dan sudah terdaftar sebelum 2010.

2. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

3. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami proses perubahan maksud dan tujuan serta kegiatan operasi selama periode penelitian.

4. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan auditor independen bersama dengan laporan keuangan yang telah diaudit pada periode 2010-2013.

5. Mengalami rugi bersih selama dua periode laporan keuangan saat pengamatan. Kerugian digunakan untuk menunjukkan trend kondisi


(1)

LAMPIRAN 5

Hasil Analisis Regresi

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES GCAO

/METHOD=ENTER SPEC TENYRS ALAG NPMR

/CONTRAST (SPEC)=Indicator

/CLASSPLOT

/CASEWISE OUTLIER(2)

/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Notes

Output Created 30-JAN-2015 16:43:47

Comments

Input

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 80

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing

Syntax

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES GCAO /METHOD=ENTER SPEC TENYRS ALAG NPMR /CONTRAST

(SPEC)=Indicator /CLASSPLOT

/CASEWISE OUTLIER(2) /PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Resources Processor Time 00:00:00.09


(2)

[DataSet1]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 80 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 80 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 80 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Non Going Concern Audit

Opinion 0

Going Concern Audit Opinion 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding (1)

SPEC Non Industry Specialist 43 1.000

Industry Specialist 37 .000

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant

Step 0

1 109.650 -.250

2 109.650 -.251

3 109.650 -.251

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 109.650

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

Classification Table

Observed Predicted

GCAO Percentage

Correct Non Going

Concern Audit Opinion

Going Concern Audit Opinion

Step 0 GCAO

Non Going Concern Audit

Opinion 45 0 100.0

Going Concern Audit

Opinion 35 0 .0

Overall Percentage 56.3

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.251 .225 1.243 1 .265 .778

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0

Variables

SPEC(1) 13.697 1 .000

TENYRS .016 1 .900

ALAG 8.564 1 .003

NPMR 1.741 1 .187

Overall Statistics 18.911 4 .001

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant SPEC(1) TENYRS ALAG NPMR

Step 1

1 89.531 -3.175 1.367 -.137 .028 -.001

2 88.778 -4.168 1.589 -.154 .038 -.002

3 88.767 -4.315 1.616 -.155 .040 -.002


(4)

5 88.767 -4.318 1.617 -.155 .040 -.002 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 109.650

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 20.883 4 .000

Block 20.883 4 .000

Model 20.883 4 .000

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 88.767a .230 .308

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 9.197 8 .326

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test GCAO = Non Going Concern

Audit Opinion

GCAO = Going Concern Audit Opinion

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1

1 8 7.203 0 .797 8

2 7 6.798 1 1.202 8

3 6 6.338 2 1.662 8

4 6 5.845 2 2.155 8

5 6 4.850 2 3.150 8

6 1 3.862 7 4.138 8

7 2 3.476 6 4.524 8


(5)

10 2 1.139 6 6.861 8

Classification Tablea

Observed Predicted

GCAO Percentage

Correct Non Going

Concern Audit Opinion

Going Concern Audit Opinion

Step 1 GCAO

Non Going Concern Audit

Opinion 33 12 73.3

Going Concern Audit

Opinion 9 26 74.3

Overall Percentage 73.8

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

SPEC(1) 1.617 .532 9.228 1 .002 5.037 1.775 14.297

TENYRS -.155 .383 .163 1 .686 .857 .405 1.814

ALAG .040 .018 4.844 1 .028 1.040 1.004 1.078

NPMR -.002 .002 .489 1 .484 .998 .994 1.003

Constant -4.318 1.626 7.048 1 .008 .013 a. Variable(s) entered on step 1: SPEC, TENYRS, ALAG, NPMR.

Correlation Matrix

Constant SPEC(1) TENYRS ALAG NPMR

Step 1

Constant 1.000 -.196 -.286 -.900 .013

SPEC(1) -.196 1.000 -.035 .016 .096

TENYRS -.286 -.035 1.000 -.073 -.040

ALAG -.900 .016 -.073 1.000 .041


(6)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

4 + G

+

I G

I

I G

I

F I G

I

R 3 + NN N G N G G

G G +

E I NN N G N G G

G G I

Q I NN N G N G G

G G I

U I NN N G N G G

G G I

E 2 + NN N NN NG N N GGG

G GGG G +

N I NN N NN NG N N GGG

G GGG G I

C I NN N NN NG N N GGG

G GGG G I

Y I NN N NN NG N N GGG

G GGG G I

1 + NNNNNNNN GNN NNNG N NNN NN NG N G GG GGNN

GN NGN NGNNG G N NGG G GN G N GG +

I NNNNNNNN GNN NNNG N NNN NN NG N G GG GGNN

GN NGN NGNNG G N NGG G GN G N GG I

I NNNNNNNN GNN NNNG N NNN NN NG N G GG GGNN

GN NGN NGNNG G N NGG G GN G N GG I

I NNNNNNNN GNN NNNG N NNN NN NG N G GG GGNN

GN NGN NGNNG G N NGG G GN G N GG I

Predicted

---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group:

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGG

GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG

Predicted Probability is of Membership for Going Concern

Audit Opinion

The Cut Value is .50

Symbols: N - Non Going Concern Audit Opinion

G - Going Concern Audit Opinion

Each Symbol Represents .25 Cases.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) dalam Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB) di Kabupaten Langkat tahun 2014

7 116 122

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 50 95

Analisis Pengaruh Opini Audit, Audit Report Lag dan Kantor Akuntan Publik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

18 117 88

Pengaruh Debt to Total Assets Ratio, Kualitas Audit, dan Opini Going Concern Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 49 97

Audit Konstruksi Bangunan

0 35 14

Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 77

PENDAHULUAN Pengaruh Kualitas Audit, Audit Tenure, Opini Audit Sebelumnya Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 3 7

Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 8

PENGARUH KUALITAS AUDIT, PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 17