Audit Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Assets, Audit Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen Terhadap Opini Going Concern

17 Adjani dan Rahardja 2013 mengungkapkan bahwa kaitan komisaris dengan teori agensi yaitu dibutuhkannya keberadaan komisaris sebagai salah satu unsur penting dalam penerapan good corporate governance pada perusahaan. Untuk mewujudkannya, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan telah dilakukan dengan penuh kepatuhan pada setiap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Selain sebagai fungsi pengawasan, komisaris independen juga diharapkan menjamin strategi perusahaan telah berjalan sesuai dan memastikan terciptanya akuntabilitas, sehingga auditor tidak mengeluarkan opini going concern untuk perusahaan.

2. Audit

a. Definisi Audit Menurut Agoes 2012: 4, auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Report of The Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association Accounting Review, vol. 47 dalam Boynton et. al. 2006: 5 memberikan definisi auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi 18 dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses kritis dan sistematis yang dilakukan oleh auditor independen dalam mengevaluasi secara objektif laporan keuangan yang telah disusun manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti berdasarkan peristiwa ekonomi yang terjadi dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian dan kewajaran antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk kemudian disampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. b. Jenis-jenis Audit Boynton et. al. 2006: 6 mengklasifikasikan tiga jenis audit yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Uraian mengenai ketiga audit tersebut adalah sebagai berikut: 1 Audit Laporan Keuangan Financial Statement Audit Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 19 Hasil audit laporan keuangan tersebut akan didistribusikan kepada para pengguna dalam cakupan yang luas, seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan lainnya. 2 Audit Kepatuhan Compliance Audit Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari 1 ringkasan temuan atau 2 pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut. 3 Audit Operasional Operational Audit Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Terkadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Secara khas, laporan untuk audit operasional tidak hanya memuat pengukuran 20 efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi peningkatan kinerja. c. Jenis-jenis Auditor Boynton et. al. 2006: 8 mengklasifikasikan auditor menjadi tiga kelompok, yaitu auditor independen, auditor internal, dan auditor pemerintah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga jenis auditor tersebut: 1 Auditor Independen Auditor independen atau yang sering disebut sebagai auditor eksternal merupakan akuntan publik bersertifikat yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Untuk menjadi seorang auditor independen biasanya harus memiliki lisensi yang diperoleh dari ujian persamaan akuntan publik bersertifikat dan memiliki pengalaman praktik dalam bidang audit. Auditor independen memiliki hubungan profesional dengan klien yang berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan. Perangkat yang harus dipatuhi oleh auditor independen dalam menjalankan tugasnya adalah Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, Kode Etik Akuntan Publik, dan Quality Control. 21 2 Auditor Internal Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi agar dapat mengetahui kesesuaian standar operasional perusahaan dengan pelaksanaan operasional perusahaan, sehingga manajemen dapat memberikan pertanggungjawaban yang efektif. Auditor internal umumnya memiliki tugas pada lingkup kepatuhan dan operasional, tetapi tidak menutup kemungkinan seorang auditor bertugas di luar kedua lingkup tersebut seperti evaluasi sistem komputer perusahaan atau di luar bidang akuntansi. 3 Auditor Pemerintah Auditor pemeritah merupakan auditor profesional yang berasal dari lembaga pemerintahan. Di Indonesia, lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan dan keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan BPK sebagai lembaga tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP, dan Inspektorat Jendral Itjen yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Auditor pemerintah memiliki tugas pokok melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh departemen- 22 departemen atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban yang ditujukan kepada pemerintah. d. Opini Audit Salah satu tugas dari seorang auditor yaitu menyatakan pendapatnya tentang kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan dalam sebuah laporan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yakni laporan audit bentuk baku. Laporan auditor bentuk baku terdiri dari tiga paragraf yakni paragraf pengantar Introduction Paragraph, paragraf lingkup audit Scope Paragraph, dan paragraf pendapat Opinion Paragraph Mulyadi, 2002: 410. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2011: 110.1. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia IAI, 2011: 110.1. Halim 2008: 75 menyatakan bahwa terdapat lima jenis pendapat yang diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut: 23 1 Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing , penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. 2 Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan unqualified opinion with explanatory languange Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, b adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, c laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material, d auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, 24 e auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi. 3 Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: a tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, b auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat. 4 Pendapat tidak wajar adverse opinion Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan. 25 5 Pernyataan tidak memberikan opini disclaimer of opinion Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat diberikan apabila: a ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu, b auditor tidak independen terhadap klien.

3. Going Concern

Dokumen yang terkait

Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

10 162 106

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas (Roa), Opini Audit Dan Umur Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 112 91

Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 129 96

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

8 56 106

Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor

1 12 117

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2007-2011)

1 17 150

Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern Perusahaan Tambang dan Agriculture yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014

1 32 109

OPINI AUDIT GOING CONCERN PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, KUALITAS AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

0 0 21

Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit Dan Debt Default Terhadap Opini Audit Going Concern,

0 0 17