Tindakan perbaikan dari siklus I

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 50-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 soal yang diberikan dalam permainan karena setiap jawaban akan menentukan perolehan skor bagi setiap kelompok. Pertanggungjawaban individu dituntut oleh guru, walaupun belajar dan mengerjakan tugas selalu dalam kelompok, jenis penilaiannya tetap individual. Hal ini terlihat ketika setiap peserta didik pada masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menjawab satu soal saja, dengan mencantumkan nama disamping jawaban yang diberikan. Sikap peserta didik yang dapat dibangun antara lain: termotivasi, saling menghargai, bangga, antusias, mengembangkan kejujuran, mandiri, kerjasama, adil dan terbuka. Rekapitulasi hasil penelitian ini menunjukan bahwa, terdapat peningkatan kemampuan guru untuk mendesain kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Demikian juga adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik kelas VIII-3 pada mata pelajaran IPA dengan model pembelajaran TGT walaupun indikator ketertarikan peserta didik sangat kecil sekali, hal ini dikarenakan indikator ketertarikan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar menuntut peserta didik untuk secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi peserta didik meningkat setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II. Pembelajaran pada kelas besar memang menuntut guru untuk lebih kreatif dalam membuat desain pembelajaran yang melibatkan partisipasi peserta didik secara langsung. Penerapan metode belajar tradisional maupun pembelajaran kooperatif yang tidak terorganisir hanya akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi kurang kondusif bahkan menjadi tidak efektif. Kegiatan pembelajaran di kelas hanya akan didominasi oleh peserta didik tertentu saja, sementara peserta didik lain yang belum termotivasi dalam belajar tidak akan terdorong untuk terlibat secara aktif dan tidak merasa memiliki tanggung jawab, tetapi justru akan memicu kegaduhan di kelas. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament TGT dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dapat motivasi belajar peserta didik. Hal ini terlihat pada siklus I rata-rata banyaknya peserta didik yang termotivasi pada pembelajaran sebesar 59,74 atau setara dengan 26 peserta didik. Kemudian pada siklus 2 rata- rata banyaknya peserta didik yang termotivasi pada kegiatan pembelajaran sebesar 80,15. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi peserta didik meningkat setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus 2 sebesar 20,41 atau setara dengan 35 peserta didik. SARAN Pembelajaran pada kelas besar menuntut guru untuk lebih kreatif dalam membuat desain pembelajaran yang melibatkan partisipasi peserta didik secara langsung. Penerapan metode belajar tradisional maupun pembelajaran kooperatif yang tidak terorganisir hanya akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi kurang kondusif bahkan menjadi tidak efektif. Penerapan metode pembelajaran kooperatif memiliki banyak keunggulan, dalam pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu menggali ilmu pengetahuan tidak hanya dari guru mata pelajaran yang bersangkutan melainkan juga dapat diperoleh dari diskusi antar teman, mencari informasi dari buku pelajaran dan berbagai sumber referensi serta dengan menerapkan tugas mandiri secara teratur. Dalam hal ini faktor motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament di kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerrang Selatan terbukti dapan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Kegiatan penelitian sejenis ini perlu terus dilaksanakan baik untuk memecahkan masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar ataupun untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Ahmad S., Evi S., Yanti H. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 51-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8 DAFTAR PUSTAKA Enita Sugiarti. 2013. Upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui penggunaan metode demonstrasi UPI, http:repository.upi.edu52696S_PGSD_ 1008444_Chapter3.pdf . 24 September 2016 . Salam, Abdus et all. 2015. Effects of using Teams Games Tournaments TGT cooperative technique for learning mathematics in secondary school of bangladesh. Malaysian online jounal of educational technology. diakses dari www.mojet.netfrontendarticlespdf . 05 Juni 2016. Slavin, E Robert. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung. Uliyawati, Endang dkk. 2012. Peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan metode diskusi. Diakses dari http:jurnal.untan.ac.idindex.phpjpdpbar ticleviewFile668pdf . 23 maret 2016. Usman, Uzer. 2003. Menjadi guru profesional. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya. Zulfiani dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016 Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION DI MTS NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN Zulfiani, Tri Endah Irianti, Dhuhana Putri R. Program Studi Pendidikan Biologi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email koresponden: zulfianiuinjkt.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunan model Group Investigation untuk meningkatkan motivasi belajar IPA. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan adapun penentuan kelas tindakan dilakukan secara random oleh guru. Sampel penelitian berjumlah 37 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket motivasi belajar dan lembar observasi aktivitas belajar mengajar yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Analisis data dilakukan dengan menghitung skor total tiap indikator dan diubah menjadi bentuk presentase. Hasil tersebut menunjukan bahwa model group investigation dapat meningkatkan motivasi belajar IPA . Hal ini dikarenakan dengan menggunakan model Group Invetigation, siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. Kata Kunci : group investigation; motivasi belajar IPA, penelitian tindakan kelas Abstract This study aims to find out the use of Group Investigation model to enhance the learning motivation of Natural Science. The research was conducted in State Junior Islamic School 1 of South Tangerang City. The method used was classroom action research. The sampling was done by purposive sampling technic, and the action class was randomly determined by the teacher. The sample were 37 students. The instruments used were the questionnaire of learning motivation and observation sheet of teaching-learning activities which have been tested for the validity and the realibility. The data were analyzed by counting the total score of each indicator and change it into the percentage. The result shows that group investigation model can increase the learning motivation of Natural Science. It is because by using the group investigation model, the students were actively involved in the learning situation. Keywords : group investigation; learning motivation of natural science; classroom action research PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mencapai kemajuan di berbagai bidang yang pada akhirnya akan menempatkan seseorang pada derajat yang lebih baik. Harus diakui bahwa tidak setiap manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Bisa saja yang terjadi justru seseorang tumbuh kearah kondisi yang sebenarnya tidak diharapkan sama sekali. Oleh karena itu dalam perkembangan pendidikan sangat dibutuhkan tuntunan, dan kebutuhan akan pendidikan menjadi satu kebutuhan yang cukup penting. Apalagi hidup di zaman modern yang banyak mengalami perubahan dan kemajuan seperti sekarang. Guru atau pengajar adalah salah satu komponen penting yang menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memiliki peranan yang sangat Zulfiani, Tri E. I., Dhuhana P. R. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 53-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 vital dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengelolaan kelas yang efektif dan efisien adalah salah satu tugas seorang guru dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam belajar IPA. Guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar siswa semangat dalam belajar dan mau terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut menjadi efektif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan , diperoleh bahwa guru lebih sering menggunakan metode diskusi dan ceramah pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Akibatnya, hasil pembelajaran siswa menjadi kurang memuaskan. Siswa kelas VII MTsN 1 Kota Tangerang Selatan memiliki kemampuan diskusi yang cukup baik. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Saat mereka melakukan diskusi kelompok, siswa memiliki minat yang baik terhadap tujuan pembelajaran. Misalkan saat melakukan praktikum atau diskusi kelompok, mereka cukup antusias terhadap topic yang mereka hadapi dibanding hanya mendengarkan guru menyampaikan pembelajaran. Selama proses pembelajaran yang melibatkan kelompok, secara alamiah siswa mulai berani mengeluarkan pendapat atau menyangkal pendapat temannya. Sehingga terjadi interaksi yang baik antar siswa dan menciptakan sebuah pemahaman konsep yang dibangun bersama. Selain itu diharapkan pengalaman siswa melakukan investigasi ialah kemampuan tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkan dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dengan gambaran permasalahan yang ada, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Group Investigation GIdalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA? Dari rencana pemecahan masalah yang telah diuraikan, maka secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif model group investigation . Telah banyak penelitian yang menunjukkan hasil bahwA pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Pada pembelajaran kooperatif, siswa akan belajar bagaimana bekerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kesuksesan untuk mencapapai tujuan bersama ini sangat bergantung pada hubungan dan kerjasama antar anggota kelompok. Mereka akan sukses atau gagal bersama dalam sebuah pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif GI merupakan metode pembelajaran dengan siswa belajar secara kelompok, kelompok belajar terbentuk berdasarkan topik yang dipilih siswa. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam pembelajaran kooperatif GI siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 2-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topic yang dipilih, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan di depan kelas. Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.Trianto, 2007 :59. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Metode Group Investigation | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 54-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 perencanaan baik topic yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Terdapat enam tahapan dalam pelaksanaan model pembelajaran investigasi kelompok. Tahapan tersebut yakni, memilih topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, merencanakan inevtigasi dalam kelompok, melaksanakan invetigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir dan evaluasi pencapaian. Dalam investigasi kelompok siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang IPA sesuai dengan kemampuan masing – masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Dengan demikian investigasi kelompok merupakan pendekatan yang sangat berguna dalam pembelajaran IPA. Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkan dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dari penjelasan – penjelasan tersebut, maka definisi pembelajaran investigasi kelompok dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa yang sifatnya menyebar divergent activity. Maksudnya, para siswa lebih diberikan kesempatan untuk memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal – hal menarik yang mengusik rasa keingintahuan mereka. Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi intelektual dan mendorong terciptanya investigasi. Motivasi adalah ‘pendorongan’ yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu . Menurut Oemar Hamalik motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Melaui model Group Investigatinsiswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai fasilitator. Sehingga interaksi antar siswa akan meningkat dan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian pembelajaran akan berlangsung secara aktif dan meningatkan motivasi siswa. METODE Penelitian di laksanakan pada tanggal 25 dan 28 April 2016 di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan, yang beralamat di Jl. Padjajaran no. 31 Pamulang- Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang dikutip oleh Pardjono dalam Panduan Penelitian Tindakan Kelas penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan yang meliputi perencanaan planning, tindakan action, pengamatan observation dan refleksi reflection. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII 6 di MTsN 1 Kota Tangerang Selayan tahun pelajaran 20152016 dengan jumlah siswa 37 orang. Kelas VII 6 dijadikan sampel penelitian, karena siswa kelas tersebut memiliki kemampuan diskusi yang paling baik diantara siswa kelas lain. Hal ini dilakukan karena model group investigation memnutuhkan kemampuan diskusi yang baik. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel di tentukan berdasarkan criteria tertentu. Sampel ditentukan oleh guru pamong sebagai yang memahami kondisi kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar angket Zulfiani, Tri E. I., Dhuhana P. R. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 55-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 motivasi belajar IPA dan catatan lapangan. Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk mengobservasi hal-hal yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran, seperti keterlaksanaan RPP dan keterlaksanaan rencana tindakan. Lembar observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran IPA yang diberikan oleh guru, kendala- kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan kejadian-kejadian spesifik lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Lembar angket digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar IPA siswa. Angket berisi kumpulan pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan Model Group Investigation. Data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu menggunakan lembar observasi motivasi siswa. Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi yang digunakan. Lembar observasi dianalisis secara deskriptif karena lembar observasi berupa pernyataan “ ya” atau tidak” Tabel 1. Kriteria Persentase untuk Skor Hasil Angket Motivasi Siswa Terhadap Pembelajaran IPA Persentase Yang Diperoleh Keterangan 85 -100 Sangat Tinggi 70 - 85 Tinggi 55- 70 Sedang 40- 55 Rendah 0- 40 Sangat Rendah Analisis hasil pengisian angket dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing butir pada lembar pengisian angket. Angket motivasi siswa terdiri dari 15 butir pertanyaan. Data hasil wawancara dianalisis dengan mendiskripsikan atau merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang digunakan. PEMBAHASAN Berdasarkan temuan di lapangan saat siklus I terjadi ketidak efisienan proses kerja siswa. Dosen sebagai observer mencatat hanya 2 kelompok yang tidak bertanya instruksi kerja LKS, dan terdapat 5 kelompok yang bertanya terdapat 71,4 kelompok yang bertanya. Pada siklus II, ditemukan sebanyak 28,5 perwakilan kelompok 2 dari 7 kelompok masih bertanya instruksi LKS. Hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya siswa yang bertanya mengenai instruksi kerja LKS. Sehingga, Siswa masih perlu diberikan penjelasan. Karena mengulang kembali instruksi, waktu pelaksanaan belajar dan mengajar dalam hal ini aktvitas diskusi menjadi berkurang. Tabel 2. Data Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II No Indikator Siklus I Siklus II Presentase Kategori Presentase Kategori 1 Perhatian attention 80 Tinggi 87 Sangat tinggi 2 Kepercayaan diri confident 77 Tinggi 86 Sangat tinggi 3 Relevansi relevance 75 Tinggi 85 Sangat tinggi 4 Kepuasan satisfation 81 Tinggi 88 Sangat tinggi Rata-rata 78, 25 Tinggi 86,5 Sangat tinggi Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Metode Group Investigation | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 56-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Instruksi di awal dalam proses belajar mengajar kepada siswa dapat meningkatkan efisiensi diskusi. Karena temuan di lapangan saat siklus I terjadi ketidakefisienan proses kerja siswa saat mengerjakan LKS, banyak yang bertanya instruksi kerja LKS ini menunjukkan LKS buat siswa masih perlu diberikan penjelasan akibatnya ini memakan waktu proses belajar mengajar Hal tersebut terajadi karena guru menyampaikan instruksi LKS lebih rinci disbanding pada saaat siklus I. Saat siklus II siswa lebih bertanggunjawab dalam proses belajar mengajar Berdasarkan hasil observasi motivasi yang menunjukan pada siklus I motivasi dengan kualifikasi “tinggi ”, tetapi pada siklus II motivasi siswa kelas VIII-6 meningkat dengan kualifikasi “sangat tinggi”. Perhatian tersebut terlihat dari siswa memperhatikan mendengarkan dan memperhatikan presentasipenjelasan guru, ada keberanian dari siswa untuk bertanya kepada guru jika ada hal yang belum jelas, Tidak putus asa dalam menyelesaikan soal yang sulit, Bersemangat dalam memecahkan masalah soal- soal, Mengerjakan tes kuis yang diberikan oleh guru secara individu tanpa meminta bantuan teman, Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, Mengemukakan pendapat dalam diskusi. memperhatikan presentasi kelompok serta mencatat materi yang telah dipelajari. Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk belajar mengemukakan pendapatnya dan mencari tahu informasi sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Selain itu, pada model pembelajaran ini peran guru sebagai fasilitator, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari menggunakan strategi- strategi mereka sendiri yang pada akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa untuk mempertahankan dan mempertanggung jawabkan pendapatnya. Pembelajaran dengan menggunakan metode ini membantu siswa menjadi lebih aktif dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya serta pemikiranya dalam diskusi kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari menggunakan strategi-strategi mereka sendiri yang pada akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa untukmempertahankan dan mempertanggungjawabkan pendapatnya, siswa melakukan persaingan atau kompetisi dengan siswa lain, mengetahui hasil kerjanya, mendapat pujian karena berhasil mendapat nilai baik dan tujuan yang diakui karena dirasa menguntungkan bagi temannya yang menimbulkan gairah untuk belajar. Berdasarkan data dari lembar observasi dan angket peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA dengan metode group investigation di kelas VIII MTsN 1 Kota Tangerang Selatan berjalan lancar sesuai rencana yang telah disusun. Selain itu, tujuan dari tindakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa juga tercapai. SIMPULAN Berdasarkan tindakan dan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA dengan metode group investigation di kelas VIII MTsN 1 Kota Tangerang Selatan berjalan lancar sesuai rencana yang telah disusun. Tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa tercapai, Rata-rata angket motivasi belajar siswa yang awalnya adalah 78.25 berada pada kategori tinggi , pada akhir tindakan menjadi 86,5 berada pada kategori sangat tinggi. Adapun saran dalam penelitian ini adalah Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model group investigation membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu yang baik, sehingga Zulfiani, Tri E. I., Dhuhana P. R. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 57-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 diperlukan perencanaan kegiatan pembelajaran agar penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat lebih efektif. DAFTAR PUSTAKA Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka Setia. 2011. Meningkatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, Prestasi Belajar, dan Keterampilan Proses Sainsdalam http:repository.upi.eduoperatoruploads _d025_060097_chapter2.pdf, Diakses pada tanggal 15 Januari 2012 Meningkatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, Prestasi Belajar, dan Keterampilan Proses Sains, h. 11-12 dalam http:repository.upi.eduoperatoruploads _d025_060097_chapter2.pdf, diakses pada tanggal 15 Januari 2012 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa melalui Pendekatan Investigasi, dalam http:repository.upi.eduoperatoruploads _d0151_0610680_chapter2.pdf, Diakses pada tanggal 15 Januari 2012 Sadirman. Interaksi dan Motivasi belajar. Jakarta: Rajawali press .2011 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009, h. 56. Taniredja, T., dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. 2011. Asita, Ismail Efendi, dan Fajri, Siti Rabiatul. Pengaruh Model Pembelajaran KooperatifTipe Group InvestigationGi Terhadap MotivasiDan Hasil BelajarkognitifSiswa Kelas ViiiSmp Negeri 2 KayanganTahunPelajaran20132014.Http: lppm.ikipmataram.ac.idwp- contentuploads201504Asita-Pengaruh- Model-Pembelajaran-Kooperatif-Tipe- Group-Investigation-GI-terhadap- Motivasi-dan-Hasil-Belajar-Kognitif- Pend-Biologi.pdf. Diakses 29 Maret 2016 Kumaladewi, Ratih Puji Astuti., Asria, dan Hariyadi, Bambang. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigasi Bermedia dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Pemahaman Konsep Biologi. Edu-Sains Volume 4 No. 1, Januari 2015. http:onlinejournal.unja.ac.idindex.phpe dusainsarticledownload23641693. diakses 29 Maret 2016. Widiarsa, Putu, Candiasa, Made, Dan Natajaya Nyoman . Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Gi Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa Sma Negeri 2 Banjar.e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan Volume 5 Tahun 2014. Http:Pasca.Undiksha.Ac.IdE- JournalIndex.PhpJurnal_ApArticleView 1181 Diakses 29 Maret 2016 Zulfiani, Tonih F, Kinkin. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016 Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA MATERI AJAR SISTEM REPRODUKSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMA NEGERI 6 TANGERANG SELATAN Diani Atika 1 , Fakhrur Rahman 2 , Nengsih Juanengsih 3 1 SMA Negeri 6 Tangerang Selatan 2,3 Program Studi Pendidikan Biologi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email koresponden: 1 diani_atikayahoo.com, 2 fakhrurrahman09gmail.com, nengsih.juanengsihuinjkt.ac.id Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together pada materi ajar sistem reproduksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 4 SMAN 6 Tangerang Selatan tahun ajaran 20152016 dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa test pilihan ganda 20 soal setiap siklusnya. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada materi ajar sistem reproduksi dengan menggunakan model Cooperative learning tipe NHT menunjukkan sedikit peningkatan. Rata-rata pencapaian hasil belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu 17 pada siklus I dan 23 pada siklus II. Pada aktivitas belajar siswa selama penelitian belum terjadi peningkatan. Rata- rata pencapaian aktivitas belajar siswa yaitu 53 pada siklus I dan 80 pada siklus II. Rata- rata nilai N-Gain adalah 0,36 pada siklus I dengan kategori pemahaman sedang dan 0,30 pada siklus II dengan kategori peningkatan sedang. Dengan ini dapat dikatakan bahwa penerapan model Cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kata Kunci : penelitian tindakan kelas; hasil belajar biologi siswa; metode pembelajaran NHT Abstract This research is a classroom action research done in two cycles. This research aimed to increase the students’ learning outcome of Biology with cooperative learning model typed number head together for the material of reproduction system. The subject were 35 students of XI MIA 4 SMAN 6 South Tangerang, batch 20152016, consisting of 14 males and 21 females. The research used the multiple choice with 20 questions in each cycle as the instrument. The result shows that the students’ lerning outcome in the reproduction system material using cooperative learning typed NHT shows a few incereasing. The averages of the learning outcome in each cycle are 17 in cycle I and 23 in cycle II. The students activity during the research has not been yet shown the improvement. The averages of students activity performance are 53 in cycle I and 80 in cycle II. The averages of N-Gain are 0,36 in cycle I with category of medium and 0,30 in cycle II with the category of medium. Therefore, it can be concluded that the implementation of teh cooperative learning model typed NHT can enhance the students’ learning outcome. Keywords : clasroom action research; students learning outcome of biology; NHT learning method PENDAHULUAN Mata pelajaran Biologi adalah mata pelajaran wajib yang di berikan kepada siswa SMA pada peminatan matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Permen nomor 69 tahun 2013 Diani A., Fakhrur R., Nengsih J. | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 59-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 yang mendukung program Kurtilas kurikulum 2013 Standar Kompetensi Inti mata pelajaran biologi di Kurtilas salah satunya adalah siswa dapat menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Permendikbud No. 69, 2013 Salah satu materi yang diberikan pada pelajaran biologi adalah sistem reproduksi. Kompetensi sistem reproduksi adalah menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ reproduksi dengan fungsinya dalam proses reproduksi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Dari KD pembelajaran tersebut dapat dilihat bahwa siswa dituntut untuk dapat ke tingkat menganalisis dalam mata pelajaran sistem repduksi. SMA N 6 Tangerang Selatan telah lama maenggunakan kurtilas sehingga sekarang pengajaran dari kelas X sampai kelas XII telah menerapkan pembelajaran kurtilas. Hasil observasi siswa kelas MIA 4 dan Latihan Tugas pada bulan Maret dengan dua kali pertemuan pada materi sistem saraf terlihat para siswa telah terbiasa menggunakan kurtilas sehingga lebih mudah beradaptasi dengan metode pembelajaran yang diajarkan ketika membentuk kelompok tetapi masih banyak siswa kurang aktif dan terlihat bosan dalam pembelajaran karena rata rata model pembelajaran cenderung menggunakan cara berkelompok dalam pembelajaran sehingga hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok tersebut cenderung lebih aktif dan banyak bekerja, sedangkan siswa yang kurang aktif menjadi malas dan tidak bertanggung jawab secara penuh akan tugas yang di berikan. Hal ini dapat dilihat dari tugas sistem saraf yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016, terdapat 12 siswa dari 35 siswa yang belum mecapai nilai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal, nilai KKM yang telah diterapkan di SMA N 6 adalah 74. Jika dilihat secara persentase hanya 66 nilai yang mencapai KKM selebihnya 34 nilanya kurang dari KKM. Suatu kelas disebut tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat minimal 85 siswa yang mencapai nilai sesuai KKM. Berdasarkan hasil wawancara dan data tersebut maka Guru mengambil penelitian di kelas MIA 4 SMA N 6 Tangsel. Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang meningkatkan tanggung jawab siswa serta hasil belajar siswa, maka guru harus mencari metode pembelajaran yang meningkatkan tanggung jawab di setiap diri siswa sehingga siswa dapat menganalisis pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar sampai ketingkatan menganalisis atau C4 yang nantinya metode tersebut dijadikan sebagai landasan utama dalam kegiatan inti di pembuatan RPP. Salah satu metodenya adalah menggunakan model Cooperative Learning tipe Number Head Together NHT kunggulan dari metode ini adalah pertama memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja kelompok dengan mempunyai tanggung jawab masing masing tugas sehingga tidak ada lagi siswa yang saling mengandalkan dalam bekerja kelompok dan siswa mempunyai rasa tanggung jawab dalam proses pembelajaran, kedua tipe NHT dapat menilai kelompok dan individu setiap peserta didik bagaimana mereka bekerja dengan tugas yang telah diberikan, ketiga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 60-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 jawaban yang paling tepat, keempat metode ini juga mendorong siswa meningkatkan semangat kerjasama mereka, dan terakhir metode NHT dapat menjadikan kelompok yang heterogen menjadi homogen artinya walapun ada yang lambat dan cepat dalam belajar tetapi semuanya akan bekerja sama dan saling membantu sehingga tidak ada lagi siswa yang malas akibat merasa dirinya kurang pintar dibanding yang lain Zulfiani dkk, 2009. Berdasarkan uraian di atas tentang kurang bertanggung jawabnya siswa di dalam kelompok, hasil belajar yang hanya 2 siswa yang mencapai KKM dari 33 siswa, serta KD pembelajaran yang menuntut tingkat kognitif siswa sampai tahap menganalisis C4 dalam pembelajaran biologi. Adapun permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar biologi siswa materi ajar sistem reproduksi setelah penerapan model Cooperative Learning tipe Number Head Together?” METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara 1 merencanakan, 2 melaksanakan, dan 3 Merefleksikan tindakan secara kolaboraif dan partisipasif dangan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat Kusuma dan Dwitagama, 2012. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang di maksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana setiap siklus teridiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA 4 SMA N 6 Tangsel yang berjumlah 35 orang. Alasan subjek penelitian pada kelas XI MIA 4 adalah rendahnya hasil belajar biologi dikelas tersebut. Tahapan Intervensi Tindakan Pada tahapan intervensi tindakan terhadap penelitian dimulai dengan tindakan pada siklus I, apabila pada refleksi siklus I tidak terpenuhi maka penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II. Pada kegiatan siklus ini akan dilakukan sesuai dengan tahapan- tahapan tersebut. Adapun tahapan intervensi tindakan dilakukan pada penelitian ini langkah- langkah yang akan dilakukan adalah:

1. Perencanaan

Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi: a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan di sampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran. b. Membuat rencana pembelajaran yang dibantu oleh model pembelajaran dan observasi. c. Membuat instrument yang akan digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas alat bantumedia yang di perlukan. d. Membuat alat evaluasi Secara garis besar tahapan pembelajaran mennggunakan Model Cooperative Learning tipe NHT: 1 Tahapan persiapan Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan di antaranya mempersiapkan materi dan merancang pembelajaran yang akan Diani A., Fakhrur R., Nengsih J. | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 61-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 mengarah ke pengunaan model pembelajarn tipe NHT, dan mempersiapkan instrument observasi disertai cara penskoran. 2 Tahapan penyajian materi Dalam tahap ini pengajar menyebutkan tujuan pembelajaran memotivasi rasa ingin tahu siswa, memberika apersepsi, umpan balik sesering mungkin, penjelasan materi menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT. 3 Tahap selanjutnya, masing-masing siswa memberikan pertanyaan seputar materi yang sudah diberikan guru. 4 Selanjutnya guru menjelaskan kembali untuk semakin memperjelas materi dan untuk penguasaan konsep siswa 5 Tahap tes hasil belajar Dilakukan satu kali tes setelah pertemuan tes dikerjakan secara individu mandiri. Tes PG dikerjakan selama 45 menit hasil tes di gunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan siswa pada pemahaman mata pelajaran biologi.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Observasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan secara dianalisis. Pada tahap ini pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi. Untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem reproduksi. Hasil analisis acuan untuk merencakan siklus berikutnnya. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah bahwa penggunaan model Cooperative Learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi. Hasil belajar minimal mencapai nilai sebesar 70, di mana dicapai oleh lebih dari setengah siswa di kelas XI MIA 4 80. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes hasil belajar biologi siswa diperoleh dari hasil pre test di awal dan post test di akhir pertemuan baik di siklus I maupun siklus II bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal. Non Tes yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas belajar biologi siswa dan observasi aktivitas guru; pedoman wawancara, dan dokumentasi. Untuk melihat peningkatan pre-test ke post-test maka dilakukan uji N-Gain normlized gain. Nilai N-Gain ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Herlanti, 2006. � − ��� = � � − � � � � � − � � Tabel 1. Kriteria N-Gain Nilai N-Gain Kategori g 0,7 Tinggi 0,3≤ g ≤ 0,7 Sedang g 0,3 Rendah Analisis tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa dengan kriteria pencapaian ketuntasan belajar yang telah diterapkan sebelumnya, yaitu siswa dinyatakan tuntas jika tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah 70. Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil belajar, observasi pembelajaran, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis dengan cara dideskripsikan sebagai berikut: 1 analisis hasil pengolahan dan