Tindakan perbaikan dari siklus I
                                                                                Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 50-51
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
soal  yang  diberikan  dalam  permainan  karena setiap jawaban akan menentukan perolehan skor
bagi setiap kelompok.
Pertanggungjawaban  individu dituntut
oleh  guru,  walaupun  belajar  dan  mengerjakan tugas selalu dalam kelompok, jenis penilaiannya
tetap  individual.  Hal  ini  terlihat  ketika  setiap peserta  didik  pada  masing-masing  kelompok
diberikan kesempatan untuk menjawab satu soal saja,  dengan  mencantumkan  nama  disamping
jawaban yang diberikan. Sikap peserta didik yang dapat  dibangun  antara  lain:  termotivasi,  saling
menghargai,  bangga,  antusias,  mengembangkan kejujuran, mandiri, kerjasama, adil dan terbuka.
Rekapitulasi hasil
penelitian ini
menunjukan bahwa,
terdapat peningkatan
kemampuan  guru  untuk  mendesain  kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga proses belajar
mengajar  menjadi  lebih  efektif.  Demikian  juga adanya  peningkatan  motivasi  belajar  peserta
didik  kelas  VIII-3  pada  mata  pelajaran  IPA dengan  model  pembelajaran  TGT  walaupun
indikator  ketertarikan  peserta  didik  sangat  kecil sekali, hal ini dikarenakan indikator ketertarikan
peserta  didik  dalam  melakukan  kegiatan  belajar menuntut  peserta  didik  untuk  secara  aktif
berpartisipasi  dalam  kegiatan  pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi peserta
didik  meningkat  setelah  dilakukan  perbaikan proses pembelajaran pada siklus II.
Pembelajaran  pada  kelas  besar  memang menuntut  guru  untuk  lebih  kreatif  dalam
membuat  desain  pembelajaran  yang  melibatkan partisipasi  peserta  didik  secara  langsung.
Penerapan  metode  belajar  tradisional  maupun pembelajaran  kooperatif  yang  tidak  terorganisir
hanya  akan  membuat  kegiatan  pembelajaran menjadi  kurang  kondusif  bahkan  menjadi  tidak
efektif.  Kegiatan  pembelajaran  di  kelas  hanya akan didominasi oleh peserta didik tertentu saja,
sementara  peserta  didik  lain  yang  belum termotivasi  dalam  belajar  tidak  akan  terdorong
untuk  terlibat  secara  aktif  dan  tidak  merasa memiliki  tanggung  jawab,  tetapi  justru  akan
memicu kegaduhan di kelas.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang
dilakukan  maka  dapat  disimpulkan  bahwa penerapan    model  pembelajaran  Teams  Games
Tournament  TGT  dalam  pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam di kelas VIII-3 SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan dapat motivasi belajar peserta didik.  Hal  ini  terlihat  pada  siklus    I  rata-rata
banyaknya  peserta  didik  yang  termotivasi  pada pembelajaran sebesar 59,74 atau setara dengan
26  peserta  didik.  Kemudian  pada  siklus  2  rata- rata  banyaknya  peserta  didik  yang  termotivasi
pada  kegiatan  pembelajaran  sebesar  80,15. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi peserta
didik  meningkat  setelah  dilakukan  perbaikan proses  pembelajaran  pada  siklus  2  sebesar
20,41
atau setara dengan 35 peserta didik. SARAN
Pembelajaran  pada  kelas  besar  menuntut guru  untuk  lebih  kreatif  dalam  membuat  desain
pembelajaran yang melibatkan partisipasi peserta didik secara langsung. Penerapan metode belajar
tradisional maupun pembelajaran kooperatif yang tidak terorganisir hanya akan membuat kegiatan
pembelajaran  menjadi  kurang  kondusif  bahkan menjadi  tidak  efektif.  Penerapan  metode
pembelajaran
kooperatif memiliki
banyak keunggulan, dalam pembelajaran ini peserta didik
diharapkan  mampu  menggali  ilmu  pengetahuan tidak  hanya    dari  guru  mata  pelajaran  yang
bersangkutan melainkan juga dapat diperoleh dari diskusi antar teman, mencari informasi dari buku
pelajaran  dan  berbagai  sumber  referensi  serta dengan menerapkan tugas mandiri secara teratur.
Dalam hal ini faktor motivasi belajar merupakan hal  yang  sangat  penting  dimiliki  oleh  peserta
didik  untuk  dapat  mengikuti  kegiatan  belajar dengan  baik.  Penerapan  model  pembelajaran
Teams Games Tournament di kelas VIII-3 SMPN 3  Kota  Tangerrang  Selatan  terbukti  dapan
meningkatkan  motivasi  belajar  peserta  didik dalam  mata  pelajaran  Ilmu  Pengetahuan  Alam.
Kegiatan  penelitian  sejenis  ini  perlu  terus dilaksanakan  baik  untuk  memecahkan  masalah
yang  muncul  dalam  kegiatan  belajar  mengajar ataupun untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Ahmad S., Evi S., Yanti H.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 51-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
DAFTAR PUSTAKA
Enita  Sugiarti.  2013.  Upaya  peningkatan motivasi belajar siswa melalui penggunaan
metode demonstrasi
UPI, http:repository.upi.edu52696S_PGSD_
1008444_Chapter3.pdf .  24  September
2016 . Salam, Abdus et all. 2015. Effects of using Teams
Games  Tournaments  TGT  cooperative technique  for  learning  mathematics  in
secondary school
of bangladesh.
Malaysian  online  jounal  of  educational technology.
diakses dari
www.mojet.netfrontendarticlespdf .    05
Juni 2016. Slavin,  E  Robert.  2008.  Cooperative  Learning
Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung.
Uliyawati,  Endang  dkk.  2012.  Peningkatan motivasi  belajar  peserta  didik  dalam
pembelajaran  ilmu  pengetahuan  sosial dengan  menggunakan  metode  diskusi.
Diakses
dari http:jurnal.untan.ac.idindex.phpjpdpbar
ticleviewFile668pdf . 23 maret 2016.
Usman,  Uzer.  2003.  Menjadi  guru  profesional. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.
Zulfiani dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE
GROUP INVESTIGATION DI MTS NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN
Zulfiani, Tri Endah Irianti, Dhuhana Putri R.
Program Studi Pendidikan Biologi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email koresponden: zulfianiuinjkt.ac.id
Abstrak
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  penggunan  model  Group  Investigation  untuk meningkatkan motivasi belajar IPA. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Pengambilan sampel dilakukan  dengan  teknik  purposive  sampling  dan  adapun  penentuan  kelas  tindakan  dilakukan
secara  random  oleh  guru.  Sampel  penelitian  berjumlah  37  siswa.  Instrumen  penelitian  yang digunakan adalah angket motivasi belajar dan lembar observasi aktivitas belajar mengajar  yang
telah diuji validitas dan reabilitasnya. Analisis data dilakukan dengan menghitung skor total tiap indikator dan diubah menjadi bentuk presentase. Hasil tersebut menunjukan bahwa model group
investigation  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar  IPA  .  Hal  ini  dikarenakan  dengan menggunakan model Group Invetigation, siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran.
Kata Kunci : group investigation; motivasi belajar IPA, penelitian tindakan kelas
Abstract
This  study  aims  to  find  out  the  use  of  Group  Investigation  model  to  enhance  the  learning motivation of Natural Science. The research was conducted in State Junior Islamic School 1 of
South Tangerang City. The method used was classroom action research. The sampling was done by purposive sampling technic, and the action class was randomly determined by the teacher. The
sample were 37 students. The instruments used were the questionnaire of learning motivation and observation sheet of teaching-learning activities which have been tested for the validity and the
realibility. The data were analyzed by counting the total score of each indicator and change it into the percentage. The result shows that group investigation model can increase the learning
motivation of Natural Science. It is because by using the group investigation model, the students were actively involved in the learning situation.
Keywords :  group  investigation;  learning  motivation  of  natural  science;  classroom  action
research
PENDAHULUAN
Pendidikan  merupakan  kebutuhan  yang sangat  penting  bagi  manusia.        Dengan
pendidikan, manusia dapat mencapai kemajuan di berbagai  bidang  yang  pada  akhirnya  akan
menempatkan seseorang pada derajat yang lebih baik.  Harus  diakui  bahwa  tidak  setiap  manusia
dapat  tumbuh  dan  berkembang  sesuai  dengan yang  diharapkan.  Bisa  saja  yang  terjadi  justru
seseorang
tumbuh kearah
kondisi yang
sebenarnya  tidak  diharapkan  sama  sekali.  Oleh karena  itu  dalam  perkembangan  pendidikan
sangat dibutuhkan tuntunan, dan kebutuhan akan pendidikan  menjadi  satu  kebutuhan  yang  cukup
penting.  Apalagi  hidup  di  zaman  modern  yang banyak  mengalami  perubahan  dan  kemajuan
seperti sekarang.
Guru  atau  pengajar  adalah  salah  satu komponen
penting yang
menentukan keberhasilan  siswa  dalam  kegiatan  belajar
mengajar.  Guru  memiliki  peranan  yang  sangat
Zulfiani, Tri E. I., Dhuhana P. R.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 53-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
vital  dalam  kegiatan  pembelajaran  di  kelas. Pengelolaan kelas yang efektif dan efisien adalah
salah  satu  tugas  seorang  guru  dalam  setiap kegiatan pembelajaran di kelas.
Guru  sebagai  fasilitator  dalam  kegiatan pembelajaran memegang peranan penting dalam
peningkatan  kualitas  siswa  dan  prestasi  belajar siswa  terutama  dalam  belajar  IPA.  Guru  harus
benar-benar  memperhatikan,  memikirkan  dan sekaligus  merencanakan  proses  pembelajaran
yang  menarik  bagi  siswa,  agar  siswa  semangat dalam  belajar  dan  mau  terlibat  dalam  proses
pembelajaran,  sehingga  pembelajaran  tersebut menjadi efektif.
Berdasarkan hasil
observasi dan
wawancara  yang  dilakukan  ,  diperoleh  bahwa guru  lebih  sering  menggunakan  metode  diskusi
dan  ceramah  pada  mata  pelajaran  IPA.  Hal tersebut  menyebabkan  siswa  menjadi  kurang
aktif  dalam  pembelajaran.  Akibatnya,  hasil pembelajaran siswa menjadi kurang memuaskan.
Siswa  kelas  VII  MTsN  1  Kota  Tangerang Selatan memiliki kemampuan diskusi yang cukup
baik.  Hal  ini  berdasarkan  hasil  observasi  yang dilakukan oleh peneliti.  Saat  mereka melakukan
diskusi  kelompok,  siswa  memiliki  minat  yang baik terhadap tujuan pembelajaran. Misalkan saat
melakukan  praktikum  atau  diskusi  kelompok, mereka  cukup  antusias  terhadap  topic  yang
mereka  hadapi  dibanding  hanya  mendengarkan guru  menyampaikan  pembelajaran.  Selama
proses pembelajaran yang melibatkan kelompok, secara alamiah siswa mulai berani mengeluarkan
pendapat  atau  menyangkal  pendapat  temannya. Sehingga terjadi interaksi  yang baik  antar siswa
dan  menciptakan  sebuah  pemahaman  konsep yang  dibangun  bersama.  Selain  itu  diharapkan
pengalaman  siswa  melakukan  investigasi  ialah kemampuan  tersebut  mengkomunikasikan  hasil
perolehannya,  dapat  membandingkan  dengan perolehan  orang  lain,  karena  dalam  suatu
investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dengan gambaran permasalahan yang ada,
maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran
Group  Investigation  GIdalam  meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA?
Dari  rencana  pemecahan  masalah  yang telah  diuraikan,  maka  secara  umum  hasil  yang
diperoleh dari penelitian diharapkan adalah untuk meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  melalui
pembelajaran
kooperatif model
group investigation .
Telah banyak penelitian yang menunjukkan hasil  bahwA  pembelajaran  kooperatif  dapat
meningkatkan  motivasi  siswa  dalam  belajar. Pada pembelajaran kooperatif, siswa akan belajar
bagaimana  bekerja  sama  dengan  teman  satu kelompoknya
untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kesuksesan
untuk  mencapapai  tujuan  bersama  ini  sangat bergantung  pada  hubungan  dan  kerjasama  antar
anggota  kelompok.  Mereka  akan  sukses  atau gagal  bersama  dalam  sebuah  pembelajaran
kooperatif.
Model pembelajaran
kooperatif GI
merupakan  metode  pembelajaran  dengan  siswa belajar  secara  kelompok,  kelompok  belajar
terbentuk  berdasarkan  topik  yang  dipilih  siswa. Pendekatan  ini  memerlukan  norma  dan  struktur
yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat  pada  guru.  Dalam  pembelajaran
kooperatif  GI  siswa  dibagi  menjadi  beberapa kelompok dengan anggota 2-6 orang siswa yang
heterogen.  Kelompok  memilih  topik  untuk diselidiki  dan  melakukan  penyelidikan  yang
mendalam  atas  topic  yang  dipilih,  selanjutnya menyiapkan  dan  mempresentasikan  laporan  di
depan  kelas.  Investigasi  kelompok  merupakan model  pembelajaran  kooperatif  yang  paling
kompleks
dan paling
sulit untuk
diterapkan.Trianto,  2007  :59.  Berbeda  dengan STAD  dan  jigsaw,  siswa  terlibat  dalam
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Metode Group Investigation
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 54-57
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
perencanaan  baik  topic  yang  dipelajari  dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
Terdapat enam
tahapan dalam
pelaksanaan  model  pembelajaran  investigasi kelompok. Tahapan tersebut yakni, memilih topik
dan  mengatur  siswa  ke  dalam  kelompok, merencanakan  inevtigasi  dalam  kelompok,
melaksanakan  invetigasi,  menyiapkan  laporan akhir,  mempresentasikan  laporan  akhir  dan
evaluasi pencapaian.
Dalam investigasi kelompok siswa dituntut untuk  lebih  aktif  dalam  mengembangkan  sikap
dan  pengetahuannya  tentang  IPA  sesuai  dengan kemampuan masing
– masing sehingga akibatnya memberikan  hasil  belajar  yang  lebih  bermakna
pada  siswa.  Dengan  demikian  investigasi kelompok  merupakan  pendekatan  yang  sangat
berguna dalam pembelajaran IPA.
Investigasi  adalah  proses  penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang
tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat  membandingkan  dengan  perolehan  orang
lain,  karena  dalam  suatu  investigasi  dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dari penjelasan
– penjelasan  tersebut,  maka  definisi  pembelajaran
investigasi kelompok dalam penelitian ini adalah kegiatan  yang  dilakukan  siswa  yang  sifatnya
menyebar  divergent  activity.  Maksudnya,  para siswa
lebih diberikan
kesempatan untuk
memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal –
hal  menarik  yang  mengusik  rasa  keingintahuan mereka.  Siswa  dihadapkan  pada  situasi  yang
penuh  pertanyaan  yang  dapat  menimbulkan konfrontasi
intelektual dan
mendorong terciptanya investigasi.
Motivasi adalah ‘pendorongan’ yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah
laku  seseorang  agar  ia  tergerak  hatinya  untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
suatu hasil atau tujuan tertentu . Menurut Oemar Hamalik    motivasi  adalah  perubahan  energi
dalam  diri  pribadi  seseorang  yang  ditandai dengan  timbulnya  perasaan  dan  reaksi  untuk
mencapai tujuan. Melaui
model Group
Investigatinsiswa  dapat  berperan  aktif  dalam proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai
fasilitator.  Sehingga  interaksi  antar  siswa  akan meningkat  dan  siswa  dapat  membangun  sendiri
pengetahuannya. Dengan demikian pembelajaran akan  berlangsung  secara  aktif  dan  meningatkan
motivasi siswa.
METODE
Penelitian  di  laksanakan  pada  tanggal  25 dan  28  April  2016  di  MTsN  1  Kota  Tangerang
Selatan,  yang  beralamat  di  Jl.  Padjajaran  no.  31 Pamulang-  Kota  Tangerang  Selatan.  Metode
penelitian  yang  digunakan  adalah  penelitian tindakan
kelas. Dalam
penelitian ini
menggunakan model
Kemmis yang
dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc  Taggart  yang  dikutip  oleh  Pardjono  dalam
Panduan  Penelitian  Tindakan  Kelas  penelitian tindakan  kelas  ini  dilaksanakan  dalam  beberapa
siklus.  Setiap  siklusnya  meliputi  beberapa tahapan  yang  meliputi  perencanaan  planning,
tindakan action, pengamatan observation dan refleksi reflection.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII 6  di  MTsN  1  Kota  Tangerang  Selayan    tahun
pelajaran    20152016  dengan  jumlah  siswa  37 orang.  Kelas  VII  6  dijadikan  sampel  penelitian,
karena siswa kelas tersebut memiliki kemampuan diskusi yang paling baik diantara siswa kelas lain.
Hal  ini  dilakukan  karena  model  group investigation  memnutuhkan  kemampuan  diskusi
yang baik.
Adapun teknik
pengambilan sampel
menggunakan  metode  purposive  sampling. Sampel di tentukan berdasarkan criteria tertentu.
Sampel  ditentukan  oleh  guru  pamong  sebagai yang memahami kondisi kelas.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini  adalah  lembar  observasi,  lembar  angket
Zulfiani, Tri E. I., Dhuhana P. R.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 55-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
motivasi  belajar  IPA  dan  catatan  lapangan. Lembar  observasi  berupa  catatan  penting  yang
digunakan  untuk  mengobservasi  hal-hal  yang terjadi  dalam  kegiatan  pembelajaran,  seperti
keterlaksanaan  RPP  dan  keterlaksanaan  rencana tindakan.  Lembar  observasi  ini  juga  digunakan
untuk  mengobservasi  aktivitas  siswa  dalam mengikuti  kegiatan pembelajaran, aktivitas  guru
dalam  melaksanakan  kegiatan  pembelajaran, kemampuan  siswa  dalam  merangkum  materi
pelajaran IPA yang diberikan oleh guru, kendala- kendala  yang  dihadapi  dalam  melaksanakan
kegiatan  pembelajaran,  dan  kejadian-kejadian spesifik  lainnya  dalam  kegiatan  pembelajaran.
Lembar  angket  digunakan  untuk  memperoleh data  mengenai  motivasi  belajar  IPA  siswa.
Angket  berisi  kumpulan  pernyataan  yang diberikan  kepada  siswa  untuk  mengetahui
motivasi  belajar  siswa  dalam  pembelajaran dengan Model  Group Investigation.
Data  hasil  observasi  dianalisis  dengan mendeskripsikan  aktivitas  siswa  dalam  kegiatan
pembelajaran yaitu
menggunakan lembar
observasi motivasi siswa. Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi yang digunakan.
Lembar  observasi  dianalisis  secara  deskriptif karena lembar observasi berupa pernyataan “ ya”
atau tidak”
Tabel 1. Kriteria Persentase untuk Skor Hasil Angket Motivasi Siswa Terhadap Pembelajaran
IPA Persentase Yang
Diperoleh Keterangan
85 -100 Sangat Tinggi
70 - 85 Tinggi
55- 70 Sedang
40- 55 Rendah
0- 40 Sangat Rendah
Analisis  hasil  pengisian  angket  dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing butir
pada  lembar  pengisian  angket.  Angket  motivasi siswa terdiri dari 15 butir pertanyaan. Data hasil
wawancara  dianalisis  dengan  mendiskripsikan atau  merangkum  hasil  wawancara  dengan
berpedoman  pada  pedoman  wawancara  yang digunakan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan di lapangan saat siklus I  terjadi  ketidak  efisienan  proses  kerja  siswa.
Dosen  sebagai  observer  mencatat  hanya  2 kelompok  yang  tidak  bertanya  instruksi  kerja
LKS,  dan  terdapat  5  kelompok  yang  bertanya terdapat 71,4 kelompok yang bertanya. Pada
siklus II, ditemukan sebanyak 28,5  perwakilan kelompok  2  dari  7  kelompok    masih  bertanya
instruksi LKS.
Hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya siswa  yang  bertanya  mengenai  instruksi  kerja
LKS.  Sehingga,  Siswa  masih  perlu  diberikan penjelasan. Karena mengulang kembali instruksi,
waktu  pelaksanaan  belajar  dan  mengajar  dalam hal ini aktvitas  diskusi menjadi berkurang.
Tabel 2. Data Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II No
Indikator Siklus I
Siklus II Presentase
Kategori Presentase
Kategori 1
Perhatian  attention 80
Tinggi 87
Sangat tinggi 2
Kepercayaan diri confident  77 Tinggi
86 Sangat tinggi
3 Relevansi relevance
75 Tinggi
85 Sangat tinggi
4 Kepuasan satisfation
81 Tinggi
88 Sangat tinggi
Rata-rata 78, 25
Tinggi 86,5
Sangat tinggi
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Metode Group Investigation
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 56-57
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Instruksi  di  awal  dalam  proses  belajar mengajar  kepada  siswa  dapat  meningkatkan
efisiensi diskusi. Karena temuan di lapangan saat siklus  I  terjadi  ketidakefisienan  proses  kerja
siswa  saat  mengerjakan  LKS,  banyak  yang bertanya  instruksi  kerja  LKS  ini  menunjukkan
LKS  buat  siswa  masih  perlu  diberikan penjelasan akibatnya ini memakan waktu proses
belajar  mengajar  Hal  tersebut  terajadi  karena guru  menyampaikan  instruksi  LKS  lebih  rinci
disbanding pada saaat siklus I. Saat siklus II siswa lebih  bertanggunjawab  dalam  proses  belajar
mengajar
Berdasarkan hasil observasi motivasi yang menunjukan  pada  siklus  I  motivasi  dengan
kualifikasi “tinggi ”, tetapi pada siklus II motivasi siswa kelas VIII-6 meningkat dengan kualifikasi
“sangat  tinggi”.  Perhatian  tersebut  terlihat  dari siswa
memperhatikan mendengarkan
dan memperhatikan  presentasipenjelasan  guru,  ada
keberanian  dari  siswa  untuk  bertanya  kepada guru jika ada hal  yang belum jelas, Tidak putus
asa  dalam  menyelesaikan  soal  yang  sulit, Bersemangat  dalam  memecahkan  masalah  soal-
soal, Mengerjakan tes kuis yang diberikan oleh guru  secara  individu  tanpa  meminta  bantuan
teman, Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,  Mengemukakan  pendapat  dalam  diskusi.
memperhatikan
presentasi kelompok
serta mencatat materi yang telah dipelajari.
Metode  pembelajaran  ini  memberikan kesempatan  siswa  untuk  belajar  mengemukakan
pendapatnya dan mencari tahu informasi sendiri sesuai  dengan  kebutuhan  mereka  sendiri.  Selain
itu,  pada  model  pembelajaran  ini  peran  guru sebagai  fasilitator,  memberikan  kesempatan
kepada
siswa untuk
menemukan atau
menerapkan  sendiri  ide-ide  dan  mengajak  siswa agar  dengan  menyadari  menggunakan  strategi-
strategi  mereka  sendiri  yang  pada  akhirnya  ada kesempatan
cukup bagi
siswa untuk
mempertahankan dan
mempertanggung jawabkan pendapatnya.
Pembelajaran dengan
menggunakan metode  ini  membantu  siswa  menjadi  lebih  aktif
dan  berani  untuk  mengungkapkan  pendapatnya serta  pemikiranya  dalam  diskusi  kelompok,
memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
mengajak
siswa agar
dengan menyadari
menggunakan  strategi-strategi  mereka  sendiri yang pada akhirnya  ada  kesempatan  cukup bagi
siswa untukmempertahankan
dan mempertanggungjawabkan  pendapatnya,  siswa
melakukan  persaingan  atau  kompetisi  dengan siswa lain, mengetahui hasil kerjanya, mendapat
pujian  karena  berhasil  mendapat  nilai  baik  dan tujuan yang diakui karena dirasa menguntungkan
bagi  temannya  yang  menimbulkan  gairah  untuk belajar.
Berdasarkan data dari lembar observasi dan angket  peneliti  menyimpulkan  bahwa  kegiatan
pembelajaran  IPA  dengan  metode  group investigation    di  kelas  VIII  MTsN  1  Kota
Tangerang Selatan  berjalan lancar sesuai rencana yang  telah  disusun.  Selain  itu,  tujuan  dari
tindakan  untuk  meningkatkan  motivasi  belajar siswa juga tercapai.
SIMPULAN
Berdasarkan  tindakan  dan  penelitian  yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pembelajaran IPA dengan metode group investigation    di  kelas  VIII  MTsN  1  Kota
Tangerang Selatan  berjalan lancar sesuai rencana yang  telah  disusun.  Tujuan  meningkatkan
motivasi belajar siswa tercapai, Rata-rata angket motivasi belajar siswa yang awalnya adalah 78.25
berada  pada  kategori  tinggi  ,  pada  akhir tindakan  menjadi  86,5  berada  pada  kategori
sangat tinggi.
Adapun  saran  dalam  penelitian  ini  adalah Penerapan  pembelajaran  dengan  menggunakan
model group
investigation membutuhkan
pengelolaan kelas dan waktu yang baik, sehingga
Zulfiani, Tri E. I., Dhuhana P. R.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 57-57 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
diperlukan  perencanaan  kegiatan  pembelajaran agar  penggunaan  waktu  dalam  pembelajaran
dapat lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani,  Strategi  Belajar  Mengajar,  Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.
Meningkatkan  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe Group Investigation, Prestasi Belajar, dan
Keterampilan Proses
Sainsdalam http:repository.upi.eduoperatoruploads
_d025_060097_chapter2.pdf, Diakses
pada tanggal 15 Januari 2012 Meningkatkan  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe
Group Investigation, Prestasi Belajar, dan Keterampilan Proses Sains, h. 11-12 dalam
http:repository.upi.eduoperatoruploads _d025_060097_chapter2.pdf,  diakses  pada
tanggal 15 Januari 2012
Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematika  Siswa  melalui  Pendekatan
Investigasi, dalam
http:repository.upi.eduoperatoruploads _d0151_0610680_chapter2.pdf,  Diakses
pada tanggal 15 Januari 2012
Sadirman.  Interaksi  dan  Motivasi  belajar. Jakarta: Rajawali press .2011
Suyatno,  Menjelajah  Pembelajaran  Inovatif, Sidoarjo:  Masmedia  Buana  Pustaka,
2009, h. 56. Taniredja,  T.,  dkk,  Model-Model  Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta. 2011. Asita,  Ismail  Efendi,  dan  Fajri,  Siti  Rabiatul.
Pengaruh Model
Pembelajaran KooperatifTipe  Group  InvestigationGi
Terhadap MotivasiDan
Hasil BelajarkognitifSiswa Kelas ViiiSmp Negeri
2 KayanganTahunPelajaran20132014.Http:
lppm.ikipmataram.ac.idwp- contentuploads201504Asita-Pengaruh-
Model-Pembelajaran-Kooperatif-Tipe- Group-Investigation-GI-terhadap-
Motivasi-dan-Hasil-Belajar-Kognitif- Pend-Biologi.pdf.
Diakses 29 Maret 2016
Kumaladewi,  Ratih  Puji  Astuti.,  Asria,  dan Hariyadi, Bambang. Pengaruh Penggunaan
Model  Pembelajaran  Group  Investigasi Bermedia  dan  Motivasi  Belajar  Siswa
terhadap  Pemahaman  Konsep  Biologi. Edu-Sains  Volume  4  No.  1,  Januari  2015.
http:onlinejournal.unja.ac.idindex.phpe dusainsarticledownload23641693.
diakses 29 Maret 2016.
Widiarsa, Putu, Candiasa, Made, Dan  Natajaya Nyoman  .  Pengaruh  Penggunaan  Model
Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  Group Investigation  Gi  Terhadap  Motivasi
Belajar  Dan  Pemahaman  Konsep  Biologi Siswa  Sma  Negeri  2  Banjar.e-Journal
Program
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha
Program Studi
Administrasi Pendidikan Volume 5 Tahun 2014.
Http:Pasca.Undiksha.Ac.IdE- JournalIndex.PhpJurnal_ApArticleView
1181 Diakses 29 Maret 2016 Zulfiani, Tonih F, Kinkin. Strategi Pembelajaran
Sains.  Jakarta:  Lembaga  Penelitian  UIN Jakarta. 2009.
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD
TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA MATERI AJAR SISTEM REPRODUKSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DI SMA NEGERI 6 TANGERANG SELATAN Diani Atika
1
, Fakhrur Rahman
2
, Nengsih Juanengsih
3
1
SMA Negeri 6 Tangerang Selatan
2,3
Program Studi Pendidikan Biologi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email koresponden:
1
diani_atikayahoo.com,
2
fakhrurrahman09gmail.com, nengsih.juanengsihuinjkt.ac.id
Abstrak
Penelitian  ini  merupakan  penelitian  tindakan  kelas  yang  dilaksanakan  dalam      dua      siklus. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan  hasil  belajar  biologi  siswa  dengan  Model
Cooperative Learning Tipe Number Head Together pada materi ajar sistem reproduksi. Subjek penelitian  adalah  siswa  kelas  XI  MIA  4  SMAN  6  Tangerang  Selatan  tahun  ajaran  20152016
dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan   instrumen berupa test pilihan ganda 20 soal setiap siklusnya. Hasil
pengolahan  data  menunjukkan  bahwa  hasil  belajar  siswa  pada  materi  ajar  sistem  reproduksi dengan menggunakan model Cooperative learning tipe NHT menunjukkan sedikit peningkatan.
Rata-rata pencapaian hasil belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu 17 pada siklus I dan 23 pada siklus II.  Pada aktivitas belajar siswa selama penelitian belum terjadi peningkatan. Rata-
rata  pencapaian   aktivitas   belajar  siswa   yaitu  53 pada siklus I dan 80 pada siklus II. Rata- rata nilai N-Gain adalah  0,36  pada  siklus  I  dengan  kategori  pemahaman sedang dan 0,30 pada
siklus  II  dengan  kategori  peningkatan  sedang.  Dengan  ini  dapat  dikatakan  bahwa  penerapan model Cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Kata Kunci
: penelitian tindakan kelas; hasil belajar biologi siswa; metode pembelajaran NHT
Abstract
This research is a classroom action research done in two cycles. This research aimed to increase the students’ learning outcome of Biology with cooperative learning model typed number head
together for the material of reproduction system. The subject were 35 students of XI MIA 4 SMAN 6 South Tangerang, batch 20152016, consisting of 14 males and 21 females. The research used
the multiple choice with 20 questions in each cycle as the instrument. The result shows that the
students’ lerning outcome in the reproduction system material using cooperative learning typed NHT shows a few incereasing. The averages of the learning outcome in each cycle are 17 in
cycle I and 23 in cycle II. The students activity during the research has not been yet shown the improvement. The averages of students activity performance are 53 in cycle I and 80 in cycle
II. The averages of N-Gain are 0,36 in cycle I with category of medium  and 0,30 in cycle II with the category of medium. Therefore, it can be concluded that the implementation of teh cooperative
learning model typed NHT can enhance the students’ learning outcome.
Keywords :  clasroom  action  research;  students  learning  outcome  of  biology;  NHT  learning
method
PENDAHULUAN
Mata  pelajaran  Biologi  adalah  mata pelajaran  wajib  yang  di  berikan  kepada  siswa
SMA  pada  peminatan  matematika  dan  Ilmu Pengetahuan  Alam.  Hal  ini  sesuai  dengan
peraturan Menteri Permen nomor 69 tahun 2013
Diani A., Fakhrur R., Nengsih J.
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 59-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
yang  mendukung  program  Kurtilas  kurikulum 2013
Standar  Kompetensi  Inti      mata  pelajaran biologi  di  Kurtilas  salah  satunya  adalah      siswa
dapat      menerapkan      dan      menganalisis pengetahuan      faktual,  konseptual,  prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang  ilmu  pengetahuan,  teknologi,  seni,
budaya,  dan  humaniora  dengan  wawasan kemanusiaan,  kebangsaan,  kenegaraan,  dan
peradaban  terkait  penyebab  fenomena  dan kejadian,
serta menerapkan
pengetahuan prosedural  pada  bidang  kajian  yang  spesifik
sesuai  dengan  bakat  dan  minatnya  untuk memecahkan  masalah  Permendikbud  No.  69,
2013
Salah  satu  materi  yang  diberikan  pada pelajaran  biologi  adalah  sistem  reproduksi.
Kompetensi sistem
reproduksi adalah
menganalisis  hubungan  antara  struktur  jaringan penyusun  organ  reproduksi  dengan  fungsinya
dalam  proses  reproduksi  manusia  melalui  studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Dari  KD  pembelajaran  tersebut  dapat dilihat  bahwa  siswa  dituntut  untuk  dapat  ke
tingkat menganalisis dalam mata pelajaran sistem repduksi. SMA N 6 Tangerang Selatan telah lama
maenggunakan
kurtilas sehingga
sekarang pengajaran  dari  kelas  X  sampai  kelas  XII  telah
menerapkan pembelajaran kurtilas. Hasil  observasi  siswa  kelas  MIA  4  dan
Latihan Tugas   pada bulan Maret dengan dua kali pertemuan pada materi sistem saraf terlihat para
siswa  telah  terbiasa  menggunakan  kurtilas sehingga lebih mudah beradaptasi dengan metode
pembelajaran  yang  diajarkan  ketika  membentuk kelompok tetapi masih banyak siswa kurang aktif
dan  terlihat  bosan  dalam  pembelajaran  karena rata  rata      model  pembelajaran  cenderung
menggunakan
cara berkelompok
dalam pembelajaran  sehingga  hanya  beberapa  siswa
yang  aktif  dalam  kelompok  tersebut  cenderung lebih aktif dan banyak bekerja, sedangkan siswa
yang  kurang  aktif  menjadi  malas  dan  tidak bertanggung jawab secara penuh akan tugas yang
di berikan. Hal ini dapat dilihat dari tugas  sistem saraf  yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016,
terdapat  12  siswa  dari  35  siswa  yang  belum mecapai  nilai  KKM  Kriteria  Ketuntasan
Minimal,  nilai  KKM  yang  telah  diterapkan  di SMA N 6 adalah 74. Jika dilihat secara persentase
hanya 66 nilai yang mencapai KKM selebihnya 34  nilanya  kurang  dari  KKM.  Suatu  kelas
disebut  tuntas  belajar  apabila  di  kelas  tersebut terdapat minimal 85 siswa yang mencapai nilai
sesuai  KKM.  Berdasarkan  hasil  wawancara  dan data tersebut maka Guru mengambil penelitian di
kelas MIA 4 SMA N 6 Tangsel.
Untuk  dapat  menciptakan  pembelajaran yang  meningkatkan  tanggung  jawab  siswa  serta
hasil  belajar  siswa,  maka  guru  harus  mencari metode
pembelajaran yang
meningkatkan tanggung  jawab  di  setiap  diri  siswa  sehingga
siswa  dapat  menganalisis  pembelajaran  dan meningkatkan  hasil  belajar  sampai  ketingkatan
menganalisis  atau  C4  yang  nantinya  metode tersebut dijadikan sebagai landasan utama dalam
kegiatan inti di pembuatan RPP.
Salah satu metodenya adalah menggunakan model Cooperative Learning tipe Number Head
Together  NHT  kunggulan  dari  metode  ini adalah  pertama  memberikan  kesempatan  bagi
siswa
untuk bekerja
kelompok dengan
mempunyai tanggung jawab masing masing tugas sehingga  tidak  ada  lagi  siswa  yang  saling
mengandalkan  dalam  bekerja  kelompok  dan siswa  mempunyai  rasa  tanggung  jawab  dalam
proses  pembelajaran,  kedua  tipe  NHT  dapat menilai  kelompok  dan  individu  setiap  peserta
didik  bagaimana  mereka  bekerja  dengan  tugas yang  telah  diberikan,    ketiga    memberikan
kesempatan    kepada    siswa    untuk    saling membagikan  ide-ide  dan  mempertimbangkan
Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 60-70
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
jawaban  yang  paling  tepat,  keempat  metode  ini juga  mendorong  siswa  meningkatkan  semangat
kerjasama  mereka,  dan  terakhir    metode    NHT dapat    menjadikan    kelompok    yang    heterogen
menjadi  homogen  artinya  walapun  ada  yang lambat dan cepat dalam  belajar tetapi semuanya
akan bekerja sama dan saling membantu sehingga tidak  ada  lagi  siswa  yang  malas  akibat  merasa
dirinya  kurang  pintar  dibanding  yang  lain Zulfiani dkk, 2009.
Berdasarkan  uraian  di  atas  tentang  kurang bertanggung jawabnya siswa di dalam kelompok,
hasil belajar yang hanya 2 siswa yang mencapai KKM dari 33 siswa, serta KD pembelajaran yang
menuntut  tingkat  kognitif  siswa  sampai  tahap menganalisis  C4  dalam  pembelajaran  biologi.
Adapun permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan
hasil  belajar  biologi  siswa  materi  ajar  sistem reproduksi setelah penerapan model Cooperative
Learning
tipe Number Head Together?”
METODE
Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian ini  adalah  Penelitian  Tindakan  Kelas  atau  yang
lebih  dikenal  Classroom  Action  Research,  yaitu penelitian  yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri  dengan  cara  1  merencanakan,  2 melaksanakan,  dan  3  Merefleksikan  tindakan
secara  kolaboraif  dan  partisipasif  dangan  tujuan memperbaiki  kinerjanya  sebagai  guru,  sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat Kusuma dan Dwitagama, 2012.
Penelitian  ini  diawali  dengan  melakukan penelitian pendahuluan pra penelitian dan akan
dilanjutkan  dengan  dua  siklus.    Dalam  hal  ini, yang  di  maksud  siklus  adalah  satu  putaran
kegiatan  beruntun  yang  kembali  ke  langkah semula,  dimana  setiap  siklus  teridiri  dari  empat
tahap
yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Subjek penelitian ini adalah seluruh  siswa kelas    XI  MIA    4    SMA    N    6  Tangsel  yang
berjumlah  35  orang.  Alasan  subjek  penelitian pada  kelas  XI  MIA  4  adalah  rendahnya  hasil
belajar biologi dikelas tersebut.
Tahapan Intervensi Tindakan
Pada    tahapan    intervensi    tindakan terhadap  penelitian  dimulai    dengan tindakan
pada  siklus  I,  apabila  pada    refleksi  siklus  I tidak  terpenuhi  maka penelitian akan dilanjutkan
dengan  tindakan  pada  siklus  II.  Pada  kegiatan siklus ini akan dilakukan sesuai dengan tahapan-
tahapan  tersebut.  Adapun  tahapan  intervensi tindakan  dilakukan  pada  penelitian  ini  langkah-
langkah yang akan dilakukan adalah: