Refleksi Nilai Minat Belajar Peserta Didik
Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 62-70
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
observasi, 2 Analisis proses tindakan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, mengamati,
merefleksi, 3 analisis belajar tiap siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1 Pada tahap perencanaan siklus I peneliti
mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat di kelas XI MIA 4. Dari hasil
penelitian di setiap kelas XI MIA 4 didapatkan siswa kurang atau malasa
bekerja pada saat pembelajaran berkelompok. Dari permasalahan tersebut,
peneliti merancang pembelajaran dan situasi belajar yang membuat semua siswa dapat
aktif belajar berkelompok.
2 Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk
menentukan Standar
Kompetensi dan
Kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model
pemblejaran tipe NHT.
3 Membuat rencana pembelajaran yang
dibantu oleh model pembelajaran tipa NHT dan observasi.
4 Konsep yang diajarkan terdiri dari konsep
repsroduksi sub konsep reproduksi laki-laki. b.
Tindakan Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative learning tipe NHT yang telah
disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP langkah-langkah tindakan disajikan pada
tabel 2.
c. Pengamatan
1 Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Adapun data hasil observasi siswa siklus I terlampir lampiran 5, observasi aktivitas
siswa dilakukan oleh teman sejawat. Observasi aktivitas siswa dibuat dalam kategori Ya dan
tidak. Masing-masing kategori memiliki rentang ≤50 dan ≥50 .
Berdasarkan hasil dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada siklus I terdapat 53 siswa
yang memperhatikan
pelajaran sedangkan
selebihnya 47 tetap memperhatikan tepai banyak bercanda dan kurang fokus pada saat
pembelajaran dapat
mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik. Beberapa siswa mengobrol
dengan teman
sebangkunya. Sedangkan sebagian lagi memainkan gadget saat
pembelajaran berlangsung. Namun siswa sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik.
Selama pengamatan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa catatan penting yang harus
diperbaiki pada siklus selanjutnya. Pada proses pembagian
kelompok siswa
membentuk kelompok dengan baik, beberapa siswa masih ada
yang bingung dalam cara menjawab soal, pada saat memperhatikan gambar banyak siswa yang
bertanya terlalu jauh dari materi pokok sehingga tidak fokus terhadap gambar yang disajikan
guru.
Pada tahap diskusi, siswa ada yang betanya materi yang tidak dipahami, siswa ada yang
menambahkan pada
saat siswa
lain mempresentasikan
hasil, siswa
menjawab pertanyaan dari temanya berdasarkan hasil
penelurusan di internet dan buku paket. Pada tahap komunikasi guru memberikan
arahan dan menunjuk siswa yang telah diberi nomor untuk presentasi, banyak siswa yang
ditunjuk maju dengan terpaksa karena belum menguasai materi sebelumnya sehingga guru
menunjuk siswa yang lain dari kelompok yang sama untuk menggantikan siswa tersebut
sehingga memakan waktu yang cukup lama, lalu
Diani A., Fakhrur R., Nengsih J.
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 63-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
pada saat siswa mempresentasikan hasil masih ada siswa lain yang mengejakan tugasnya karena
Tabel 2. Langkah-langkah proses pembelajaran pada siklus I
NO Kegiatan
Guru Siswa
1. Mengucapkan salam serta mengkondisikan
siswa dalam kelas, berdoa, mengecek kehadiran siswa.
Menjawab salam dan menunjukkan sikap siap untuk belajar, berdoa bersama
2. Apersepsi dengan menanyakan hal yang
berhubungan dengan, materi sebelumnya. Berpikir dan menjawab pertanyaan dari
guru. 3.
Memotivasi siswa dengan mengarahkan siswa menuju pelajaran pokok yang akan dipelajari. dan
Mengkomunikasikan KD
dan tujuan
pembelajaran. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan
dari guru
4. Memberi tahu siswa membentuk 6
kelompokserta serta menayangkan gambar tentang sistem reproduksi pria.
Membentuk 6 kelompok dan memperhatikan pendemonstrasian oleh guru.
5. Menjawab pertanyaan yang diberikan siswa.
Siswa bertanya tentang gambar yang dijelaskan guru. bertanya
6. Membagikan peserta didik berdasarkan
nomor yang telah disiapkan Mengambil nomor dan berkumpul
kembali pada kelompok yang telah ditetapkan dengan nomor yang berbeda- beda.
7 Memberikan LKS yang berisi sub topik
permasalahan sesuai
dengan indikator
pembelajaran. Menerima LKS dan mendengarkan
pengarahan guru
8. Menyuruh siswa di dalam kelompok
melakukan studi literatur atau browsing sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam LKS
yang dibagikan guru., Memberi arahan Setiap nomor yang sama di beberapa kelompok
mengerjakan soal yang sama, dan menilai keaktifan tiap kelompok siswa yang sedang
berkejasama. Berdiskusi dengan teman kelompok
mengenai system reproduksi manusia yang telah tersedia pada LKS yang telah diberikan,
mengumpulkan data mengenai permasalahan yang dibahas, dan bekerja sama dengan teman
sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan hasil browsing.
9 Menunjuk salah satu nomor dan yang
ditunjuk mempresentasikan
hasilnya sesuai
dengan yang dikerjakan, menilai berdasarkan presentasinya, dan memberikan kesempatan
kepada siswa dengan nomor yang sama untuk menambahkan hasil presentasi temanya.
mempresentasikan hasil
dari pencarian
datadan yang lainya mendengarkan presentasi temanya.
10 mengevaluasi ketercapaian peserta didik di
tiap indikator dengan menunjuk empat siswa dan tiap siswa menyampaikan hasil ketercapaian
sesuai indikator menyimpulkan hasil diskusi di depan
kelas.
Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 64-70
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
11 Guru menutup pembelajaran serta
mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi dipertemuan selanjutnya dan mengucapkan
salam Siswa mendengarkan penjelasan guru dan
menjawab salam
belum selesai sehingga kurang fokus pada siswa yang sedang mempresentasikan hasilnya.
Pada tahap evaluasi guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan indikator
pencapaian KD. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator
pencapaian KD. Guru bertanya tentang indikator pelajaran yang telah dipelajari karena terdapat
lima indikator maka guru menunjuk lima orang siswa secara acak dari tiap kelompok untuk
menjabarkan kembali apa yang didapatkan selama pembelajaran. Tetapi pada saat siswa
menyimpulkan siswa yang lain sudah tidak fokus mendengarkan kesimpulan siswa tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran pada siklus I masih kurang
kondusif. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dari hasil pengamatan. Perbaikan-
perbaikan yang sudah didiskusikan dengan teman sejawat dan guru bidang studi akan diterapkan
oleh peneliti pada siklus II.
2 Lembar observasi guru
Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama proses
pembelajaran. Observasi
aktivitas guru
dilakukan oleh guru bidang studi biologi. Lembar observasi aktivitas guru dalam bentuk daftar cek.
Adapun data hasil observasi guru siklus I terlampir lampiran 8 Berdasarkan hasil
observasi aktivitas guru siklus I didapatkan presentase guru ketika mengajar yaitu 95.
Presentase ini termasuk ke dalam kategori sangat baik. Namun ada beberapa hal yang harus
diperbaiki seperti suara harus keras dan selalu fokus ke semua siswa. Selain itu peneliti harus
lebih memberikan arahan kepada siswa yang mengobrol dan mengantuk ketika guru
menjelaskan. 3
Hasil belajar Untuk mengeahui peningkatan hasil belajar
pada siklus I dilakukan tes kemampuan siswa. Adapun hasil tes kemampuan siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. hasil belajar pada siklus I
Data Pre test
Post test N-Gain
Max 60
75 0,68
Min 15
30 -0,16
Rata –rata
35,71 59,57
0,36 SD
8,84 10,1
X Tuntas
17 X
Tidak Tuntas
100 83
X Berdasarkan data pada siklus I tersebut
dapat dijabarkan bahwa terdapat 6 siswa sebesar 17 yang mencapai KKM 70 dan terdapat 29
siswa yang belum mencapai KKM. Dengan demikian maka pembelajaran pada siklus I harus
ditindak
lanjuti karena
belum mencapai
keberhasilan yaitu 80 siswa mencapai KKM. Nilai rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,36
dengan kategori sedang.
d. Refleksi Dalam Penerapan model Cooperative
Learning tipe NHT pada subkonsep system reproduksi laki-laki ini masih ditemukan
beberapa kekurangan:
1 Pembentukan kelompok Siswa kurang kondusif dan masih ada yang
bingung pada saat pembentukan kelompok dan fungsi dari nomor yang dibagikan guru. Siswa
bertanya terlalu luas sehingga tidak fokus ke materi.
2 Diskusi
Diani A., Fakhrur R., Nengsih J.
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 65-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Masih ada siswa yang mengobrol pada saat penelusuran soal, masih banyak siswa yang
kurang produktif karena hanya mengandalkan searching atau pencarian literatur dari internet.
3 Penguatan materi Beberapa siswa belum menghiraukan
kesimpulkan yang dipaparkan temanya pada saat ditunjuk guru.
4 Keputusan Pada pelaksanaan siklus I berdasarkan tes
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus I, bahwa hasil belajar pada konsep sistem
reproduksi masih harus diperbaiki. Hal ini tampak terlihat dengan banyak nya siswa yang
belum mencapai KKM 72 yaitu 29 siswa. Oleh karena itu peneliti memustuskan untuk menjutkan
penelitian kelas ke siklus II.
Adapun perbaikan pada siklus II yang di anggap perlu oleh peneliti antara lain:
a. Memperbaiki penyampaian tugas kelompok
agar lebih detail dan semua siswa paham akan tugas yang diberikan, guru lebih
membatasi pertanyaan yang diajukan siswa.
b. Pada saat diskusi kelompok berlangsung
pada saat penelusuran data guru harus lebih mengawasi tiap aktivitas siswa dalam
kelompok
c. Guru harus lebih menjalin interaksi dengan
siswa sesering mungkin pada saat diskusi kelompok berlangsung, selain itu guru
harus memberikan banyak waktu untuk mempresentasikan hasil yang diperoleh
siswa agar efektif pada saat pembelajaran.
2. Siklus 1I a. Perencanaan
1 Pada tahap perencanaan siklus II peneliti
melihat refleksi dari siklus I di kelas XI MIA 1.
2 Peneliti
berdiskusi dengan
dosen pembimbing dan guru pamong dalam
pembuatan RPP. 3
Konsep yang diajarkan terdiri dari konsep reproduksi sub konsep reproduksi wanita.
Target yang ingin dicapai pada siklus II adalah agar terjadi peningkatan hasil belajar dari
siklus I. Target peningkatan belajar dari siklus I yaitu 80 siswa mencapai KKM 70.
b. Tindakan Pada tahap ini, guru berusaha
menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP langkah-
langkah tindakan disajikan pada tabel 4.
c. Pengamatan 1 Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Adapun data hasil observasi siswa siklus II terlampir lampiran 6 pada
penelitian ini. Berdasarkan data tersebut meningkat dibanding siklus I yaitu terdapat 80
siswa yang memperhatikan dengan baik dan 20 belum memperhatikan dengan baik, dalam siklus
II ini sisi baik dalam memperhatikan penjelasan guru, menganalisis dan mendiskusikan hasil
browsing serta, memperhatikan presentasi siswa lainya.
Selama pengamatan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa catatan penting yang harus
diperbaiki pada siklus selanjutnya. Pada proses pembagian
kelompok siswa
membentuk kelompok dengan baik, siswa sudah tidak
bingung dalam cara menjawab soal dan fungsi nomor yang dibagikan, hampir semua siswa
menuliskan poin poin penting pada saat penayangan
gambar sistem
reproduksi perempuan.
Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 66-70
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Pada tahap diskusi, siswa ada yang bertanya materi yang tidak dipahami, siswa
mencari trefrensi untuk menjawab soal di LKS yang dibagikan berdasarkan hasil penelurusan di
internet dan buku paket, karena soal indikator lebih banyak dan terdapat soal menganalisis C4
dari siklus I maka banyak memakan waktu penyelesaian.
Tabel 4. Langkah-langkah proses pembelajaran pada siklus II
NO Kegiatan
GURU SISWA
1. Mengucapkan salam serta mengkondisikan siswa
dalam kelas, berdoa, mengecek kehadiran siswa. Menjawab salam dan menunjukkan sikap siap
untuk belajar, berdoa bersama
2. Apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan
dengan, materi sebelumnya. Berpikir dan menjawab pertanyaan dari guru.
3. Memotivasi siswa dengan mengarahkan siswa menuju
pelajaran pokok yang akan di pelajari dan mengkomunikasikan KD dan tujuan pembelajaran.
Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru
4. Memberi tahu siswa membentuk 6 kelompok
serta serta menayangkan gambar tentang system reproduksi wanita
Membentuk 6 kelompok dan memperhatikan pendemonstrasian oleh guru.
5. Menjawab pertanyaan yang diberikan siswa.
Siswa bertanya tentang gambar yang di jelaskan guru. bertanya
6. Membagikan peserta didik berdasarkan nomor yang
telah disiapkan Mengambil nomor dan berkumpul
kembali pada kelompok yang telah ditetapkan dengan nomor yang berbeda- beda.
7 Memberikan LKS yang berisi sub topic
permasalahan sesuai dengan indikator pembelajaran.
Menerima LKS dan mendengarkan pengarahan guru
8. Menyuruh siswa di dalam kelompok melakukan
studi literatur atau browsing sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam LKS yang
dibagikan guru, memberi arahan Setiap nomor yang sama di beberapa kelompok mengerjakan soal yang
sama, dan menilai keaktifan tiap kelompok siswa yang sedang berkejasama.
Berdiskusi dengan teman kelompok mengenai sistem reproduksi manusia yang telah tersedia pada
LKS yang telah diberikan, mengumpulkan data mengenai
permasalahan yang dibahas, dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menganalisis
dan mendiskusikan hasil browsing.
9 Menunjuk salah satu nomor dan yang di tunjuk
mempresentasikan hasilnya sesuai dengan yang dikerjakan, menilai berdasarkan presentasinya, dan
memberikan kesempatan kepada siswa dengan nomor yang sama untuk menambahkan hasil presentasi
temanya. Mempresentasikan hasil dari pencarian data dan
yang lainya mendengarkan presentasi temanya.
10 Mengevaluasi ketercapaian peserta didik di tiap
indikator dengan menunjuk empat siswa dan tiap siswa menyampaikan hasil ketercapaian sesuai
indikator Menyimpulkan hasil diskusi di depan kelas.
11 Guru menutup pembelajaran serta mengingatkan
kepada siswa untuk mempelajari materi dipertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menjawab salam
Diani A., Fakhrur R., Nengsih J.
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 67-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Pada tahap komunikasi guru memberikan arahan dan menunjuk siswa yang telah diberi
nomor untuk presentasi, semua siswa yang sudah siap pada saat maju kedepan, waktu presentasi
terlalu singkat akibat termakan waktu diskusi, pada saat siswa presentasi masih ada siswa lain
yang belum mengerti dan banyak yang bertanya sehingga melebihi waktu presentasi yang telah di
tetapkan di RPP.
Pada tahap evaluasi guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan indikator
pencapaian KD. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator
pencapaian KD. Guru bertanya tentang indikator pelajaran yang telah dipelajari karena terdapat
lima indikator maka guru menunjuk lima orang siswa secara acak dari tiap kelompok untuk
menjabarkan kembali apa yang didapatkan selama pembelajaran. Siswa bisa menyimpulkan
indikator yang mudah tapi pada saat indikator yang sulit siswa sulit untuk menyimpulkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah
kondusif tetapi akibat terlalu banyak indikator pencapaian serta tingkat soal terdapat soal
menganalisis C4 maka waktu pembelajaran tidak sesaui dengan yang direncanakan di RPP.Oleh
karena itu perlu adanya perbaikan dari pembuatan RPP dan indkator.
2 Lembar observasi guru Lembar observasi guru digunakan untuk
mengamati aktivitas
guru selama
proses pembelajaran. Observasi aktivitas guru dilakukan
oleh guru bidang studi biologi. Lembar observasi aktivitas guru dalam bentuk daftar cek. Adapun
data hasil observasi guru siklus II terlampir lampiran 9. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas guru siklus II didapatkan persentase guru ketika mengajar yaitu 94. Persentase ini
termasuk ke dalam kategori sangat baik. Namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki seperti
tegas dalam membatasi waktu presentasi oleh siswa, harus bisa lebih tepat dalam memprediksi
waktu kegiatan pembelajaran di RPP, lebih menggunakan bahasa komunikasi yang mudah
diterima siswa.
3 Hasil belajar Untuk mengeahui peningkatan hasil belajar
pada siklus II dilakukan tes kemampuan siswa. Adapun hasil tes kemampuan siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. hasil belajar pada siklus II
Data Pre test
Post test N-Gain
Max 55
80 0,69
Min 15
30 -0,27
Rata –rata
36,42 56,42
0,30 SD
8,62 12,57
X Tuntas
23 X
Tidak Tuntas
100 77
X Berdasarkan data pada siklus II tersebut
dapat dijabarkan bahwa terdapat 8 siswa sebesar 23 yang mencapai KKM 70 dan terdapat 27
siswa sebesar 77 yang belum mencapai KKM. Tindakan yang diberikan dihentikan di siklus II,
dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Nilai rata-rata N-Gain pada siklus II adalah 0,30
dengan kategori sedang.
d. Refleksi Dalam penerapan model pembelajaran
Cooperative learning tipe NHT pada sub konsep sistem reproduksi wanita walaupun sudah baik
tetapi masih ditemukan beberapa kekurangan
1 Materi Materi pada siklus II lebih berat karena
menekankan sampai siswa mampu meganalisis C4 pada bagian siklus menstruasi
2 Diskusi
Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 68-70
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Siswa membutuhkan waktu lebih banyak pada saat diskusi dikarena siswa harus dapat
menganalisis soal di LKS yang diberikan guru. 3 Mengkomunikasi
Siswa sudah
baik pada
saat mempresentasikan materi dengan inkator yang
mudah tetapi pada saat siswa mempresentasikan indikator soal menganalisis C4 masih banyak
siswa yang belum paham dan banyak siswa yang bertanya pada saat presentasi sehingga waktu
tidak mencukupi sampai siswa paham betul akan indikator C4 yang dipelajari.
e. Keputusan Pada pelaksanaan siklus II berdasarkan
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus II, bahwa hasil belajar pada konsep sistem
repsroduksi masih harus di perbaiki. Hal ini tampak terlihat dengan beberapa siswa yang
belum tuntas yaitu 27 siswa walaupun susdah meningkat dari siklus I yang sebelumnya 29
siswa tetapi masih belum dikatakan berhasil karena belum 80 yang mencapai KKM 70.
Namun tindakan yang diberikan dihentikan pada siklus II, dikarenakan keterbatasan waktu.
Adapun perbaikan pada siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara lain:
1 Memperbaiki penyampaian tugas kelompok
agar lebih detail dan semua siswa paham akan tugas yang diberikan.
2 Guru harus lebih mengatur waktu lebih
banyak pada saat kerja kelompok karena beban materi lebih berat dari pada siklus I
3 Pada saat diskusi kelompok berlangsung
pada saat penelusuran data guru harus lebih mengawasi tiap tiap aktivitas siswa dalam
kelompok
4 Guru harus lebih menjalin interaksi dengan
siswa sesering mungkin pada saat diskusi kelompok berlangsung. selain itu guru harus
memberikan banyak
waktu untuk
memprsesentasikan hasil yang didapat siswa agar efektif pada saat pembelajaran.
Pembahasan
Pada siklus I siswa yang nilainya mencapai
KKM yaitu 6 siswa atau 17 dari 35 siswa. Masih banyak kekurangan yang terjadi pada
siklus I seperti siswa yang kurang kondusif dan masih ada yang bingung pada saat pembentukan
kelompok dan fungsi dari nomor yang dibagikan guru, masih ada siswa yang mengobrol pada saat
penelusuran soal, masih banyak siswa yang kurang produktif karena hanya mengandalkan
buku paket saja tidak di tambahkan pencarian literatur dari internet, dan beberapa siswa belum
menghiraukan kesimpulan yang di paparkan temanya pada saat di tunjuk guru untuk
mengkomunikasikan hasilya.
Pada awal penerapan Cooperative Learning tipe NHT yang telah dilakukan di kelas,
pembelajaran dengan menggunakan NHT ini masih belum bisa diikuti siswa dengan baik.
Beberapa siswa banyak yang kebingungan ketika pembelajaran berlangsung tentang fungsi nomor
yang dibagikan guru dan hubunganya dengan LKS yang diberikan guru sehingga pada saat
siklus I penelusuran data di LKS menjadi kurang kondusif hal ini hampir sama dengan penelitian
Rizqiah yaitu pada siklus I siswa kurang kondusif pada saat mengerjakan LKS dan masih siswa
yang belum memperhatikan penjelasan guru pertama kali, proses kerja kelompok masih
didominasi siswa yang pintar dan suasana kerja kelompok kurang masksimal Rizqiah, 2012.
Tapi selebihnya dapat mengikuti dengan baik dikarenakan mereka sudah terbiasa bekerja
kelompok dalam pembelajaran sebelumnya.
Hasil aktivitas guru selama pembelajaran telah menunjukkan bahwa guru melaksanakan
langkah-langkah penerapan model Cooperative Learning tipe NHT dengan benar. Hal ini dapat
dilihat dari aktivitas guru yang menunjukkan
Diani A., Fakhrur R., Nengsih J.
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 69-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
bahwa selama aktivitas pembelajaran guru dan siswa dapat berinteraksi dengan baik, setiap
pertanyaan siswa yang ditanyakan ke guru dapat dijawab
dengan baik,
guru memakai
keterampilan dalam bertanya serta menjawab pertanyaan dari siswa. Pada saat siswa
berkelompok dan mengerjakan LKS guru juga aktif berkeliling dan mengarahkan siswa dalam
menjawab soal dan apa yang harus dilakukan.
Pada siklus II siswa sudah bisa mengikuti dengan model pembelajaran NHT karena sudah
terbiasa pada siklus I, pada siklus II hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem reproduksi
perempuan yang berhasil mencapai KKM terdapat 8 siswa dari 35 siswa atau sekitar 22,
hasil belajar ini meningkat dibandingkan dengan hasil belajar siklus I. Hasil yang dicapai pada
siklus II belum sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu 80 siswa dapat memperoleh
nilai di atas KKM 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mampu memahami konsep
sistem reproduksi perempuan yang di berikan dengan penerapan Cooperative Learning tipe
NHT.
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan
penerapan model Cooperative Learning tipe Number Head Together NHT pada materi
sistem reproduksi laki-laki dan sistem reproduksi perempuan
menunjukkan adanya
sedikit peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan
dengan pengajaran sebelumnya. Ketercapaian hasil belajar siswa pada siklus I sekitar 17 di
siklus II sekitar 23 hasil tersebut dapat dikatakan
sedikit meningkat
setelah diterapkannya model pembelajaran tipe Number
Head Together.
Banyak faktor
yang menyebabkan
penurunan hasil belajar di siklus II ini yaitu: pertama dalam pembuatan indikator
pembelajaran ternyata sistem reproduksi perempuan mempunyai indikator yang lebih
banyak dibanding sistem reproduksi pria pada silklus I, kedua rata rata pada saat pembelajaran
siswa terhambat
dalam memahami
serta menganalisis indiktor bagian soal C4, ketiga
siswa lebih banyak membutuhkan waktu dalam menganalisis soal tingkat C4 karena selain dari
buku siswa juga mancari data dari browsing internet sehingga kurang sesuai dengan waktu di
dalam RPP yang telah dibuat guru. Keempat waktu presentasi menjadi lebih sedikit akibat
terlalu banyak dihasbikan dalam diskusi kelompok selain itu pada saat presentasi, soal
yang mempunyai tingkatan C4 membuat siswa sulit memaparkan atau menjelaskan ke siswa lain
akibatnya banyak siswa yang bertanya dan waktu yang disajikan oleh guru tidak cukup menjawab
pertanyaan sehingga masih banyak siswa yang belum paham. Kelima rentang waktu antara
siklus I dan Siklus II berselang 2 hari sehingga mempengaruhi retensi pemahaman siswa.
Selain kendala
tejadi pada
saat pembelajaran terdapat pula kelebihan yang
didapatkan pada tahap Siklus II. Pertama, pada siklus II banyak siswa yang mempunyai nomor
yang sama dengan siswa yang maju dari kelompok lain ketika dalam mempresentasikan
hasilnya
berusaha menambahkan
dan membenarkan
karena guru
memberikan penghargaan
ketika ada
siswa yang
menambahkan atau bertanya, kedua banyak siswa yang lebih aktif mencatat materi di siklus II
di bandingkan dengan siklus I.
Dari keseluruhan hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative learning tipe Number Head Together yang telah dilakukan, peneliti dapat
menemukan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan model ini antara lain adalah siswa
dengan lebih mudah memetakan pembelajaran seperti dari menyebutkan struktur reproduksi,
menghubungkan proses-proses yang terjadi dalam sistem reproduksi, dan siswa lebih
Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 70-70
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
banyak bekerja karena setiap siswa bertanggung jawab terhadap satu nomor dalam pertanyaan di
dalam LKS yang diberikan guru.
Peneliti juga
menemukan adanya
kekurangan dalam
penerapan model
pembelajaran ini, sehingga menurunkan hasil belajar siswa, diantaranya waktu yang diberikan
harus benar benar dimanfaatkan guru dalam menyusun RPP dan menganalisis dalam indikator
apa yang akan memakan waktu banyak pada saat siswa mendalami materi, siswa kurang merespon
pertanyaan yang diberikan guru dalam hal apakah siswa paham akan materi atau tidak sebelum
dilanjutkan
ke indikator
pembelajaran selanjutnya.
SIMPULAN
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan
penerapan model Cooperative Learning tipe Number Head Together NHT pada materi
sistem reproduksi pria dan sistem reproduksi wanita menunjukkan adanya sedikit peningkatan
hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya. Ketercapaian hasil
belajar siswa pada siklus I sekitar 17 di siklus II sekitar 23 hasil tersebut dapat dikatakan
sedikit meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran tipe Number Head Together.
Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT
walaupun meningkat dari siklus I ke siklus II tetapi
belum mencapai
ketuntasan 80.
Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang dapat mencapai nilai KKM 70 pada siklus I
terdapat 6 siswa dengan persentase 17 kemudian pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 8 siswa dengan persentase 22. Berdasarkan analisis data N-Gain mengalami
penurunan dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 0,36 menurun
menjadi 0,30
dengan kategori
pemahaman sedang.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di peroleh, maka disarankan:
1. Guru bidang studi hendaknya dapat terus
mengembangkan model pembelajaran tipe NHT ini dalam kegiatan pembelajaran, dan
tidak menutup kemungkinan untuk melaukan penelitian kembali sampai mencapai siklus
III serta dapat pula mengkombninasikan model NHT dengan model pembelajaran
lain sehingga hasil belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai.
2. Dalam mata pelajaran biologi kelas XI guru
harus benar-benar memperkirakan waktu yang dipakai siswa dalam mempelajari tiap
indikator.
3. Guru hendaknya lebih dapat memotivasi
siswa agar siswa lebih aktif dalam bertanya ataupun menjawab soal soal.
DAFTAR PUSTAKA
Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains.Jakarta: UIN.
Kusuma, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Ptindeks Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 69
Tahun 2013.
Jakarta: Permendikbud, 2013.
Rizqiah, 2012. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Number Head Together NHT Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia.
Skripsi FITK UIN Jakarta.
Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN Press.
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING PADA KONSEP SISTEM KOLOID
Luki Yunita
1
, Rifa Kusmiati
2
, Nina Afria D.
3
1,3
Program Studi Pendidikan Kimia, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
SMA Negeri 10 Tangerang Selatan Email koresponden: luki.yunitauinjkt.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi koloid. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan pada tanggal 9 Mei 2016 sampai 23 Mei 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan siswa kelas XI IPA 1 dengan
jumlah sampel sebanyak 38 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian menerapkan metode penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian
tindakan kelas Kurt Lewin meliputi empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, kuesioner, soal diskusi kelompok,
dan soal akhir siklus. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 60,53 dengan nilai rata-rata 75,47. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar
siswa pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,74 dengan nilai rata-rata 83,0. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Kata Kunci : problem based learning; koloid; hasil belajar
Abstract
This study attempts to improve learning outcomes students through the application of model the problem based learning can improve learning outcomes chemical students on colloidal matter
.The research in SMA Negeri 10 south tangerang on the 9 may 2016 until may 23 2016 .Methods used in this research is classroom action research the act of grade to students XI IPA 1 at the
sample of the as many as 38 students are taught with learning model the problem based learning. Research applies the methods of research the act of class model kurt lewin.The concept of basic
classroom action research kurt lewin covers four components, including planning, acting, observation, and reflection. Research instruments used is sheets of observation , the questionnaire
, about group discussions , and will end up cycle.The research obtained that the percentage of completed study results students on cycle I is of 60,53 the average value of 75,47 . While the
percentage of student learning results completed on cycle II have elevated into 78.74 with an average score of 83.0. From these results it can be concluded that learning with a model of the
Problem Based Learning can improve student learning outcomes.
Keywords : problem based learning; colloidal; learning outcomes
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan keharusan bagi bangsa Indonesia agar
dapat bersaing di era globalisasi. Bidang pendidikan baik formal maupun nonformal
memegang peranan yang sangat penting karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan
sumber
daya manusia
yang berkualitas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Oleh karena itu, pembangungan pada
sektor pendidikan di Indonesia harus menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh
pemerintah. Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan membantu siswa untuk tumbuh
dan berkembang secara optimal dari segi kepribadiannya.
Melalui pendidikan
akan membentuk dan menambah pengetahuan yang
dapatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa melalui Problem Based Learning
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 72-80
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
manusia dan dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
berguna untuk mengubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, guru selaku
pendidik harus berusaha meningkatkan mutu pendidikan beserta pemerintah selaku pemangku
kebijakan.
Untuk menciptakan mutu pendidikan yang lebih
baik, maka
haruslah diperhatikan
komponen yang terlibat didalamnya, yaitu guru selaku pendidik, siswa selaku peserta didik, serta
cara atau metode yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang telah tertuang di
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Jika dilihat dari hasil PISA 2014 Indonesia berada
pada peringkat ke 64 dari 65 negara anggota PISA. Hal ini menunjukan betapa rendahnya
mutu pendidikan di negeri ini. Satu hal yang menjadi sorotan dalam hasil PISA adalah
rendahnya kemampuan peserta didik di Indonesia dalam memecahkan masalah pada bidang sains
dan matematika OECD, 2014.
Kimia merupakan mata pelajaran yang tergabung dalam kelompok ilmu pengetahuan
alam IPA atau sains. Menurut Subiantoro 2011 melalui penelitiannya menunjukan fakta
bahwa pembelajaran kimia di sekolah masih diajarkan dengan menggunakan metode dan
pendekatan yang berpusat pada guru teacher centered learning atau pembelajaran satu arah
Subiantoro, 2011. Sehingga tidak mengejutkan bila kemampuan pemecahan masalah kimia siswa
masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang masih berada di bawah KKM kriteria
ketuntasan minimal. Selain itu, fakta ini pula didukung oleh penelitian pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti di sekolah. Peneliti menemukan bahwa hasil belajar kimia siswa
sangat rendah dibandingkan dengan mata pelajaran sains lainnya, yaitu fisika dan biologi.
Salah satu faktor
yang melatarbelakangi rendahnya hasil belajar kimia siswa adalah masih
diterapkannya metode
pembelajaran konvensional seperti ceramah, yang tidak
menuntut keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka.
Kimia sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak harus diajarkan kepada siswa
secara kontekstual atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari Tosun Senocak, 2013.
Model pembelajaran yang sangat sesuai dengan kriteria ilmu kimia yang bersifat abstrak adalah
model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning PBL. Hallinger dan
Bridges 2007 menyebutkan bahwa PBM merupakan strategi pembelajaran instruksional
yang memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran tradisional, yaitu:
1 Pembelajaran dimulai dengan masalah yang merupakan stimulus untuk direspon oleh siswa;
2 Masalah yang diberikan adalah masalah yang pernah atau akan dihadapi siswa di masa
mendatang; 3 Pembelajaran dilakukan secara aktif dan berkelompok Hallinger Bridges,
2007.
Masalah menjadi fokus utama atau stimulan dalam model PBM. Masalah tersebut
dapat berupa teori, pragmatis, teknik, atau pengetahuan yang menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa dalam berbagai ranah dan lingkungan profesional Barge, 2010. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Poikela Nummenma 2012 menyebutkan bahwa karateristik utama PBM
adalah masalah, baik berupa pertanyaan maupun puzzle yang diharapkan dapat dipecahkan oleh
siswa. Masalah yang menjadi stimulus dalam proses pembelajaran dapat berbentuk skenario
atau wacana, kasus, masalah konstekstual yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran, dan
yang paling utama adalah masalah yang digunakan berdasarkan realitas dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat dipraktekan secara profesional.
Model pembelajaran
berbasis masalah menggunakan masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang sering ditemui siswa sebagai subjek utama pembelajaran. Sehingga siswa akan
merasa tertarik dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan kehidupan
mereka Borrows Tumblyn, 1979. Banyak materi
kimia yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh materi kimia yang
memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari adalah sistem koloid dengan pokok
bahasan efek tyndall. Barell 2007 menyebutkan bahwa,
Pembelajaran Berbasis
Masalah didefinisikan sebagai suatu proses inkuiri untuk
memecahkan pertanyaan, keanehan, keraguan,
Luki Y., Rifa K., Nina A. D.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 73-80 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
dan ketidakpastian tentang fenomena yang kompleks dalam hidup. Masalah merupakan
suatu keraguan, kesukaran, atau ketidakpastian yang perlu dipecahkan atau diberikan solusi.
Sesuai
dengan standar
kompetensi yaitu
menjelaskan sistem dan sifat koloid, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka
pokok bahasan inilah yang dipilih untuk diteliti dengan model pembelajaran berbasis masalah
karena dapat dikaitkan dengan permasalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini
merupakan salah satu konsep kimia yang fenomenanya dapat dilihat secara langsung dalam
kehidupan
sehari-hari. Misalnya,
ketika menonton bioskop debu yang ada pada layar
bioskop tidak terlihat karena partikel debu akan menyebar ketika dikenai sinar oleh karena itu
partikel debu merupakan sistem koloid.
Menurut Poikela Nummenmaa 2006 Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
strategi pembelajaran yang berlandaskan inkuiri dan pemecahan masalah. Lebih jauh, Ia
menjelaskan bahwa, PBM merupakan strategi pembelajaran yang berlandaskan asas interaksi
sosial dan pembelajaran mandiri. Sehingga PBM fokus terhadap pengetahuan dan pembelajaran
siswa bukan guru atau PBM didefinisikan sebagai sebuah pendekatan total yang tidak hanya suatu
teknik atau alat pengajaran. Selain itu, masalah nyata atau real-life problem merupakan fokus
utama dalam model PBM.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Wasonawati, Redjeki, Ariani 2014
menyebutkan bahwa
model pembelajaran
berbasis masalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan masalah
yang telah
diungkapkan dan penelitian terdahulu maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar kimia
siswa pada materi koloid.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl.
Raya Tegal Rotan, Sawah Baru-Ciputat. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 9 Mei 2016
sampai 23 Mei 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, diakukan pada kondisi
yang alamiah, dan menggambarkan masalah sebenarnya yang ada dilapangan, kemudian
direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori menunjang dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan dilapangan Sanjaya, 2013.
Penelitian menerapkan metode penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Konsep pokok
penelitian tindakan kelas Kurt Lewin meliputi empat komponen, yaitu perencanaan planning,
tindakan acting, pengamatan observing, dan refleksi reflecting. Keempat komponen ini
menjadi satu siklus. Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus Kusumah, 2012. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Kota Tangerang Selatan dengan
jumlah siswa sebanyak 38 siswa, terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Dalam
penelitian
ini menggunakan
pendekatan kualitatif, sehingga kehadiran seorang pengamat
mutak diperlukan untuk membenatu peneliti. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisa, penafsiran data dan akhirnya
sebagai pelapor hasil penelitian Creswell, 2012. Penelitian ini dilakukan dalam 2 yaitu terdapat
dua pertemuan untuk pembelajaran dan satu pertemuan untuk tes evaluasi akhir pada masing-
masing siklus.
Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa dinyatakan mengalami peningkatan hasil belajar
terhadap konsep sistem koloid apabila mencapai ketuntasan belajar sebesar 75 dengan nilai
minimal pembelajaran yang diperoleh siswa sebesar 78. Prosedur pemecahan masalah dalam
penelitian ini dirangkum dengan menggunakan desain
Penelitian Tindakan
Kelas yang
dicetuskan oleh Kurt Lewin. Prosedur penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 1.
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa melalui Problem Based Learning
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 74-80
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Gambar 1. Alur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas pada
penelitian ini terdiri atas dua siklus. Siklus kegiatan pembelajaran dimulai dari perencanaan,
persiapan tindakan, pemantauan atau observasi, dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi siswa, guru, teman sejawat dan kolaborator. Intrumen yang digunakan soal tes,
lembar
observasi, keusioner
terhadap
pembelajaran kimia. Kuesioner diberikan di akhir siklus yaitu untuk mengetahui kendala siswa pada
proses pembelajaran
kimia menggunkan
indikator evaluasi penelitian tindakan kelas PTK.
PEMBAHASAN Hasil
Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari dua pertemuan dan
siklus ke-2 terdiri dari 1 pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dengan
model
Problem Based
Learning. Untuk
penjabaran hasil penelitian tiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Siklus I dalam penelitian ini terdiri dari empat jam pelajaran atau duakali pertemuan 4 x
45 menit. Berikut ini tahapan-tahapan dalam siklus I: