Refleksi Nilai Minat Belajar Peserta Didik

Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 62-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 observasi, 2 Analisis proses tindakan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, mengamati, merefleksi, 3 analisis belajar tiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Siklus 1 a. Perencanaan 1 Pada tahap perencanaan siklus I peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di kelas XI MIA 4. Dari hasil penelitian di setiap kelas XI MIA 4 didapatkan siswa kurang atau malasa bekerja pada saat pembelajaran berkelompok. Dari permasalahan tersebut, peneliti merancang pembelajaran dan situasi belajar yang membuat semua siswa dapat aktif belajar berkelompok. 2 Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pemblejaran tipe NHT. 3 Membuat rencana pembelajaran yang dibantu oleh model pembelajaran tipa NHT dan observasi. 4 Konsep yang diajarkan terdiri dari konsep repsroduksi sub konsep reproduksi laki-laki. b. Tindakan Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative learning tipe NHT yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP langkah-langkah tindakan disajikan pada tabel 2. c. Pengamatan 1 Lembar observasi siswa Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Adapun data hasil observasi siswa siklus I terlampir lampiran 5, observasi aktivitas siswa dilakukan oleh teman sejawat. Observasi aktivitas siswa dibuat dalam kategori Ya dan tidak. Masing-masing kategori memiliki rentang ≤50 dan ≥50 . Berdasarkan hasil dari perhitungan dapat diketahui bahwa pada siklus I terdapat 53 siswa yang memperhatikan pelajaran sedangkan selebihnya 47 tetap memperhatikan tepai banyak bercanda dan kurang fokus pada saat pembelajaran dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Beberapa siswa mengobrol dengan teman sebangkunya. Sedangkan sebagian lagi memainkan gadget saat pembelajaran berlangsung. Namun siswa sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Selama pengamatan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa catatan penting yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya. Pada proses pembagian kelompok siswa membentuk kelompok dengan baik, beberapa siswa masih ada yang bingung dalam cara menjawab soal, pada saat memperhatikan gambar banyak siswa yang bertanya terlalu jauh dari materi pokok sehingga tidak fokus terhadap gambar yang disajikan guru. Pada tahap diskusi, siswa ada yang betanya materi yang tidak dipahami, siswa ada yang menambahkan pada saat siswa lain mempresentasikan hasil, siswa menjawab pertanyaan dari temanya berdasarkan hasil penelurusan di internet dan buku paket. Pada tahap komunikasi guru memberikan arahan dan menunjuk siswa yang telah diberi nomor untuk presentasi, banyak siswa yang ditunjuk maju dengan terpaksa karena belum menguasai materi sebelumnya sehingga guru menunjuk siswa yang lain dari kelompok yang sama untuk menggantikan siswa tersebut sehingga memakan waktu yang cukup lama, lalu Diani A., Fakhrur R., Nengsih J. | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 63-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 pada saat siswa mempresentasikan hasil masih ada siswa lain yang mengejakan tugasnya karena Tabel 2. Langkah-langkah proses pembelajaran pada siklus I NO Kegiatan Guru Siswa 1. Mengucapkan salam serta mengkondisikan siswa dalam kelas, berdoa, mengecek kehadiran siswa. Menjawab salam dan menunjukkan sikap siap untuk belajar, berdoa bersama 2. Apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan dengan, materi sebelumnya. Berpikir dan menjawab pertanyaan dari guru. 3. Memotivasi siswa dengan mengarahkan siswa menuju pelajaran pokok yang akan dipelajari. dan Mengkomunikasikan KD dan tujuan pembelajaran. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru 4. Memberi tahu siswa membentuk 6 kelompokserta serta menayangkan gambar tentang sistem reproduksi pria. Membentuk 6 kelompok dan memperhatikan pendemonstrasian oleh guru. 5. Menjawab pertanyaan yang diberikan siswa. Siswa bertanya tentang gambar yang dijelaskan guru. bertanya 6. Membagikan peserta didik berdasarkan nomor yang telah disiapkan Mengambil nomor dan berkumpul kembali pada kelompok yang telah ditetapkan dengan nomor yang berbeda- beda. 7 Memberikan LKS yang berisi sub topik permasalahan sesuai dengan indikator pembelajaran. Menerima LKS dan mendengarkan pengarahan guru 8. Menyuruh siswa di dalam kelompok melakukan studi literatur atau browsing sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam LKS yang dibagikan guru., Memberi arahan Setiap nomor yang sama di beberapa kelompok mengerjakan soal yang sama, dan menilai keaktifan tiap kelompok siswa yang sedang berkejasama. Berdiskusi dengan teman kelompok mengenai system reproduksi manusia yang telah tersedia pada LKS yang telah diberikan, mengumpulkan data mengenai permasalahan yang dibahas, dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan hasil browsing. 9 Menunjuk salah satu nomor dan yang ditunjuk mempresentasikan hasilnya sesuai dengan yang dikerjakan, menilai berdasarkan presentasinya, dan memberikan kesempatan kepada siswa dengan nomor yang sama untuk menambahkan hasil presentasi temanya. mempresentasikan hasil dari pencarian datadan yang lainya mendengarkan presentasi temanya. 10 mengevaluasi ketercapaian peserta didik di tiap indikator dengan menunjuk empat siswa dan tiap siswa menyampaikan hasil ketercapaian sesuai indikator menyimpulkan hasil diskusi di depan kelas. Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 64-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 11 Guru menutup pembelajaran serta mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi dipertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menjawab salam belum selesai sehingga kurang fokus pada siswa yang sedang mempresentasikan hasilnya. Pada tahap evaluasi guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan indikator pencapaian KD. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator pencapaian KD. Guru bertanya tentang indikator pelajaran yang telah dipelajari karena terdapat lima indikator maka guru menunjuk lima orang siswa secara acak dari tiap kelompok untuk menjabarkan kembali apa yang didapatkan selama pembelajaran. Tetapi pada saat siswa menyimpulkan siswa yang lain sudah tidak fokus mendengarkan kesimpulan siswa tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran pada siklus I masih kurang kondusif. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dari hasil pengamatan. Perbaikan- perbaikan yang sudah didiskusikan dengan teman sejawat dan guru bidang studi akan diterapkan oleh peneliti pada siklus II. 2 Lembar observasi guru Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran. Observasi aktivitas guru dilakukan oleh guru bidang studi biologi. Lembar observasi aktivitas guru dalam bentuk daftar cek. Adapun data hasil observasi guru siklus I terlampir lampiran 8 Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru siklus I didapatkan presentase guru ketika mengajar yaitu 95. Presentase ini termasuk ke dalam kategori sangat baik. Namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki seperti suara harus keras dan selalu fokus ke semua siswa. Selain itu peneliti harus lebih memberikan arahan kepada siswa yang mengobrol dan mengantuk ketika guru menjelaskan. 3 Hasil belajar Untuk mengeahui peningkatan hasil belajar pada siklus I dilakukan tes kemampuan siswa. Adapun hasil tes kemampuan siswa adalah sebagai berikut: Tabel 3. hasil belajar pada siklus I Data Pre test Post test N-Gain Max 60 75 0,68 Min 15 30 -0,16 Rata –rata 35,71 59,57 0,36 SD 8,84 10,1 X Tuntas 17 X Tidak Tuntas 100 83 X Berdasarkan data pada siklus I tersebut dapat dijabarkan bahwa terdapat 6 siswa sebesar 17 yang mencapai KKM 70 dan terdapat 29 siswa yang belum mencapai KKM. Dengan demikian maka pembelajaran pada siklus I harus ditindak lanjuti karena belum mencapai keberhasilan yaitu 80 siswa mencapai KKM. Nilai rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,36 dengan kategori sedang. d. Refleksi Dalam Penerapan model Cooperative Learning tipe NHT pada subkonsep system reproduksi laki-laki ini masih ditemukan beberapa kekurangan: 1 Pembentukan kelompok Siswa kurang kondusif dan masih ada yang bingung pada saat pembentukan kelompok dan fungsi dari nomor yang dibagikan guru. Siswa bertanya terlalu luas sehingga tidak fokus ke materi. 2 Diskusi Diani A., Fakhrur R., Nengsih J. | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 65-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Masih ada siswa yang mengobrol pada saat penelusuran soal, masih banyak siswa yang kurang produktif karena hanya mengandalkan searching atau pencarian literatur dari internet. 3 Penguatan materi Beberapa siswa belum menghiraukan kesimpulkan yang dipaparkan temanya pada saat ditunjuk guru. 4 Keputusan Pada pelaksanaan siklus I berdasarkan tes hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus I, bahwa hasil belajar pada konsep sistem reproduksi masih harus diperbaiki. Hal ini tampak terlihat dengan banyak nya siswa yang belum mencapai KKM 72 yaitu 29 siswa. Oleh karena itu peneliti memustuskan untuk menjutkan penelitian kelas ke siklus II. Adapun perbaikan pada siklus II yang di anggap perlu oleh peneliti antara lain: a. Memperbaiki penyampaian tugas kelompok agar lebih detail dan semua siswa paham akan tugas yang diberikan, guru lebih membatasi pertanyaan yang diajukan siswa. b. Pada saat diskusi kelompok berlangsung pada saat penelusuran data guru harus lebih mengawasi tiap aktivitas siswa dalam kelompok c. Guru harus lebih menjalin interaksi dengan siswa sesering mungkin pada saat diskusi kelompok berlangsung, selain itu guru harus memberikan banyak waktu untuk mempresentasikan hasil yang diperoleh siswa agar efektif pada saat pembelajaran. 2. Siklus 1I a. Perencanaan 1 Pada tahap perencanaan siklus II peneliti melihat refleksi dari siklus I di kelas XI MIA 1. 2 Peneliti berdiskusi dengan dosen pembimbing dan guru pamong dalam pembuatan RPP. 3 Konsep yang diajarkan terdiri dari konsep reproduksi sub konsep reproduksi wanita. Target yang ingin dicapai pada siklus II adalah agar terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I. Target peningkatan belajar dari siklus I yaitu 80 siswa mencapai KKM 70. b. Tindakan Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP langkah- langkah tindakan disajikan pada tabel 4. c. Pengamatan 1 Lembar observasi siswa Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Adapun data hasil observasi siswa siklus II terlampir lampiran 6 pada penelitian ini. Berdasarkan data tersebut meningkat dibanding siklus I yaitu terdapat 80 siswa yang memperhatikan dengan baik dan 20 belum memperhatikan dengan baik, dalam siklus II ini sisi baik dalam memperhatikan penjelasan guru, menganalisis dan mendiskusikan hasil browsing serta, memperhatikan presentasi siswa lainya. Selama pengamatan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa catatan penting yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya. Pada proses pembagian kelompok siswa membentuk kelompok dengan baik, siswa sudah tidak bingung dalam cara menjawab soal dan fungsi nomor yang dibagikan, hampir semua siswa menuliskan poin poin penting pada saat penayangan gambar sistem reproduksi perempuan. Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 66-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Pada tahap diskusi, siswa ada yang bertanya materi yang tidak dipahami, siswa mencari trefrensi untuk menjawab soal di LKS yang dibagikan berdasarkan hasil penelurusan di internet dan buku paket, karena soal indikator lebih banyak dan terdapat soal menganalisis C4 dari siklus I maka banyak memakan waktu penyelesaian. Tabel 4. Langkah-langkah proses pembelajaran pada siklus II NO Kegiatan GURU SISWA 1. Mengucapkan salam serta mengkondisikan siswa dalam kelas, berdoa, mengecek kehadiran siswa. Menjawab salam dan menunjukkan sikap siap untuk belajar, berdoa bersama 2. Apersepsi dengan menanyakan hal yang berhubungan dengan, materi sebelumnya. Berpikir dan menjawab pertanyaan dari guru. 3. Memotivasi siswa dengan mengarahkan siswa menuju pelajaran pokok yang akan di pelajari dan mengkomunikasikan KD dan tujuan pembelajaran. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru 4. Memberi tahu siswa membentuk 6 kelompok serta serta menayangkan gambar tentang system reproduksi wanita Membentuk 6 kelompok dan memperhatikan pendemonstrasian oleh guru. 5. Menjawab pertanyaan yang diberikan siswa. Siswa bertanya tentang gambar yang di jelaskan guru. bertanya 6. Membagikan peserta didik berdasarkan nomor yang telah disiapkan Mengambil nomor dan berkumpul kembali pada kelompok yang telah ditetapkan dengan nomor yang berbeda- beda. 7 Memberikan LKS yang berisi sub topic permasalahan sesuai dengan indikator pembelajaran. Menerima LKS dan mendengarkan pengarahan guru 8. Menyuruh siswa di dalam kelompok melakukan studi literatur atau browsing sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam LKS yang dibagikan guru, memberi arahan Setiap nomor yang sama di beberapa kelompok mengerjakan soal yang sama, dan menilai keaktifan tiap kelompok siswa yang sedang berkejasama. Berdiskusi dengan teman kelompok mengenai sistem reproduksi manusia yang telah tersedia pada LKS yang telah diberikan, mengumpulkan data mengenai permasalahan yang dibahas, dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menganalisis dan mendiskusikan hasil browsing. 9 Menunjuk salah satu nomor dan yang di tunjuk mempresentasikan hasilnya sesuai dengan yang dikerjakan, menilai berdasarkan presentasinya, dan memberikan kesempatan kepada siswa dengan nomor yang sama untuk menambahkan hasil presentasi temanya. Mempresentasikan hasil dari pencarian data dan yang lainya mendengarkan presentasi temanya. 10 Mengevaluasi ketercapaian peserta didik di tiap indikator dengan menunjuk empat siswa dan tiap siswa menyampaikan hasil ketercapaian sesuai indikator Menyimpulkan hasil diskusi di depan kelas. 11 Guru menutup pembelajaran serta mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi dipertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menjawab salam Diani A., Fakhrur R., Nengsih J. | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 67-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Pada tahap komunikasi guru memberikan arahan dan menunjuk siswa yang telah diberi nomor untuk presentasi, semua siswa yang sudah siap pada saat maju kedepan, waktu presentasi terlalu singkat akibat termakan waktu diskusi, pada saat siswa presentasi masih ada siswa lain yang belum mengerti dan banyak yang bertanya sehingga melebihi waktu presentasi yang telah di tetapkan di RPP. Pada tahap evaluasi guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan indikator pencapaian KD. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator pencapaian KD. Guru bertanya tentang indikator pelajaran yang telah dipelajari karena terdapat lima indikator maka guru menunjuk lima orang siswa secara acak dari tiap kelompok untuk menjabarkan kembali apa yang didapatkan selama pembelajaran. Siswa bisa menyimpulkan indikator yang mudah tapi pada saat indikator yang sulit siswa sulit untuk menyimpulkan. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah kondusif tetapi akibat terlalu banyak indikator pencapaian serta tingkat soal terdapat soal menganalisis C4 maka waktu pembelajaran tidak sesaui dengan yang direncanakan di RPP.Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dari pembuatan RPP dan indkator. 2 Lembar observasi guru Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran. Observasi aktivitas guru dilakukan oleh guru bidang studi biologi. Lembar observasi aktivitas guru dalam bentuk daftar cek. Adapun data hasil observasi guru siklus II terlampir lampiran 9. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru siklus II didapatkan persentase guru ketika mengajar yaitu 94. Persentase ini termasuk ke dalam kategori sangat baik. Namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki seperti tegas dalam membatasi waktu presentasi oleh siswa, harus bisa lebih tepat dalam memprediksi waktu kegiatan pembelajaran di RPP, lebih menggunakan bahasa komunikasi yang mudah diterima siswa. 3 Hasil belajar Untuk mengeahui peningkatan hasil belajar pada siklus II dilakukan tes kemampuan siswa. Adapun hasil tes kemampuan siswa adalah sebagai berikut: Tabel 5. hasil belajar pada siklus II Data Pre test Post test N-Gain Max 55 80 0,69 Min 15 30 -0,27 Rata –rata 36,42 56,42 0,30 SD 8,62 12,57 X Tuntas 23 X Tidak Tuntas 100 77 X Berdasarkan data pada siklus II tersebut dapat dijabarkan bahwa terdapat 8 siswa sebesar 23 yang mencapai KKM 70 dan terdapat 27 siswa sebesar 77 yang belum mencapai KKM. Tindakan yang diberikan dihentikan di siklus II, dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Nilai rata-rata N-Gain pada siklus II adalah 0,30 dengan kategori sedang. d. Refleksi Dalam penerapan model pembelajaran Cooperative learning tipe NHT pada sub konsep sistem reproduksi wanita walaupun sudah baik tetapi masih ditemukan beberapa kekurangan 1 Materi Materi pada siklus II lebih berat karena menekankan sampai siswa mampu meganalisis C4 pada bagian siklus menstruasi 2 Diskusi Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 68-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Siswa membutuhkan waktu lebih banyak pada saat diskusi dikarena siswa harus dapat menganalisis soal di LKS yang diberikan guru. 3 Mengkomunikasi Siswa sudah baik pada saat mempresentasikan materi dengan inkator yang mudah tetapi pada saat siswa mempresentasikan indikator soal menganalisis C4 masih banyak siswa yang belum paham dan banyak siswa yang bertanya pada saat presentasi sehingga waktu tidak mencukupi sampai siswa paham betul akan indikator C4 yang dipelajari. e. Keputusan Pada pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus II, bahwa hasil belajar pada konsep sistem repsroduksi masih harus di perbaiki. Hal ini tampak terlihat dengan beberapa siswa yang belum tuntas yaitu 27 siswa walaupun susdah meningkat dari siklus I yang sebelumnya 29 siswa tetapi masih belum dikatakan berhasil karena belum 80 yang mencapai KKM 70. Namun tindakan yang diberikan dihentikan pada siklus II, dikarenakan keterbatasan waktu. Adapun perbaikan pada siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara lain: 1 Memperbaiki penyampaian tugas kelompok agar lebih detail dan semua siswa paham akan tugas yang diberikan. 2 Guru harus lebih mengatur waktu lebih banyak pada saat kerja kelompok karena beban materi lebih berat dari pada siklus I 3 Pada saat diskusi kelompok berlangsung pada saat penelusuran data guru harus lebih mengawasi tiap tiap aktivitas siswa dalam kelompok 4 Guru harus lebih menjalin interaksi dengan siswa sesering mungkin pada saat diskusi kelompok berlangsung. selain itu guru harus memberikan banyak waktu untuk memprsesentasikan hasil yang didapat siswa agar efektif pada saat pembelajaran. Pembahasan Pada siklus I siswa yang nilainya mencapai KKM yaitu 6 siswa atau 17 dari 35 siswa. Masih banyak kekurangan yang terjadi pada siklus I seperti siswa yang kurang kondusif dan masih ada yang bingung pada saat pembentukan kelompok dan fungsi dari nomor yang dibagikan guru, masih ada siswa yang mengobrol pada saat penelusuran soal, masih banyak siswa yang kurang produktif karena hanya mengandalkan buku paket saja tidak di tambahkan pencarian literatur dari internet, dan beberapa siswa belum menghiraukan kesimpulan yang di paparkan temanya pada saat di tunjuk guru untuk mengkomunikasikan hasilya. Pada awal penerapan Cooperative Learning tipe NHT yang telah dilakukan di kelas, pembelajaran dengan menggunakan NHT ini masih belum bisa diikuti siswa dengan baik. Beberapa siswa banyak yang kebingungan ketika pembelajaran berlangsung tentang fungsi nomor yang dibagikan guru dan hubunganya dengan LKS yang diberikan guru sehingga pada saat siklus I penelusuran data di LKS menjadi kurang kondusif hal ini hampir sama dengan penelitian Rizqiah yaitu pada siklus I siswa kurang kondusif pada saat mengerjakan LKS dan masih siswa yang belum memperhatikan penjelasan guru pertama kali, proses kerja kelompok masih didominasi siswa yang pintar dan suasana kerja kelompok kurang masksimal Rizqiah, 2012. Tapi selebihnya dapat mengikuti dengan baik dikarenakan mereka sudah terbiasa bekerja kelompok dalam pembelajaran sebelumnya. Hasil aktivitas guru selama pembelajaran telah menunjukkan bahwa guru melaksanakan langkah-langkah penerapan model Cooperative Learning tipe NHT dengan benar. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru yang menunjukkan Diani A., Fakhrur R., Nengsih J. | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 69-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 bahwa selama aktivitas pembelajaran guru dan siswa dapat berinteraksi dengan baik, setiap pertanyaan siswa yang ditanyakan ke guru dapat dijawab dengan baik, guru memakai keterampilan dalam bertanya serta menjawab pertanyaan dari siswa. Pada saat siswa berkelompok dan mengerjakan LKS guru juga aktif berkeliling dan mengarahkan siswa dalam menjawab soal dan apa yang harus dilakukan. Pada siklus II siswa sudah bisa mengikuti dengan model pembelajaran NHT karena sudah terbiasa pada siklus I, pada siklus II hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem reproduksi perempuan yang berhasil mencapai KKM terdapat 8 siswa dari 35 siswa atau sekitar 22, hasil belajar ini meningkat dibandingkan dengan hasil belajar siklus I. Hasil yang dicapai pada siklus II belum sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu 80 siswa dapat memperoleh nilai di atas KKM 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mampu memahami konsep sistem reproduksi perempuan yang di berikan dengan penerapan Cooperative Learning tipe NHT. Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Number Head Together NHT pada materi sistem reproduksi laki-laki dan sistem reproduksi perempuan menunjukkan adanya sedikit peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya. Ketercapaian hasil belajar siswa pada siklus I sekitar 17 di siklus II sekitar 23 hasil tersebut dapat dikatakan sedikit meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran tipe Number Head Together. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan hasil belajar di siklus II ini yaitu: pertama dalam pembuatan indikator pembelajaran ternyata sistem reproduksi perempuan mempunyai indikator yang lebih banyak dibanding sistem reproduksi pria pada silklus I, kedua rata rata pada saat pembelajaran siswa terhambat dalam memahami serta menganalisis indiktor bagian soal C4, ketiga siswa lebih banyak membutuhkan waktu dalam menganalisis soal tingkat C4 karena selain dari buku siswa juga mancari data dari browsing internet sehingga kurang sesuai dengan waktu di dalam RPP yang telah dibuat guru. Keempat waktu presentasi menjadi lebih sedikit akibat terlalu banyak dihasbikan dalam diskusi kelompok selain itu pada saat presentasi, soal yang mempunyai tingkatan C4 membuat siswa sulit memaparkan atau menjelaskan ke siswa lain akibatnya banyak siswa yang bertanya dan waktu yang disajikan oleh guru tidak cukup menjawab pertanyaan sehingga masih banyak siswa yang belum paham. Kelima rentang waktu antara siklus I dan Siklus II berselang 2 hari sehingga mempengaruhi retensi pemahaman siswa. Selain kendala tejadi pada saat pembelajaran terdapat pula kelebihan yang didapatkan pada tahap Siklus II. Pertama, pada siklus II banyak siswa yang mempunyai nomor yang sama dengan siswa yang maju dari kelompok lain ketika dalam mempresentasikan hasilnya berusaha menambahkan dan membenarkan karena guru memberikan penghargaan ketika ada siswa yang menambahkan atau bertanya, kedua banyak siswa yang lebih aktif mencatat materi di siklus II di bandingkan dengan siklus I. Dari keseluruhan hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative learning tipe Number Head Together yang telah dilakukan, peneliti dapat menemukan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan model ini antara lain adalah siswa dengan lebih mudah memetakan pembelajaran seperti dari menyebutkan struktur reproduksi, menghubungkan proses-proses yang terjadi dalam sistem reproduksi, dan siswa lebih Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 70-70 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 banyak bekerja karena setiap siswa bertanggung jawab terhadap satu nomor dalam pertanyaan di dalam LKS yang diberikan guru. Peneliti juga menemukan adanya kekurangan dalam penerapan model pembelajaran ini, sehingga menurunkan hasil belajar siswa, diantaranya waktu yang diberikan harus benar benar dimanfaatkan guru dalam menyusun RPP dan menganalisis dalam indikator apa yang akan memakan waktu banyak pada saat siswa mendalami materi, siswa kurang merespon pertanyaan yang diberikan guru dalam hal apakah siswa paham akan materi atau tidak sebelum dilanjutkan ke indikator pembelajaran selanjutnya. SIMPULAN Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Number Head Together NHT pada materi sistem reproduksi pria dan sistem reproduksi wanita menunjukkan adanya sedikit peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya. Ketercapaian hasil belajar siswa pada siklus I sekitar 17 di siklus II sekitar 23 hasil tersebut dapat dikatakan sedikit meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran tipe Number Head Together. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT walaupun meningkat dari siklus I ke siklus II tetapi belum mencapai ketuntasan 80. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang dapat mencapai nilai KKM 70 pada siklus I terdapat 6 siswa dengan persentase 17 kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 8 siswa dengan persentase 22. Berdasarkan analisis data N-Gain mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 0,36 menurun menjadi 0,30 dengan kategori pemahaman sedang. SARAN Berdasarkan kesimpulan di peroleh, maka disarankan: 1. Guru bidang studi hendaknya dapat terus mengembangkan model pembelajaran tipe NHT ini dalam kegiatan pembelajaran, dan tidak menutup kemungkinan untuk melaukan penelitian kembali sampai mencapai siklus III serta dapat pula mengkombninasikan model NHT dengan model pembelajaran lain sehingga hasil belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai. 2. Dalam mata pelajaran biologi kelas XI guru harus benar-benar memperkirakan waktu yang dipakai siswa dalam mempelajari tiap indikator. 3. Guru hendaknya lebih dapat memotivasi siswa agar siswa lebih aktif dalam bertanya ataupun menjawab soal soal. DAFTAR PUSTAKA Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains.Jakarta: UIN. Kusuma, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ptindeks Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 Tahun 2013. Jakarta: Permendikbud, 2013. Rizqiah, 2012. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together NHT Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia. Skripsi FITK UIN Jakarta. Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN Press. Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016 Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING PADA KONSEP SISTEM KOLOID Luki Yunita 1 , Rifa Kusmiati 2 , Nina Afria D. 3 1,3 Program Studi Pendidikan Kimia, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 SMA Negeri 10 Tangerang Selatan Email koresponden: luki.yunitauinjkt.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi koloid. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan pada tanggal 9 Mei 2016 sampai 23 Mei 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan siswa kelas XI IPA 1 dengan jumlah sampel sebanyak 38 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian menerapkan metode penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan kelas Kurt Lewin meliputi empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, kuesioner, soal diskusi kelompok, dan soal akhir siklus. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 60,53 dengan nilai rata-rata 75,47. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,74 dengan nilai rata-rata 83,0. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci : problem based learning; koloid; hasil belajar Abstract This study attempts to improve learning outcomes students through the application of model the problem based learning can improve learning outcomes chemical students on colloidal matter .The research in SMA Negeri 10 south tangerang on the 9 may 2016 until may 23 2016 .Methods used in this research is classroom action research the act of grade to students XI IPA 1 at the sample of the as many as 38 students are taught with learning model the problem based learning. Research applies the methods of research the act of class model kurt lewin.The concept of basic classroom action research kurt lewin covers four components, including planning, acting, observation, and reflection. Research instruments used is sheets of observation , the questionnaire , about group discussions , and will end up cycle.The research obtained that the percentage of completed study results students on cycle I is of 60,53 the average value of 75,47 . While the percentage of student learning results completed on cycle II have elevated into 78.74 with an average score of 83.0. From these results it can be concluded that learning with a model of the Problem Based Learning can improve student learning outcomes. Keywords : problem based learning; colloidal; learning outcomes PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan keharusan bagi bangsa Indonesia agar dapat bersaing di era globalisasi. Bidang pendidikan baik formal maupun nonformal memegang peranan yang sangat penting karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Oleh karena itu, pembangungan pada sektor pendidikan di Indonesia harus menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh pemerintah. Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dari segi kepribadiannya. Melalui pendidikan akan membentuk dan menambah pengetahuan yang dapatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa melalui Problem Based Learning | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 72-80 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 manusia dan dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berguna untuk mengubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, guru selaku pendidik harus berusaha meningkatkan mutu pendidikan beserta pemerintah selaku pemangku kebijakan. Untuk menciptakan mutu pendidikan yang lebih baik, maka haruslah diperhatikan komponen yang terlibat didalamnya, yaitu guru selaku pendidik, siswa selaku peserta didik, serta cara atau metode yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang telah tertuang di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Jika dilihat dari hasil PISA 2014 Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara anggota PISA. Hal ini menunjukan betapa rendahnya mutu pendidikan di negeri ini. Satu hal yang menjadi sorotan dalam hasil PISA adalah rendahnya kemampuan peserta didik di Indonesia dalam memecahkan masalah pada bidang sains dan matematika OECD, 2014. Kimia merupakan mata pelajaran yang tergabung dalam kelompok ilmu pengetahuan alam IPA atau sains. Menurut Subiantoro 2011 melalui penelitiannya menunjukan fakta bahwa pembelajaran kimia di sekolah masih diajarkan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang berpusat pada guru teacher centered learning atau pembelajaran satu arah Subiantoro, 2011. Sehingga tidak mengejutkan bila kemampuan pemecahan masalah kimia siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang masih berada di bawah KKM kriteria ketuntasan minimal. Selain itu, fakta ini pula didukung oleh penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di sekolah. Peneliti menemukan bahwa hasil belajar kimia siswa sangat rendah dibandingkan dengan mata pelajaran sains lainnya, yaitu fisika dan biologi. Salah satu faktor yang melatarbelakangi rendahnya hasil belajar kimia siswa adalah masih diterapkannya metode pembelajaran konvensional seperti ceramah, yang tidak menuntut keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka. Kimia sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak harus diajarkan kepada siswa secara kontekstual atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari Tosun Senocak, 2013. Model pembelajaran yang sangat sesuai dengan kriteria ilmu kimia yang bersifat abstrak adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning PBL. Hallinger dan Bridges 2007 menyebutkan bahwa PBM merupakan strategi pembelajaran instruksional yang memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran tradisional, yaitu: 1 Pembelajaran dimulai dengan masalah yang merupakan stimulus untuk direspon oleh siswa; 2 Masalah yang diberikan adalah masalah yang pernah atau akan dihadapi siswa di masa mendatang; 3 Pembelajaran dilakukan secara aktif dan berkelompok Hallinger Bridges, 2007. Masalah menjadi fokus utama atau stimulan dalam model PBM. Masalah tersebut dapat berupa teori, pragmatis, teknik, atau pengetahuan yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam berbagai ranah dan lingkungan profesional Barge, 2010. Sejalan dengan pendapat tersebut, Poikela Nummenma 2012 menyebutkan bahwa karateristik utama PBM adalah masalah, baik berupa pertanyaan maupun puzzle yang diharapkan dapat dipecahkan oleh siswa. Masalah yang menjadi stimulus dalam proses pembelajaran dapat berbentuk skenario atau wacana, kasus, masalah konstekstual yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran, dan yang paling utama adalah masalah yang digunakan berdasarkan realitas dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dipraktekan secara profesional. Model pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sering ditemui siswa sebagai subjek utama pembelajaran. Sehingga siswa akan merasa tertarik dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan mereka Borrows Tumblyn, 1979. Banyak materi kimia yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh materi kimia yang memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari adalah sistem koloid dengan pokok bahasan efek tyndall. Barell 2007 menyebutkan bahwa, Pembelajaran Berbasis Masalah didefinisikan sebagai suatu proses inkuiri untuk memecahkan pertanyaan, keanehan, keraguan, Luki Y., Rifa K., Nina A. D. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 73-80 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 dan ketidakpastian tentang fenomena yang kompleks dalam hidup. Masalah merupakan suatu keraguan, kesukaran, atau ketidakpastian yang perlu dipecahkan atau diberikan solusi. Sesuai dengan standar kompetensi yaitu menjelaskan sistem dan sifat koloid, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka pokok bahasan inilah yang dipilih untuk diteliti dengan model pembelajaran berbasis masalah karena dapat dikaitkan dengan permasalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini merupakan salah satu konsep kimia yang fenomenanya dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika menonton bioskop debu yang ada pada layar bioskop tidak terlihat karena partikel debu akan menyebar ketika dikenai sinar oleh karena itu partikel debu merupakan sistem koloid. Menurut Poikela Nummenmaa 2006 Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan strategi pembelajaran yang berlandaskan inkuiri dan pemecahan masalah. Lebih jauh, Ia menjelaskan bahwa, PBM merupakan strategi pembelajaran yang berlandaskan asas interaksi sosial dan pembelajaran mandiri. Sehingga PBM fokus terhadap pengetahuan dan pembelajaran siswa bukan guru atau PBM didefinisikan sebagai sebuah pendekatan total yang tidak hanya suatu teknik atau alat pengajaran. Selain itu, masalah nyata atau real-life problem merupakan fokus utama dalam model PBM. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Wasonawati, Redjeki, Ariani 2014 menyebutkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan masalah yang telah diungkapkan dan penelitian terdahulu maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi koloid. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Raya Tegal Rotan, Sawah Baru-Ciputat. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 9 Mei 2016 sampai 23 Mei 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, diakukan pada kondisi yang alamiah, dan menggambarkan masalah sebenarnya yang ada dilapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori menunjang dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan dilapangan Sanjaya, 2013. Penelitian menerapkan metode penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan kelas Kurt Lewin meliputi empat komponen, yaitu perencanaan planning, tindakan acting, pengamatan observing, dan refleksi reflecting. Keempat komponen ini menjadi satu siklus. Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus Kusumah, 2012. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Kota Tangerang Selatan dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa, terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga kehadiran seorang pengamat mutak diperlukan untuk membenatu peneliti. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisa, penafsiran data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian Creswell, 2012. Penelitian ini dilakukan dalam 2 yaitu terdapat dua pertemuan untuk pembelajaran dan satu pertemuan untuk tes evaluasi akhir pada masing- masing siklus. Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa dinyatakan mengalami peningkatan hasil belajar terhadap konsep sistem koloid apabila mencapai ketuntasan belajar sebesar 75 dengan nilai minimal pembelajaran yang diperoleh siswa sebesar 78. Prosedur pemecahan masalah dalam penelitian ini dirangkum dengan menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas yang dicetuskan oleh Kurt Lewin. Prosedur penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 1. Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa melalui Problem Based Learning | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 74-80 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 Gambar 1. Alur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas pada penelitian ini terdiri atas dua siklus. Siklus kegiatan pembelajaran dimulai dari perencanaan, persiapan tindakan, pemantauan atau observasi, dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini meliputi siswa, guru, teman sejawat dan kolaborator. Intrumen yang digunakan soal tes, lembar observasi, keusioner terhadap pembelajaran kimia. Kuesioner diberikan di akhir siklus yaitu untuk mengetahui kendala siswa pada proses pembelajaran kimia menggunkan indikator evaluasi penelitian tindakan kelas PTK. PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari dua pertemuan dan siklus ke-2 terdiri dari 1 pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dengan model Problem Based Learning. Untuk penjabaran hasil penelitian tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Siklus I Siklus I dalam penelitian ini terdiri dari empat jam pelajaran atau duakali pertemuan 4 x 45 menit. Berikut ini tahapan-tahapan dalam siklus I:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh, peneliti melakukan beberapa kegiatan dalam proses perencanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal ini adalah membuat skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua. Pertemuan pertama berlangsung selama 90 menit yang membahas tentang perbedaan koloid, suspensi, dan larutan sejati. Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan kegiatan demonstrasi di dalam kelas. Pertemuan kedua berlangsung selama 90 menit yang membahas tentang pengelompokan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya. Kemudian pada pertemuan selanjutnya, peneliti memberikan tes hasil belajar kepada siswa mengenai materi yang telah dibahas pada pertemuan pertama dan kedua serta mengisi angketkuesioner untuk mengetahui pendapat siswa tentang model Problem Based Learning yang diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan model Problem Based Learning melalui kegiatan demonstrasi. Sebelum pelajaran dimulai, peneliti sekaligus yang berperan sebagai guru kimia telah membentuk eam kelompok kecil yang terdiri dari 6-7 orang setiap kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda dalam hal akademik. Sebelum pelajaran dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan pembelajaran dengan model PBL yang akan diterapkan selama pembelajaran konsep koloid berlangsung. Selanjutnya siswa dipersiapkan untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah dengan metode demonstrasi untuk mengidentifikasi campuran yang bersifat koloid, larutan sejati ataupun suspensi berdasarkan sifat khas dan karakteristik zat tersebut. Selain itu, siswa juga diberikan LKS berbasis PBL sebagai acuan dalam melaksanakan demosntrasi sederhana tersebut. Di sini, guru bertindak sebagai fasilitator saja dan siswa yang aktif sepenuhnya dalam mencari informasi yang dibutuhkan di dalam LKS. Kemudian setiap Luki Y., Rifa K., Nina A. D. |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 75-80 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8 kelompok menyimpulkan hasil praktikumnya di dalam kelas. Pembelajaran dilakukan dengan siswa pada masalah yang akan dicari jawabannya. Untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diajukan guru, siswa dapat mencarinya dengan melakukan kegiatan praktikum bersama teman kelompoknya sesuai acuan yang ada dalam LKS. LKS yang diberikan guru kepada setiap kelompok memiliki topik yang berbeda. Pada pertemuan ini materi yang dipelajari yaitu jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersiya. Sebelum memasuki pembahasan jenis koloid, peneliti memberikan apersepsi terlebih dahulu kepada siswa sesuai dengan konsep yang akan dibahas, yaitu peneliti menggambil “Debu” sebagai pangantar dalam kegiatan pembelajaran. Setelah selesai, siswa bersama kelompoknya memecahkan masalah yang telah disajikan di dalam LKS untuk dicari solusi atau penyelesaiannya.

c. Tahap Observasi

Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I, pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan model PBL. Adapaun lembar pengamatan tersebut berupa lembar observasi yang terdiri dari berbagai tahapanlangkah model PBL yang diturunkan menjadi beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut kemudian menjadi subjek pengamatan observer yang mengobservasi kegiatan belajar mengajar dengan memberikan tanda ceklis pada kolom Ya atau Tidak serta apaila diperlukan suatu komentar dapat ditambahkan pada kolom catatan. Berdasarkan lembar observasi dapat diketahui bahwa tidak semua tahapan model PBL dilakukan oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa indikator seperti pada tahap ke-2, mengorganisasi siswa dalam masalah, indikatornya adalah siswa mulai menuliskan konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi, namun siswa tidak melakukan tahapan ini. Selain itu, terdapat tahapan lainnya yaitu pada tahap terakhir atau ke- 5, melakukan analisis evaluasi hasil kerja kelompoknya dalam pemecahan masalah. Siswa tidak melakukan tahapan tersebut, menurut catatan yang terdapat dalam lembar observasi tersebut menyebutkan bahwa, kegiatan analisis pemecahan masalah tidak dilakukan siswa dengan tidak adanya siswa yang bertanyamenanyakan hal-hal yang telah didiskusikan. Pada siklus I untuk indikator sikap siswa terhadap permasalahan yang disajikan ternyata masih rendah, yaitu 60,53. Sedangkan pada indikator respon siswa terhadap implementasi PBL dalam konsep koloid cukup baik. Hal ini didukung oleh persentase pernyataan siswa yang menjawab ya pada pernyataan tersebut sebesar 75. Hal ini cukup membuktikan bahwa model PBL menarik minat dan antusias siswa dalam memeroleh konsep koloid. Dengan demikian siswa cukup merespon positif model PBL yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil tes yang diberikan pada siklus I, dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa menunjukan nilai sebesar 75,47 dan terdapat 15 dari 38 siswa yang belum mencapai KKM. KKM yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 78 dan indikator keberhasilan penelitian adalah 75. Keberhasilan yang dicapai siswa dalam siklus I ini adalah sebesar 60,53. Angka ini belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang mencapai 75. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian harus berlanjut ke siklus selanjutnya.

d. Tahap Refleksi

Setelah dilakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, maka dilakukan refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal positif dan masalah-masalah yang muncul pada siklus pertama ini dan akan diperbaiki pada siklus kedua dengan memberikan perlakukan-perlakuan treatment tertentu. Berdasarkan data hasil observasi, pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning cukup efektif untuk diterapkan dalam meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran dan pembentukan pengetahuan baru di dalam kelas.

2. Siklus II