Hasil Belajar Mahasiswa Nilai Minat Belajar Peserta Didik
Analisis Implementasi Perkuliahan Vertebrata Berbasis Learning Object
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 40-41
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
ujian tengah semester UTS, dan nilai ujian akhir semester UAS. Penilaian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman konsep mahasiswa terhadap perkuliahan vertebrata
dengan menggunakan learning object.
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 1.1, 96 mahasiswa mendapatkan nilai
hasil belajar diatas 80. Hal ini mengindikasikan, bahwa
perkuliahan dengan
menggunakan learning
object berhasil
meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa terhadap mata
kuliah vertebrata.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulan beberapa hal yaitu:
a. Perkuliahan vertebrata dapat dikemas dan
disajikan menggunakan learning object sehingga proses perkuliahan menjadi lebih
menarik.
b. Penilaian proses pada perkuliahan vertebrata
sudah sangat baik, dengan nilai rata-rata diatas 90.
c. Respon mahasiswa terhadap learning object
menunjukkan bahwa learning object yang digunakan sesudah dan sebelum perkuliahan
sudah baik, baik dari segi kualitas teknis, kesesuaian materi, kejelasan, kemenarikan,
kemudahan, dan keterbaruan learning object.
d. Respon mahasiswa terhadap perkuliahan
masuk dalam kategori baik, termasuk didalamnya
adalah aspek
pendapat mahasiswa terhadap komponen, kebaruan,
kemudahan, dan
kepuasan terhadap
komponen learning object. Selain itu tanggapan
mahasiswa terhadap
cara mengajar dosen juga sudah mneunjukkan
respon yang positif. e.
Hasil belajar siswa mencakup nilai UTS dan UAS
menunjukkan, 96
mahasiswa mendapatkan nilai hasil belajar diatas 80.
Hal ini mengindikasikan, bahwa perkuliahan dengan
menggunakan learning
object berhasil meningkatkan pemahaman konsep
mahasiswa terhadap mata kuliah vertebrata.
SARAN
Penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran tentang sistem perkuliahan lainnya
dengan memanfaatkan E-Learning berbasis learning object. Selain itu, diharapkan pula agar
sistem E-learning digunakan untuk matakuliah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Laporan hasil Evaluasi perkuliahan Zoologi Vertebrata tahun
Ajaran 20142015. Laporan hasil Evaluasi Dosen. Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Borg and Gall 1983, Educational Reseach, An Introduction. New York and London,
Longman Inc. Gay, L.R. 1991. Educational Evaluation and
Measurement: Competencies for Analysis and Application. Second edition. New
York: Macmillan Publishing Compan.
Purbo,W.O. 2002. Teknologi E-Learning. Jakarta: Elex Media Computindo.
Rosita dan Pribadi,T. 2005. Prospek Komputer sebagai Media Pembelajaran Interaktif
dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia. Universitas Terbuka online
tersedia: http:www.teknologipembelajaran.net. 23
September 2011.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
Baiq H. S., Fransisca S., Riandi
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 41-41 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
RD. Cetakan ke 11. Bandung : CV. Alfabeta.
Sukardjo dan Lis Permana Sari. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia.
Yogyakarta: FMIPA UNY. Sukmadinata, N. S, 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Cetakan ke 7. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. Rencana Strategis 2015-
2016 . UIN Jakarta online tersedia httpwww.uinjkt.ac .id 5 Februari 2016.
Wahid, F. 2005. Peran Teknologi Informasi dalam Modernisasi Pendidikan Bangsa.
Disampaikan dalam Simposium Nasional Peduli Pendidikan yang Diselenggarakan
oleh pendidikan yahoogroups.com di UII Yogyakarta.
Widowati, H., dan Dasrieni Pratiwi. 2015. Peninjauan Instrumen Penilaian Otentik
Mahasiswa dalam perkuliahan sebagai Upaya Penyiapan Generasi Unggul yang
Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi tahun 2015.
Program Studi pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadaiyah Malang.
Tidak diterbitkan. Wiley, D.A. 2000. Learning Object Design
and Sequencing Theory. Disertasi. Brigham Young University
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-1-8
[PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT TGT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII-3 SMPN 3 KOTA TANGERANG
SELATAN 20152016 DALAM PELAJARAN IPA Ahmad Soleh
1
, Evi Syarfiarti
2
, Yanti Herlanti
3
Program Studi Pendidikan Biologi, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email koresponden:
1
sirsolehahmadgmail.com,
2
visyarfiarti56gmail.com,
3
yantiherlantiuinjkt.ac.id,
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik kelas VIII- 3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 20152016 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK yang terdiri atas 2 siklus. Pada setiap
siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2016. Hasil penelitian yang diperoleh dari observasi
aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran siklus I menunjukkan sebanyak 59,74 peserta didik termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil observasi aktivitas belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran siklus II menunjukkan sebanyak 80,15 peserta didik termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Terjadi peningkatan jumlah peserta didik yang termotivasi dalam kegiatan
pembelajaran di kelas hal ini disebabkan perbaikan pada tindakan proses pembelajaran yaitu pada penyempurnaan tahap pembelajaran, pengontrolan aktivitas peserta didik dan pengaturan alokasi waktu
serta tempat yang mendukung semua tahapan pembelajaran. Penelitian ini menambah keterampilan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dikelas menjadi lebih baik.
Kata Kunci : Teams Games Tournament TGT; motivasi belajar; ilmu pengetahuan alam
Abstract
The purpose of this study was to determine the increase in the learning motivation of student grade 8
th
SMPN 3 South Tangerang City in the 20152016 school year at the Natural Science lessons after using cooperative learning model Teams Games Tournament TGT type. The
method used was Classroom Action Research, which consists of 2 cycles. At each cycle consists of four stages: planning, implementation, observation, and reflection. This classroom action
research conducted in February-May 2016. The results obtained from the observation of the activities of learners in the learning process cycle I show as much as 59.74 of learners
motivated in participating in learning activities. Results of activity observation of learners in the learning process of the cycle II showed as much as 80.15 of learners motivated in participating
in learning activities. An increased number of learners who are motivated in learning activities in the classroom this is due to improvement in the learning process, that action on improving the
learning stage, controlling the activities of learners and the allocation of time and place that supports all stages of learning. This study adds to the skills of teachers in managing learning
activities in class to get better.
Keywords : Teams Games Tournament TGT; learning motivation; natural science lessons
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar disekolah diharapkan
mampu meningkatkan
prestasi peserta didik di bidang akademik maupun melatih
peserta didik untuk memiliki kecakapan atau keterampilan
hidup. Untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran di kelas, seorang guru
harus mampu merancang model pembelajaran yang relevan dengan topikmateri yang dibahas
Ahmad S., Evi S., Yanti H.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 43-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
dan juga dapat memacu ketertarikan dan semangat peserta didik untuk belajar.
Tujuan belajar dapat diperoleh dari banyak faktor baik faktor internal kecerdasan, motivasi-
minat dan lain-lain juga dipengaruhi oleh faktor eksternal kurikulum, metode mengajar, disiplin
sekolah dan lain-lain sehingga kualitas dan kompetensi guru dalam mendesain proses
pembelajaran sangat penting untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Meskipun demikian,
karena belajar merupakan hasil dari banyak faktor yang terlibat didalamnya mulai dari
kepribadian dan kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan tugas disekolah beberapa faktor
internal yang telah disebutkan, juga memiliki pengaruh
yang sangat
signifikan untuk
mendukung tercapainya
tujuan belajar,
diantaranya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah salahsatu prasyarat
penting dalam belajar. Kata motivasi digunakan untuk
menggambarkan suatu
dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan
sesuatu yang khusus atau umum. Salah satu kegunaan
konsep motivasi
adalah menggambarkan
kecenderungan umum
seseorang dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat
kepribadian seseorang yang relative stabil. Beberapa orang dimotivasi untuk berprestasi
beberapa orang dimotivasi untuk bekerja sama dengan orang lain, dan mereka mengekspresikan
motivasi-motivasi ini dalam banyak cara yang berbeda-beda. Motivasi sebagai suatu sifat yang
stabil yaitu suatu konsep yang berbeda dengan motiivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifiik
atau khusus dalam situasi tertentu. Menurut Usman 2003 minat atau motivasi merupakan
suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya
terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Pentingnya motivasi peserta didik sebagai prasyarat untuk belajar, tentunya perlu mendapat
perhatian serius. Pembelajaran IPA di sekolah yang menuntut peserta didik untuk lebih proaktif
menggali informasi dan mempelajari konsep konsep penting yang menjadi dasar materi
pelajaran IPA ternyata tidak diimbangi dengan motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik.
Selain besarnya jumlah rombongan belajar yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian
ini, Fakta lain terlihat dari gaya belajar peserta didik yang terbilang “asal-asalan”, jarang
membawa buku pelajaran, tidak mengumpulkan tugas, catatan tidak lengkap dan sering sekali
bercanda saat belajar di kelas.
Tabel 1. Tingkat motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPA
Indikator Motivasi Ẍ jumlah reduksi
data per-poin indicator
A. Indikator Perasaan senang 10, 12, 9, 7
36 83,7
B. Indikator Perhatian 11, 13, 8, 5, 4
25,87 60,18
C. Indikator Ketertarikan 14, 15, 6, 3, 2, 1
17,8 41,4
Rata-Rata tingkat motivasi peserta didik
26,6 61,76
Hal ini terlihat dari data hasil observasi aktivitas peserta didik dikelas Tabel. 1 yang
menunjukkan tingkat motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA yang mencakup
beberapa indikator diantaranya adalah sebagai berikut:
1 Indikator perasaan senang dalam mengikuti pelajaran mencakup poin nomor 7, 9,
10 dan 12 data hasil observasi terlampir. Pada point ini rata- tingkat perasaan senang peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas mencapai 83,7 atau sekitar 36 peserta
didik dari total 43 peserta didik yang hadir. Nilai ini merupakan hasil observasi aktivitas peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung meliputi
kegiatan diskusi,
mengikuti
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 44-51
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
pembelajaran dengan semangat, duduk dengan kelompoknya masing-masing dan mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru. Saat peserta didik mengerjakan soal yang diberikan guru poin
nomor 12 secara berkelompok terlihat hanya sekitar 62,8 atau sebanyak 27 orang peserta
didik saja yang terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut sisanya terlihat hanya bermain-
main,
mengobrol dengan
temannya dan
bermalas-malasan. 2 Indikator perhatian selama mengikuti
proses pembelajaran mencakup poin nomor 4,5,8,11 dan 13 data hasil observasi terlampir.
Pada poin ini rata-rata perhatian peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas
mencapai 60,18 atau sekitar 26 orang peserta didik dari total 43 peserta didik yang hadir. Nilai
ini merupakan hasil observasi aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
meliputi: mengamati materi yang disampaikan, memiliki catatan lengkap, sungguh-sungguh
dalam belajar, menyimak pengarahan guru dan focus mengikuti pelajaran. Dari beberapa point
tersebut penulis menggaris bawahi point nomor 4 dan 5 yakni ketika penyampaian materi
berlangsung. Banyaknya peserta didik yang terlihat mengamati penyajian materi didepan
kelas hanya sekitar 65 atau sebanyak 28 orang sementara ketika guru memeriksa buku catatan
peserta didik saat penugasan hanya sekitar 30,2 atau sebanyak 13 orang peserta didik yang
memiliki catatan berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
Sementara 3
Indikator ketertarikan
peserta didik
selama mengikuti
proses pembelajaran yang mencakup poin nomor
1,2,3,6,14 dan 15 data hasil observasi terlampir. Pada poin ini rata-rata ketertarikan peserta didik
dalam
mengikuti kegiatan
belajar hanya
mencapai 41,4 atau hanya sekitar 18 orang peserta didik. Jumlah ini lebih kecil
dibandingkan kedua indikator yang telah dijelaskan sebelumnya. Kemungkinan hal ini
terjadi karena, point-point indikator ketertarikan mencakup kegiatan belajar yang menuntut
partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran meliputi: mengumpulkan tugas,
mengajukan
dan menjawab
pertanyaan, bekerjasama dalam menjawab soal dan ikut
menimpulkan hasil pembelajaran. pada saat peserta didik diminta untuk mengumpulkan tugas
hanya sekitar
72 peserta
didik yang
mengumpulkan tugas yang diminta oleh guru. Angka ini setara dengan 31 orang peserta didik
dari total 43 orang peserta didik yang hadir. Hanya
27 orang
peserta didik
yang mengumpulkan tugas tepat waktu, artinya ada 4
orang peserta
didik yang
terlambat mengumpulkan tugas dari waktu yang telah
ditentukan oleh guru. Sementara ketika peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan dari
guru, hanya 3 orang peserta didik yang terlihat mengacungkan tangan begitupun ketika guru
mempersilahkan peserta didik untuk bertanya, hanya 1 orang peserta didik yang berani bertanya
terkait dengan konsep yang belum ia fahami. Pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru hanya terlihat sekitar 62,8 atau setara dengan 27 orang peserta didik yang terlibat
melakukan kegiatan tersebut hal ini kemungkinan terjadi karena kegiatan tersebut hanya didominasi
oleh peserta didik yang rajin sementara yang lainnya hanya menunggu hasil akhir dari kegiatan
tersebut.
Menurut Acep Yoni, dalam Enita Sugiarti 2013, Kriteria tingkat motivasi belajar peserta
didik ditentukan berdasarkan pedoman skor ideal kriterium untuk seluruh item. Data hasil
observasi ini dianalisis dengan pedoman sebagai berikut
Presentase Kriteria
75 - 100 Sangat Tinggi
50 - 74,99 Tinggi
25 - 49,99 Sedang
0 - 24,99 Rendah
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi terutama perhatian, dan ketertarikan
peserta didik
dalam melakukan
proses pembelajaran IPA dikelas sangat minim kategori
sedang. Hasil rekapitulasi data observasi menunjukkan, dari total 43 orang peserta didik
teridentifikasi hanya 61,76 sekitar 27 orang peserta didik yang termotivasi cukup baik
terhadap proses pembelajaran di kelas. Salah satu yang dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik adalah dengan mendesain kegiatan belajar yang berbeda dan tidak monoton.
Ahmad S., Evi S., Yanti H.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 45-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
Latar belakang peserta didik yang sangat heterogen
dengan minat,
bakat, potensi,
kemampuan, dan keterampilan yang berbeda tentunya memiliki cara belajar yang berbeda
sehingga hal ini perlu di tindak lanjuti dengan mengubah metode belajar yang monoton menjadi
metode
pembelajaran yang
dinamis dan
menyenangkan, sehingga diharapkan dengan desain pembelajaran yang berbeda, minat,
perhatian dan ketertarikan peserta didik dalam belajar dapat meningkat dan meningkatkan
motivasi belajar peserta didik sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan maksimal.
Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan agar peserta
didik lebih tertarik dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran harus
disesuaikan dengan tema dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain itu,
model pembelajaran yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
peserta didik, sumber belajar, serta daya dukung yang dimiliki oleh guru atau sekolah.
Model pembelajaran
Teams Games
Tournament TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang berangggotakan 5 sampai 6 orang peserta
didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi dan peserta didik bekerja dalam
kelompok mereka
masing-masing. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh peserta didik akan diberikan
permaian akademik. Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu
tahap penyajian kelas class presentasion, belajar dalam kelompok teams, permainan
games,
pertandingan tournament,
dan penghargaan team recognition Slavin, 255.
Prinsip pembelajaran kooperatif yang mencakup beberapa aspek yang dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik diantaranya adalah: interaksi simultan, ketergantungan positif dan
pertanggungjawaban individu Zulfiani dkk, 2009, Model pembelajaran ini diharapkan
mampu motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA dapat meningkat
sehingga dapat berpengaruh positif pada hasil belajar peserta didik.
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Abdus salam dkk 2015 yang menggunakan
model pembelajaran tipe TGT pada pembelajaran Matematika
menunjukkan bahwa,
model pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik termasuk perasaan nyaman sense of security, valuesdan perasaan
senang enjoyment. Oleh karena itu,.penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGTTeams
Games Tournament Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik dalam Pelajaran
IPA.
METODE
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas Classroom Action Research. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan siklus yang meliputi
tahap perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan evaluasi. Siklus akan berhenti
apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Penelitian ini didesain menjadi dua siklus,
siklus pertama dilakukan dalam satu pertemuan pada minggu pertama dimulainya penelitian pada
penelitian tindakan I ini peneliti melakukan observasi persentase kemampuan peserta didik
untuk menyerap pembelajaran Struktur Bumi, apabila pada siklus satu masih terdapat beberapa
kekurangan maka akan ditindak lanjuti pada siklus II selang satu minggu berikutnya dengan
metode dan desain pembelajaran yang sama, yang telah disempurnakan.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
tahun ajaran 20152016 pada semester 2 dengan jumlah peserta didik sebanyak 47 orang. Semua
peserta didik dalam kondisi normal dan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda serta rata-
rata berasal dari kalangan ekonomi mengengah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
langsung. Melalui observasi, peneliti belajar
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 46-51
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Teknik ini merupakan cara untuk
mengumpulkan datayang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang
sedang terjadi pada guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Observasi ini dilakukan
peneliti dengan bantuan teman sejawat sehingga saat observasi diharapkan semua data dapat
teridentifikasi. Sugiyono, 2010 .Adapun data yang diamati oleh observer adalah: a
Kemampuan
guru dalam
melaksanakanpembelajaran dengan
model pembelajaran Teams Games Tournament TGT
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam peserta didik kelas VIII-3 SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan, dan b Peningkatan motivasi beelajar
peserta didik
dengan model
pembelajaran Teams Games Tournament TGT dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
Data yang diperoleh kemudian di evaluasi setiap siklus untuk mengetahui perkembangan
hasil belajar peserta didik terutama setelah dilakukan tindakan perbaikan proses belajar
mengajar. Data yang telah dideskripsikan akan direduksi dan disajikan secara sistematis
sehingga dapat ditarik kesimpulan secara kualitatif. Selanjutnya data tentang proses
pembelajaran disajikan secara naratif. Data tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi
yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Informasi yang dimaksud
adalah uraian
proses kegiatan
pembelajaran, kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik pada setiap siklus tindakan serta
hasil yang diperoleh sebagai akibat dari pemberian tindakan. Data yang disajikan dibuat
penafsiran secara kualitatif dan evaluatif untuk dilakukan perencanaan tindakan selanjutnya.
Data yang direduksi akan disajikan dalam bentuk tabel terhadap pelaksanaan pembelajaran
oleh guru dan persentase peningkatan motivasi belajar peserta didik. Untuk menganalisis data
yang telah diperoleh, kemudian dapat di olah dengan menggunakan rumus:
� = ∑ � �� � ��
∑ �� �� �� � �ℎ �� × HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 1.
Hasil belajar siklus I dan II
Hasil observasi siklus I dan siklus II, disajikan data perbandingan dalam bentuk tabel
Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru dengan Model Teams Games Tournament TGT
Pada siklus I dan II Tabel 3 dan tabel Rekapitulasi Hasil Observasi aktivitas belajar peserta didik
dengan Model Teams Games Tournament TGT Pada siklus I dan II Tabel 2.
Rekapitulasi kegiatan guru Tabel 3 yang memuat tentang 15 indikator penilaian terlihat
bahwa, pada siklus 1 ada dua aktivitas pembelajaran yang tidak terlaksana, sedangkan
pada siklus 2 hanya terdapat satu aktivitas pembelajaran yang tidak terlaksana, hal ini
dikarenakan guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran pada tahap pendahuluan. Oleh
karena itu dari data yang disajikan dapat disimpulkan
bahwa terdapat
peningkatan aktivitas kegiatan mengajar yang dilakukan oleh
guru sebagai indikator peningkatan kemampuan mengajar guru.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi Motivasi S
iswa dengan Model Teams Games Tournament TGT Pada siklus I dan II
Indikator Motivasi Ẍ jumlah dan
persentase Siklus 1 Ẍ jumlah dan
persentase Siklus 2
A. Indikator Perasaan senang 10, 12, 13, 9, 7 36,8
83,62 42,8
97,3 B. Indikator Perhatian 11, 14, 8, 5, 4
25,25 57,4
42 95,46
C. Indikator Ketertarikan 15, 16, 6, 3, 2, 1 16,7
38,2 21
47,7
Ahmad S., Evi S., Yanti H.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 47-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
Rata-Rata tingkat motivasi peserta didik 26
59,74 35
80,15
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru dengan Model Teams Games Tournament TGT Pada siklus
I dan II Kegiatan Belajar
Aktivitas yang Diamati Siklus 1
Siklus 2 Pendahuluan
1
Guru Meminta peserta didik berdo’a Religius menurut
agama dan kepercayaan masing-masing sebagai rasa taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2 Guru Memeriksa kehadiran peserta didik
3
Guru Motivasi memberikan peserta didik lain untuk menyampaikan pendapat
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran.yang akan dipelajari
peserta didik V
V V
Tidak V
V V
Tidak
Kegiatan Inti 1
Meminta peserta didik mengamati materi yang dipresentasikan didepan kelas.
2 Guru menjelaskan materi secara keseluruhan dan meminta
peserta didik untuk mencatat 3
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
4 Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk
berdiskusi V
V V
V V
V V
V
Permainan Teams Games Tournament
1 Guru meminta Peserta didik duduk sesuai kelompoknya
masing masing 2
Guru menyampaikan pengarahan permainan yang akan dilakukan.
3 Guru mempersilahkan peserta didik untuk memulai
permainan guru melakukan monitoring dan penilaian 4
Permainan selesai, guru meminta peserta didik kembali ke kelas untuk evaluasi dan penilaian.
V V
V V
V V
V V
Penutup 1
Bersama peserta didik, guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
2 Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki
kinerja paling baik. 3
Penugasan untuk membuat rangkuman materi. Tidak
V V
V V
-
Rekapitulasi hasil penelitian ini terlihat bahwa adanya peningkatan motivasi belajar
peserta didik kelas VIII-3 pada mata pelajaran IPA dengan model pembelajaran TGT. Demikian
juga terdapat peningkatan kemampuan guru untuk mendesain kegiatan belajar mengajar
dikelas sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Peningkatan motivasi belajar peserta didik ini Tabel 2, pada siklus 1, rata-rata banyaknya
peserta didik yang memiliki perasaan senang dalam
belajar adalah
sebanyak 83,62,
kemudian pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 13,68 menjadi 97,3. Rata-rata
banyaknya peserta didik yang menaruh perhatian pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 sebesar
57,4 kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 95,46 perbedaan cukup jauh ini
pertambahan hingga 38,06 terjadi karena pada siklus satu ada beberapa langkah
pembelajaran yang belum tercapai ketika guru mengajar dikelas, sehingga perbaikan dilakukan
pada siklus 2. Sementara data hasil observasi yang diperoleh rata-rata peserta didik yang
merasa tertarik pada pembelajaran di kelas hanya sebesar 38,2 dan sedikit meningkat pada siklus
2 menjadi 47,7.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 48-51
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Poin indikator peserta didik mengerjakan dan mengumpulkan tugas indikator 1 dan 2,
pada kegiatan ini guru sudah memberikan penugasan kepada peserta didik di pertemuan
sebelumnya, sehingga ketercapaian kedua poin indikator ini meningkat hingga 84,1 untuk poin
1 dan 79,5 untuk poin 2. Indikator peserta didik
Tabel 4. Hasil Evaluasi pada Siklus I dan Tindakan Perbaikan pada Siklus II
No Aspek
Hasil Pengamatan Perbaikan Tindakan
1. Aktivitas
peserta didik
Hanya sedikit peserta didik yang memiliki catatan lengkap saat
diperiksa pada
akhir kegiatan
pembelajaran. Peserta didik kurang tertib dalam
melakukan kegiatan pembelajaran terutama saat penerapan games
berlangsung. Guru menugaskan pada peserta
didik untuk
mencatat dan
mengumpulkan buku
catatan peserta
didik diakhir
pembelajaran Guru memberikan instruksi
kepada peserta didik untuk maju secara bergantian dalam mengisi
soal yang disajikan. 2.
Penerapan model
pembelajaran TGT Kondisi cuaca yang kurang
mendukung sehingga pada saat permainan
berlangsung diluar
kelashujan turun akhirnya kegiatan belajar menjadi kurang kondusif.
Aktivitas belajar peserta didik kurang serius, karena pada saat
permainan berlangsung
peserta didik masih diperbolehkan melihat
buku pelajaran. Kegiatan pembelajaran TGT
dilakukan didalam
ruangantepatnya didalam aula Pada saat permainan TGT peserta
didik tidak diperkenankan untuk membawa buku sumber bacaan.
Diberikan batasan
waktu sehingga kegiatan belajar menjadi
lebih efektif. 3.
Aktivitas guru Tidak ada tugas yang dikerjakan
oleh peserta didik, karena guru tidak memberikan
penugasan pada
pertemuan sebelumnya. Guru masih belum terbiasa dengan
desain kegiatan
pembelajaran, terutama pembagian waktu belajar
didalam dan diluar kelas, sehingga beberapa langkah kegiatan belajar
belum dilakukan
seperti penyampaian tujuan pembelajaran
dan penyampaian kesimpulan. Guru memberikan tugas pada
pertemuan sebelumnya Bersama dengan peserta didik
guru menutup
pembelajaran dengan penyampaian kesimpulan
sehingga guru dapat mengukur pemahaman
peserta didik
terhadap pelajaran yang telah diberikan.
memiliki catatan lengkap tentang konsep-konsep penting meningkat hingga 84,1 dikarenakan
pada saat pembelajaran guru guru menugaskan pada peserta didik untuk mencatat dan
mengumpulkan buku catatan peserta didik diakhir pembelajaran. Kemudian pada poin
peserta didik mengajukan pertanyaan poin nomor 3 terlihat ketertarikan peserta didik untuk
bertanya masih sangat rendah atau bisa dikatakan malah menurun sehingga ketercapaian kegiatan
belajar peserta didik pada sesi mengajukan pertanyaan pada siklus dua hanya mencapai
2,3. Hal ini tentunya menjadi satu hal yang perlu dievaluasi untuk melihat kemungkinan
yang terjadi
sehingga terjadi
penurunan ketertarikan peserta didik untuk bertanya.
Pada siklus 2 juga terlihat bahwa kesadaran peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran
dengan tertib poin nomor 12 dan 14 meningkat setelah
dilakukan perbaikan
kegiatan pembelajaran.
Guru memberikan
instruksi kepada peserta didik untuk maju secara
bergantian dalam mengisi soal yang disajikan. Saat itu kondisi cuaca masih kurang bersahabat
sehingga kegiatan pembelajaran gamesTGT dilakukan didalam ruanganAula. Kegiatan
Ahmad S., Evi S., Yanti H.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 49-51 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
pembelajaran berlangsung cukup efektif. Setiap kelompok berlomba, bekerjasama dan saling
mendukung satu
sama untuk
menjawab pertanyaan yang disediakan bersama-sama.
Setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan. Hal ini terlihat
dari peningkatan kesertaan peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik
mencapai 100. Hasil belajar setiap kelompok juga semakin kompetitif, buktinya adalah dari 5
kelompok terdapat 3 kelompok dengan perolehan skor tertinggi, sedangkan pada pertemuan
sebelumnya siklus 1 hanya terdapat 1 saja kelompok dengan perolehan skor tertinggi.
Berdasarkan hasil
penelitian yang
dilakukan, indikator ketertarikan peserta didik sangat kecil sekali, hal ini dikarenakan indikator
ketertarikan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar menuntut peserta didik untuk
secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, namun dari kedua siklus yang
dilakukan peserta didik yang terlihat aktif hanya didominasi oleh peserta didik tertentu saja.
Peningkatan motivasi belajar peserta didik dapat dilihat secara keseluruhan, dengan
mengakumulasi point-point motivasi tersebut dan dihitung rata-ratanya, sehingga diperoleh pada
siklus 1 banyaknya peserta didik yang termotivasi pada pembelajaran sebesar 59,74. Kemudian
pada siklus 2 rata-rata banyaknya peserta didik yang termotivasi pada kegiatan pembelajaran
sebesar 80,15. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi peserta didik meningkat setelah
dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus 2 sebesar 20,41 .