Eny R., Sukarlin, Annisaa M. K. P
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 25-27 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
Berdasarkan refleksi diketahui bahwa pembelajaran
pada siklus
II mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dan drastis. Pelaksanaan tindakan kelas berjalan secara lebih
baik dan lebih kondusif. Kecanggungan dan kebingungan seperti yang terlihat pada siklus I
sudah tidak nampak lagi. Efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran tampak sangat
kentara. Para peserta didik pun lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Peningkatan tersebut tidak terlepas dari upaya perbaikan atas hasil refleksi yang telah
dilakukan. Pada tataran proses pembelajaran, keberanian
bertanya, menjawab,
dan mengemukakan pendapat sudah tampak terlihat
jelas pada sebagian besar peserta didik. Para peserta didik semakin berani mengemukakan
gagasan dan pendapatnya sehingga terjadi interaksi belajar yang dinamis antara mereka. Hal
ini berimplikasi pada semakin meningkatnya aktivitas, minat dan hasil belajar peserta didik.
Peningkatan pemahaman guru pamong dalam mengimplementasikan model pembelajaran make
a match memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimalisasi pelaksanaan tindakan pada
siklus II ini. Dengan pemahaman yang lebih baik, maka guru pamong mampu memberikan
penjelasan yang lebih sistematis, rinci dan detil kepada peserta didik sehingga pemahaman
mereka juga semakin meningkat. Oleh karena itu, para peserta didik tidak mengalami kesulitan dan
kebingungan lagi dalam mengimplementasikan tahapan demi tahapan dalam pembelajaran make
a match.
Semakin membaiknya proses pembelajaran ini, akan berpengaruh terhadap minat dan hasil
belajar peserta didik. Hal ini tampak pada aspek- aspek yang menjadi pusat perhatian dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Nilai Hasil Belajar Peserta Didik
Pada siklus II ini jumlah peserta didik yang tuntas karena memperoleh nilai yang memenuhi
KKM, adalah
sebesar 90
ini berarti
menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 35 dibandingkan dengan siklus I yang hanya
mencapai 55
berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan pada bab 3, persentase sebesar 90 tersebut dapat dikatakan
memenuhi target karena sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu, apabila tingkat ketercapaian
85 lebih besar dari 85 maka penerapan model pembelajaran make a match materi sistem
hormon pada manusia bisa dikatakan berhasil
b. Nilai Aktivitas Belajar Peserta Didik
Pada siklus II ini jumlah peserta didik yang dapat dikategorikan ke dalam 5 lima aspek
pengamatan yang
meliputi: gairahkemauanantusias, perasaan suka peserta
didik terhadap proses pembelajaran, keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran,
perhatian peserta didik, serta partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran, meningkat
menjadi sebesar 96,6. Peningkatan ini dapat dikatakan cukup signifikan, mengingat pada
siklus I peserta didik yang dapat dikategorikan ke dalam 5 lima aspek tersebut hanya mencapai
80-86,6. Persentase sebesar 96,6 mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan pada bab 3
bahwa persentase sebesar 96,6 ini termasuk ke dalam kategori “Sangat Baik”.
c. Nilai Minat Belajar Peserta Didik
Berdasarkan data menurut rekapitulasi nilai angket, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
pada siklus II berhasil memenuhi target karena sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan. Perlu diketahui bahwa target yang telah ditetapkan dalam penelitian ini adalah
sebesar 90 untuk masing-masing aspek yang diteliti, yaitu nilai hasil belajar peserta didik, nilai
aktivitas belajar peserta didik, dan nilai minat belajar peserta didik. Peningkatan hasil belajar
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam Meningkatkan Minat Belajar
| The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 26-27
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8
pada siklus II ini pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam hal ini, faktor guru
memegang peranan yang sangat penting. Guru dapat memberikan penjelasan yang memadai
tentang
model pembelajaran
yang akan
dilaksanakan bersama peserta didik. Sebagai fasilitator, guru mampu memposisikan peserta
didik sebagai subyek pembelajaran yang aktif.
Di sisi lain, meningkatnya antusias, keaktifan,
perasaan suka,
perhatian dan
partisipasi peserta didik berpengaruh positif terhadap dinamika proses pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan teori minat belajar yang dikemukakan oleh Alisuf Sabri, mengatakan
bahwa:
Minat interest adalah “kecenderungan
untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat
kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat terjadi
karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang minat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang
kepada sesuatu itu” Sabri, 2007.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas classroom based action research, dapat
disimpulkan bahwa:
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan minat
belajar peserta didik pada materi sistem hormon di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 11 Tangerang
Selatan, hal ini terlihat dari keseluruhan nilai angket minat belajar peserta didik, yang apabila
dirata-ratakan mempunyai skor 83,3 skor tersebut termasuk ke dalam kategori “tinggi”. Selain itu,
penerapan model pembelajaran make a match juga dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persentase nilai aktivitas
belajar peserta didik pada setiap siklusnya, yaitu siklus I 80-86,6 dan siklus II 96,6.
Terakhir penerapan model pembelajaran make a match juga dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik hal ini dapat dilihat dari persentase jumlah peserta didik yang dapat dikategorikan
tuntas karena memenuhi KKM pada setiap siklusnya, yaitu siklus I 55 dan siklus II
90, dan rata-rata hasil belajar peserta didik setiap siklusnya juga mengalami peningkatan
secara signifikan yaitu siklus I 72,8 dan siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat
menjadi 84,1.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, agar pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih efektif, efisien dan memberikan hasil
yang lebih optimal, dan maksimal maka disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru harus mempersiapkan secara matang,
baik dalam pemahamannya kemampuan maupun
peralatannya, sehingga
modelpembelajaran kooperatif tipe make a match benar-benar dapat diimplementasikan
secara efektif dan efisien.
2. Guru harus selektif dalam memilih pokok
bahasan yang akan diajarkan kepada peserta didik
dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match
sehingga pembelajaran berlangsung secara optimal dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Usman dan S. Juhaya. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Elinady Dzar Al-Ghifari. 2013. Keterampilan Mengelola
Kelas. Diakses
dari http:elinady.belajar.com201307Ketera
mpilan-Mengelola-Kelas.html 30 April 2016.
Lorna, Curran. 1994. Metode Pembelajaran Make a match. Jakarta: Pustaka Belajar