Nilai Hasil Belajar Peserta Didik

Eny R., Sukarlin, Annisaa M. K. P |The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 23-27 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8

b. Nilai Aktivitas Belajar Peserta Didik

Pada siklus I ini, jumlah peserta didik yang dapat dikategorikan ke dalam 5 lima aspek pengamatan yang meliputi: gairahkemauanantusias, perasaan suka peserta didik terhadap proses pembelajaran, keaktifan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, perhatian peserta didik, serta partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran, sebesar 80-86,6 dengan demikian mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada bab 3 bahwa persentase sebesar 80-86,6 ini termasuk ke dalam kategori “Sangat Baik”. Secara keseluruhan, perolehan tersebut belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Perlu diketahui bahwa target setiap aspek yang diteliti, yaitu nilai hasil belajar peserta didik, nilai aktivitas belajar peserta didik, dan nilai angket minat belajar peserta didik adalah persenan total keseluruhan aspek. Kurang berhasilnya pelaksanaan tindakan pada siklus I tersebut tidak terlepas dari kendala dan kelemahan baik yang berasal dari guru pamong, peneliti maupun peserta didik. Oleh karena itu, peneliti dan guru pamong berusaha melakukan langkah-langkah perbaikan untuk diimplementasikan pada siklus II. Langkah-langkah perbaikan tersebut terutama didasarkan atas teori pengelolaan kelas classroom management. Max Weber sebagaimana dikutip oleh Elinady Dzar Al- Ghifari Dzar, 2013. Menurut teori ini, pengelolaan kelas bertujuan agar setiap anak dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan sebagai berikut: 1 Menunjukkan Sikap Tanggap Keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru yang memperhatikan peserta didiknya sehingga peserta didik merasa bahwa guru hadir bersama mereka. 2 Membagi Perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. 3 Memusatkan Perhatian Kelompok Seorang guru harus mampu memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang diberikan sehingga peserta didik tetap terlibat dalam kegiatan belajar. 4 Memberikan Petunjuk yang Jelas Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah dari guru. 5 Menegur Peserta didik yang telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran. Teguran harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau menghina. Teguran ini dapat disepakati bentuknya ketika membuat aturan-aturan tertentu antara peserta didik dan guru yang biasanya dilakukan pada awal pembelajaran. 6 Memberikan Penguatan Segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan positif maupun negatif dan teguran pada perilaku peserta didik yang telah menyimpang. Berdasarkan teori tersebut, maka langkah- langkah perbaikan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1 Mendorong kemandirian, inisiatif, dan interaksi peserta didik dalam belajar Kemandirian, inisiatif, dan interaksi peserta didik baik dengan guru maupun antar sesama Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam Meningkatkan Minat Belajar | The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran, 24-27 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-1-8 teman sejawat, ini merupakan hal penting dalam melaksanakan proses pembelajaran yang menerapkan model make a match. Hal ini dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru pamong saling memberikan pengarahan, motivasi dan wawasan tambahan mengenai cara-cara untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, efektif dan menyenangkan. Guru di dalam kelas harus bisa memancing peserta didik untuk berani bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa malu dan takut salah. Selain itu, guru di dalam kelas juga harus bisa menghargai setiap gagasan atau pemikiran peserta didik. Dengan begitu guru dapat mendorong untuk berpikir mandiri dan membantu menemukan identitas intelektual mereka. Cara lain yang dilakukan adalah guru harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk memancing mereka berpikir dan berdiskusi terutama diantara para peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran berlangsung secara aktif, dinamis, kreatif, dan menyenangkan. 2 Meningkatkan pemahaman guru pamong dalam menerapkan model pembelajaran make a match Pemahaman guru pamong tentang implementasi model pembelajaran make a match terlihat masih kurang maksimal, maka dari itu peneliti sebagai observer harus bisa memberikan penjelasan yang utuh, detil, dan mudah dipahami oleh guru pamong itu sendiri maupun peserta didik atas tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam melaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Cara yang dilakukan antara lain mendalami berbagai buku-buku referensi tentang model pembelajaran make a match dan melakukan diskusi dengan guru pamong. 3 Berdiskusi bersama dengan guru pamong Peneliti dalam penelitian ini juga berperan sebagai observer, observer adalah rekan peneliti yang hadir dan membantu pengamatan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, observer secara obyektif dapat menilai berbagai kekurangan dan kelemahan berkenaan dengan implementasi langkah-langkah model pembelajaran make a match. Melalui diskusi dengan guru pamong diharapkan dapat memberikan saran, masukan wawasan tambahan dan kritik untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. 4 Memberikan penjelasan lebih detil tentang model pembelajaran make a match kepada peserta didik Penjelasan yang utuh, rinci dan detil tentang model pembelajaran make a match kepada peserta didik sangat penting agar mereka tidak mengalami kebingungan dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Selain itu, peneliti memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk bertanya tentang tahapan- tahapan model pembelajaran make a match sehingga mereka benar-benar memahaminya. 5 Meningkatkan aktivitas peserta didik Model pembelajaran make a match pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang dikemas dalam bentuk model pembelajaran yang menyenangkan. Penerapan model pembelajaran make a match di kelas dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton, membuat peserta didik berperan lebih aktif dalam pembelajaran karena pada model pembelajaran ini peserta didik diberikan kesempatan yang luas untuk melakukan tanya- jawab dan berdiskusi bersama teman sejawatnya. Dengan demikian diharapkan akan terjadi pertukaran gagasan, penambahan wawasan, dan pertukaran pendapat yang berujung pada lahirnya kemampuan untuk membangun pengetahuan yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri.

2. Siklus II