Konsonan Tunggal Vokal Tunggal

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Muhaimin, “Pendidikan merupakan suatu kunci kemajuan, bahwa semakin baik kualitas yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat bangsa, semakin baik pula kualitas masyarakat bangsa tersebut, bahkan kita sering mendengar rumus sosial bahwa kalau kita ingin memajukan sebuah bangsa yakni mengutamakan pendidikan, menghargai dan memuliakan guru ”. 1 Akan tetapi, melihat realita yang ada bahwa seorang anak didik pada zaman sekarang ini terlihat kurangnya dalam mengutamakan pendidikan, menghargai, dan memuliakan gurunya. Seperti tidak mengerjakan pekerjaaan rumah PR, terlambat datang ke sekolah, mencontek dan lain sebagainya. Menurut Abudin Nata , “Pendidikan adalah sebuah proses mengubah tingkah laku individu. Pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat ”. 2 Lebih luas lagi menurut Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A, Salam, “Melalui pendidikan ini dapat mendidik manusia yang humanis dengan pengembangan potensi dasar manusia. Potensi dasar tersebut tercermin pada perbuatan dan perkataan seseorang melalui pergaulannya dalam masyarakat ”. 3 Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Menurut Akhmad Muhaimin “Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia 1 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. I, h. 37 2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. I, h. 28 3 Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A, Salam, Membumikan Pendidikan Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, Jakarta: CV, Suri Tatu’uw, 2015, Cet. I, h. 46 pendidikan di Indonesia”. 4 Dalam mencapai gagasan tersebut dunia pendidikan Indonesia berusaha untuk meraih tujuan pendidikan dengan berbagai cara, diantaranya membenahi kurikulum yang ada, komponen- komponennya, peningkatan kualitas pendidik, sarana dan prasarananya pendidikan serta yang lainnya. Salah satu dari objek pembenahannya ialah penerapan pendidikan karakter. Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebenarnya pendidikan karakter menempati posisi yang penting, hal ini dapat kita lihat dari tujuan pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi manusia untuk berkembangnya potensi dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Menurut Dharma Kesuma, “Dengan mengamati kondisi yang terjadi saat ini, di mana penghayatan dan pengalaman nilai-nilai agama, etika dan moral yang cenderung merosot sehingga muncul perilaku menyimpang seperti konflik agama dan sosial, perkelahian antar pelajar, antar desa dan antar mahasiswa, perusakan lingkungan, penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan penyimpangan seksual serta sebagai kejahatan lainnya ”. 6 Hal ini mengindikasikan kurangnya kesadaran terhadap campur tangan Allah SWT dalam kehidupan skala yang lebih besar misalnya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat Negara, juga menjadi tanda bahwa selama ini pendidikan kita kurang dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang di ajarkan di sekolah, sehingga bahkan orang terpelajar pun melakukan perbuatan yang keji. Dengan situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang memperhatinkan. Hal ini telah mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk 4 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 9 5 Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h. 6 6 Ibid, h. 15