dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan
sebagainya ”.
7
Ramli menjelaskan bahwa “pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan warga Negara yang baik ”.
8
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata karma, budaya dan adat istiadat.
2. Tujuan Metode Pendidikan Karakter
Metode memiliki tujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik
dan semudah mungkin. Dengan begitu, metode akan mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai
yang diinginkan. Karenanya terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan
metode, yakni Abuddin Nata menjelaskan bahwa fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin
bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pengetahuan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang dipelikan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya
7
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 23
8
Ibid, h. 24
metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tertentu.
9
Selain itu, prinsip yang menjadi memfungsikan metode adalah prinsip pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan,
mengembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima oleh peserta didik.
Selanjutnya beralih ke tujuan pendidikan. Socrates berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dalam pendidikan adalah untuk membuat seseorang
menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad SAW, Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi
utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik good charcter. Berikutnya, ribuan tahun
setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah yang serupa, yakni pembentukan kepribadian manusia yang baik. Tokoh pendidikan Barat
yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan Socrates dan Muhammad
SAW. bahwa moral, akhlak atau karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui
pemikiran tersebut dengan mengatakan, “intelligence plus character, that is
the true aim of education ”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar
dari pendidikan.
10
Kemudian dibahas lebih lanjut oleh Heri Gunawan bahwa “tujuan pendidikan karakter pada intinya untuk membentuk bangsa yang tangguhm
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila”.
11
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, Cet. I, h. 145
10
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet I, h. 30
11
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 30