disebutkan terakhir ini kurang popular, sedangkan yang popular adalah metode-metode yang disebutkan terdahulu.
24
4. Pondasi Pendidikan Karakter
Ada enam pondasi karakter pada diri manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai watak dan perilakunya dalam hal-hal khusus.
Keenam karakter ini dapat dikatakan sebagai pondasi karakter manusia, di antaranya: Respect penghormatan, Responsibility tanggung jawab,
Citizenship-Civic Duty kesadaran berwarga-negara, Fairness keadilan dan kejujuran, Caring kepedulian dan kemauan berbagi, Trustworthiness
kepercayaan.
25
a. Respect Penghormatan
Esensi penghormatan adalah untuk menunjukkan bagaimana sikat kita secara serius dan khidmat pada orang lain dan diri sendiri. Ada unsur
kagum dan bangga di sini. Dengan memperlakukan orang lain secara hormat, berarti membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka aman,
bahagia, dan mereka penting karena posisi dan perannya sebagai manusia di hadapan kita. Sebab, biasanya kita tak hormat pada orang yang tidak
berbuat baik.
Rasa hormat biasanya ditunjukkan dengan sikap sopan dan juga membalas dengan kebaktian, baik berupa sikap maupun pemberian.
Sedangkan, rasa hormat juga bisa berarti bersikap toleran, terbuka, dan
menerima perbedaan sekaligus menghormati otonomi orang lain.
Respect atau penghoramatan bukanlah sesuatu hal yang diminta, melainkan diberikan. Jadi, jangan pernah mengharap rasa hormat dengan
penuh rekayasa atau memaksa, tetapi harus kita mulai untuk menata sikap dan posisi serta pesan diri kita agar orang lain memaksa kita. Jangan
pernah bertanya, “Kenapa mereka tak menghormati saya?”, tetapi mulailah
24
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, cet. I, h. 160
25
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik Praktik, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, cet. I, h. 211-247
dari perubahan sikap yang membuat kita dihargai dan dihormati. Jika kita tak dihormati orang lain, berarti ada yang salah dengan diri kita, atau ada
kesalahan, tetapi tetaplah bukanlah kesalahan orang lain itu.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan rasa hormat respect
sebagai berikut:
1 Tolerance toleransi: sikap menghormati orang lain yag berbeda dengan kita atau yang kadang seakan menentang kita dan memusuhi
kita. 2 Acceptance penerimaan: menerima orang lain yang datang pada
kita, mungkin dengan tujuan tertentu. Kita beri kesempatan ia untuk hadir di depan kita untuk menyuarakan kepentingan dan tujuannya,
baru kita bisa mengambil sikap terhadap tujuannya.
3 Outonomy otonomi, kemandirian ketidaktergantungan: kita masih punya sikap dan prinsip kita sendiri, orang lain pun juga demikian.
Otonomi adalah hasil pilihan dan pasti punya alasan, kita tak bisa membuat orang lain tergantung pada kita dan memaksa orang lain
seperti kita dalam hal tertentu.
4 Privacy privasi, urusan pribadi: menghormati orang lain berarti memberi mereka kesempatan untuk melakukan kesibukan dalam
kaitannya dengan urusan mereka sendiri. 5 Nonviolance non-kekerasan: prinsip non-kekerasan ini sangat
penting bagi karakter kita untuk menunjukkan rasa hormat pada orang lain.
6 Courteous ini adalah sejenis rasa hormat aktif yang dilakukan dengan melakukan sesuatu, atau rasa hormat yang ditunjukkan
dengan sikap yang sengaja. 7 Polite: sikap sopan yang ditunjukkan untuk memberikan rasa hormat.
Sopan harus dibedakan dengan takut dan sungkan. 8 Concerned: sikap perhatian atas memberikan perhatian pada hal atau
orang yang dihormati.
26
b. Responsibility Tanggung Jawab
Setiap tanggung jawab menunjukkan apakah orang itu punya karakter yang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggung jawab sering tidak
disukai dalam artian bahwa karaker orang tersebut buruk.
Bertanggung jawab pada sesuatu benda, baik mati atau benda hidup berarti melahirkan sikap dan tindakan atas benda itu, nasib dan arah dari
benda itu, tidak membiarkannya. Ketika telah memilih seseorang untuk kita ajak berpasangan, tanggung jawab kita adalah menjaga hubungan
26
Ibid, h. 213
dengannya dan tidak mempermainkannya. Istilah ora ng yang “suka main-
main” identik dengan orang “yang tidak bertanggung jawab,” Berarti di
sini unsur tanggung jawab itu adalah keseriusan.
Dalam contoh lain seperti anak mulai dididik untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban dirinya sendiri. Misalnya mendidik shalat juga
berarti membina masa depannya sendiri. Sebagai konsekuensinya berarti anak dididik untuk menentukan pilihan masa depan, menentukan cita-cita
dan sekaligus ditanamkan sistem keyakinan.
27
c. Civic Duty-Citizenship Kesadaran dan Sikap Berwarga Negara
Nilai-nilai sipil citiv virtues merupakan nilai-nilai yang harus diajarkan pada individu-individu sebagai warga negara yang memiliki hak
sama dengan warga negara lainnya. Nilai-nilai itu harus dijaga agar suatu masyarakat dalam sebuah negara tidak terjadi tindakan yang melanggar
hak-hak terutama hak asasi warga negara lainnya. Nilai-nilai sipil ini adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh warga negara
dalam sebuah negara modern yang diatur oleh kesepakatan konstitusi dan tidak didasarkan pada kehendak segelintir orang.
Singkatnya, karakter yang diperlukan untuk membangun kesadaran berwarga Negara ini meliputi berbagai tindakan untuk mewujudkan
terciptanya masyarakat sipil yang menghormati hak-hak individu. Hak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan mendasarnya makanan,
perumahan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain; hak untuk memeluk agama dan keyakinan masing-masing tanpa paksaan; hak untuk
mendapatkan informasi dan mengeluarkan informasi atau menyatakan pendapat dan pikiran; dan hak politik termasuk memilih partai politik,
mendirikan organisasi sosial politik tanpa diskriminasi ideologi politik. Selain menjamin adanya hak, kita juga berkewajiban, misalnya
menghormati orang lain yang secara suku dan agama dan ideologi berbeda; kewajiban ikut mempertahankan Negara dari seragam musuh;
27
Abdul Majid dan Diah Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, cet. I, h. 25
dan lain-lain; Maka, karakter yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya itu semua antara lain adalah karakter yang menghasilkan
tindakan toleransi dan saling menghormati antar umat beragama; kewajiban untuk menciptakan ketertiban bersama, menjamin tiap-tiap
orang bebas untuk berpendapat dan memeluk keyakinan selama ekspresinya tidak melahirkan kekerasan. Nilai-nilai sipil akan berjalan jika
tiap warga negara sadar akan hak dan kewajibannya.
d. Fairness Keadilan
Sikap adil
merupakan kewajiban
moral. Kita
diharapkan memperlakukan semua orang secara adil. Kita harus mendengerkan orang
lain dan memahami apa yang mereka rasakan dan pikirkan atau setidaknya yang mereka katakan. Penilaian atau anggapan yang terburu-buru
merupakan suatu yang tidak adil. Adil harus dilakukan baik dalam pikiran dan perbuatan. Kata Jean Marais dalam novel Bumi Manusia karya
Pramoedya Ananta Toer, “Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku
adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.
Dalam membuat kebijakan dan keputusan, yang dikatakan adil adalah jika ia didasarkan atau mempertimbangkan semua fakta, termasuk
pandangan yang menentangnya, yang harus dipertimbangkan sebelum keputusan dibuat. keputusan harus didasarkan pada sesuatu pertimbangan
yang tak boleh setengah-setengah impartial decisions, harus menggunakan beberapa kriteria, aturan, dan memenuhi standar bagi semua
orang. Anggapan-anggapan yang salah dan terburu-buru harus segera
dibenarkan atau dikoreksi. e.
Caring Peduli
Setelah anak dididik tentang tanggung jawab diri, maka selanjutnya anak dididik untuk mulaipeduli pada orang lain. Terutama teman-teman
sebaya yang setiap hari ia bergaul. Menghargai orang lain hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada orang yang lebih, menghormati
hak-hak orang lain, bekerja sama di antara teman-temannya membantu dan
menolong orang lain, dan lain-lain merupakan aktivitas yang sangat pendting pada masa ini.
28
Istilah lain dengan sifat peduli adalah rasa solidaritas. Ia merupakan integrasi atau tingkat integrasi, yang ditunjukkan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan orang lain. Ia mengacu pada ikatan sosial. Dari mana rasa solidaritas itu muncul? Tentu saja dari perasaan bahwa orang
lain atau kelompok lain adalah bagian dari kita dan ketika mereka merasa susah kita merasa harus berbagi dengan mereka.
f. Trustworthiness Kepercayaan
Kepercayaan menyangkut beberapa elemen karakter, antara lain
sebagai berikut:
1 Integrasi, integrasi merupakan kepribadian dan sifat yang menyatukan antara apa yang diucapkan dan dilakukan. Integrasi
berarti keseluruhan wholeness, bisa diprediksi, konsisten daam pikiran, kata-
kata, dan perbuatan, tidak “berwajah ganda”. 2 Kejujuran: apa yang dikatakan adalah benar sesuai kenyataannya.
Orang yang jujur adalah orang yang bisa dipercaya, tidak bohong, dan tidak munafik.
3 Menepati janji: apa yang pernah dikatakan untuk dilakukan, makan akan benar-benar dilakukan.
4 Kesetiaan: sikap yang menjaga hubungan dengan tindakan- tindakan untuk menunjukkan baiknya hubungan, bukan hanya
memberi, melainkan juga menerima hal-hal positif untuk terjalinnya hubungan.
29
5. Proses Pembentukan Karakter
Proses pembentukan karakter anak merupakan sebuah eksplorasi terhadap nilai-nilai universal yang berlaku di mana, kapan, oeh siapa, warna
kulit, paham politik dan agama ynag mengacu kepada tujuan dasar kehidupan. Bahwa nak pada prinsipnya mempunyai hasrat untuk mencapai
kedewasaan, menjalin cinta kasih dan memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat secara lebih luas. Pemenuhan ketiga hasrat tersebut
28
Ibid, h. 27
29
Ibid, h. 28
merupakan kepuasaan hidup dan sangat tergantung pada kehidupan yang mengacu pada nilai-nilai tertentu sebagai cerminan karakter yang baik.
30
Oleh karena itu, karakter yang baik adalah karakter yang berdasarkan nilai-nilai agama sebagai kunci keberhasilan dan kebahagiaan hidup amnesia.
Dengan mengamati kondisi yang terjadi saat ini, di mana penghayatan dan pengalaman nilai-nilai agama, etika dan moral yang cenderung merosot
sehingga muncul perilaku menyimpang seperti konflik antara agama dan sosial, perkelahian antar pelajar, antar desa dan antar mahasiswa, perusakan
lingkungan, penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan penyimpangan seksual serta berbagai kejahatan lainnya.
Dalam kehidupan seseorang pasti melalui bermacam-macam pengalaman dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat yang lebih luas.
Keseluruhan pengalaman ini termasuk di dalamnya segala bentuk pendidikan yang diterima dan pada akhirnya akan mempengaruhi kesadaran moral serta
perkembangan keseluruhan kepribadian anak yang lebih dikenal dengan “karakter”. Para pakar pendidikan dan psikologi berpendapat, bahwa karakter
dapat dibentuk melalui pendidikan yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Tiga lingkungan pendidikan itu adalah: keluarga,
sekolah dan masyarakat.
a. Pembentukan Karakter Melalui Keluarga
Menurut Jafar, Keluarga merupakan kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak nuclear family atau keluarga inti. Sedangkan
satuan keluarga meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas disebut keluarga luas atau extended
family. Pada hakikatnya keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan adopsi yang diatur melalui kehidupan pernikahan.
Keluarga sebagai kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.
31
30
H. A. Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan Praktik PAUD Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, cet. I, h. 15
31
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, Jakarta,
CV. Suri Tatu’uw, 2015, cet. I, h. 47