Pondasi Pendidikan Karakter Metode Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Surat Al-a'raf Ayat 35-36

merupakan kepuasaan hidup dan sangat tergantung pada kehidupan yang mengacu pada nilai-nilai tertentu sebagai cerminan karakter yang baik. 30 Oleh karena itu, karakter yang baik adalah karakter yang berdasarkan nilai-nilai agama sebagai kunci keberhasilan dan kebahagiaan hidup amnesia. Dengan mengamati kondisi yang terjadi saat ini, di mana penghayatan dan pengalaman nilai-nilai agama, etika dan moral yang cenderung merosot sehingga muncul perilaku menyimpang seperti konflik antara agama dan sosial, perkelahian antar pelajar, antar desa dan antar mahasiswa, perusakan lingkungan, penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan penyimpangan seksual serta berbagai kejahatan lainnya. Dalam kehidupan seseorang pasti melalui bermacam-macam pengalaman dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat yang lebih luas. Keseluruhan pengalaman ini termasuk di dalamnya segala bentuk pendidikan yang diterima dan pada akhirnya akan mempengaruhi kesadaran moral serta perkembangan keseluruhan kepribadian anak yang lebih dikenal dengan “karakter”. Para pakar pendidikan dan psikologi berpendapat, bahwa karakter dapat dibentuk melalui pendidikan yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Tiga lingkungan pendidikan itu adalah: keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Pembentukan Karakter Melalui Keluarga

Menurut Jafar, Keluarga merupakan kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak nuclear family atau keluarga inti. Sedangkan satuan keluarga meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas disebut keluarga luas atau extended family. Pada hakikatnya keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan adopsi yang diatur melalui kehidupan pernikahan. Keluarga sebagai kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. 31 30 H. A. Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan Praktik PAUD Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, cet. I, h. 15 31 Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, Jakarta, CV. Suri Tatu’uw, 2015, cet. I, h. 47 Dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, disebutkan bahwa “keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ib u dan anaknya”. 32 Kedudukan keluarga menjadi perantara dalam kehidupan masyarakat, alat kontrol sekaligus kekuatan sosial. Dalam konteks sosiologis, keluarga sebagai lembaga sosial dengan mengatur interaksi dan komunikasi dengan anggota keluarga lainnya. Nilai yang tumbuh dalam keluarga terkait dengan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga. Usaha membahagiakan dan menyelamatkan keluarga dari kehancuran dan keruntuhan sebagai usaha nyata penyelamatan Negara. 33 Keluarga memiliki fungsi ganda, baik eknomi, perlindungan, religi, rekreasi, biologis, kasih sayang dan status. Keluarga dapat menjalin komunikasi dialogis yang baik dengan cinta kasih. Hal ini tumbuh atas dasar pernikahan sehingga lahirlah rasa persaudaraan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan tentang nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Melalui pernikahan dapat dan akan menumbuhkan kasih sayang yang berakar, membuahkan kesetiaan, sesakit seseorang, serasa dan serasi, seia sekata, saling asah, saing asih dan saling asuh. 34 Dalam konteks pendidikan karakter menurut Muslich, menggambarkan bahwa nilai-nilai dasar yang ditanamkan dalam keluarga antara lain: 1 Nilai kerukunan: Kerukunan merupakan salah satu perwujudan budi pekerti. Orang yang memiliki budi pekerti luruh tentu lebih menghargai kerukunan dan kebersamaan dari perpecahan. 2 Nilai ketakwaan dan keimanan: Ketakwaan dan keimanan merupakan pengendali utama budi pekerti. 3 Nilai toleransi: Toleransi adalah mau memperhatikan sesamanya. Dalam keluarga toleransi ini dapat ditanamkan melalui proses saling memperlihatkan dan saling memahami antar anggota keluarga. 32 Rosyadi, op. cit., h. 16 33 Jafar dan Salam, op. cit., h. 49 34 ibid, h. 61 4 Nilai kebiasaan sehat: kebiasaan sehat adalah kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat mengarah pada pembangunan diri lebih baik dari sekarang. 35 Jadi dapat penulis simpulkan bahwa Pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang dialami anak dalam keluarga akan menjadi dasar bagi pembinaan moral dan akhlaknya, sehingga sangat mempengaruhi dalam penyesuaian dengan norma-norma lingkungan yang luas di luar rumah. Lingkungan keluarga merupakan penghubung pertama dari nilai-nilai perilaku yang terdapat di lingkungan masyarakat. Untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, orangtua sebaiknya memerhatikan cara mendidik dan memerhatikan pula ciri-ciri khas dari setiap perkembangan yang dilalui anak, serta melaksanakan sendiri nilai- nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembentukan Karakter Melalui Sekolah

Sekolah merupakan salah satu lingkungan sosial yang dibutuhkan anak. Ia berfungsi memperluas kehidupan sosial anak, tempat anak belajar menyesuaikan diri terhadap bermacam-macam situasi. Mengapa sekolah menjadi penting dalam pembentukan karakter anak? Perkembangan moral dan spiritual seseorang berjalan seiring dengan perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai wahana pengembangan kognitif anak sangat penting, artinya dalam pembentukan karakter. Dunia sekolah yang sampai saat ini manis menekankan bentuk- bentuk hafalan sebenarnya kurang mendukung pembentukan karakter. Belajar untuk menerapkan suatu pelajaran akan lebih membekas dalam diri anak, ketimbang kata-kata dan menghafalnya saja. 36 Sekolah juga sebaiknya menyediakan pengasuhan dan kasih sayang bagi pertumbuhan moral anak. Orang dewasa lain dapat berperan sebagai sosok yang dapat diandalkan dalam membentuk karakter anak. Orang dewasa lainnya antara lain adalah guru di sekolah. Karakter gguru sering 35 ibid, h. 63 36 H. A. Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan Praktik PAUD Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, cet. I, h. 18 kali menjadi perhatian murid. Perilaku dan sikap guru dalam menciptakan suasana tertentu di dalam kelas dapat mempengaruhi pertumbuhan moral murid. Guru yang memperlihatkan perhatian personal meninggalkan kesan dalam bagi anak didik. 37 Selain guru, lingkungan sekolah juga dapat menjadi pengaruh pada pembentukan karakter anak. Anak belajar menerima dan menjalankan aturan atau norma-norma di sekolah. Biasanya seorang anak akan mengaktualisasikan dirinya di antara teman-teman dan gurunya. Kegiatan yang dilakukannya akan lebih banyak ke arah mencoba-coba untuk mencari jati diri. Dengan demikian, lingkungan sekolah adalah tempat pembentukan karakter seseorang yang sifatnya eksploratif. Guru dan teman-teman sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku anak. Pribadi gurulah yang biasanya menjadi tokoh yang ditiru oleh anak karena pribadi guru merupakan pengganti orangtua. Dengan demikian, guru diharapkan sacara langsung agar dapat membimbing dan mengarahkan tingkah laku anak terhadap hal-hal yang terpuji.

c. Pembentukan Karakter Melalui Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan dan lembaga pendidikan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan masyarakat dimulai sejak anak- anak lepas dari asuhan keluarga dan sekolah. Pendidikan masyarakat dilaksanakan tidak begitu terikat dengan peraturan dan syarat tertentu. 38 Masyarakat dapat diartikan pula sebagai komunitas yang amat heterogen dengan berbagai aspeknya. Di dalamnya terdapat kegiatan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, politik, seni budaya, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Semuanya ini merupakan lingkungan yang dapat digunakan kegiatan pendidikan. 39 37 H. A. Rahmat Rosyadi, ibid, h. 18 38 Armai Arief dan Busahdiar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Wahana Kardofa, 2009, Cet. I, h. 134 39 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al- Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 270 Di lingkungan masyarakat, sikap anak langsung mengarah pada aspek praktis. Secara otomatis ia akan mempraktikkan nilai-nilai dan norma-norma yang ditanamkan dalam keluarga dan dipelajari di sekolah. Nilai-nilai dan norma-norma masyarakat sekitarnya tentu saja akan berpengaruh pada pembentukan karakternya, melalui kehidupan di masyarakat, anak senantiasa akan mempraktikkan berbagai aspek nilai dan norma yang berlaku. 40 Dengan demikian, lingkungan masyarakat memiliki peran pelaksanaan pendidikan. Karena selain hidup di lingkungan keluarga maupun sekolah, anak juga ikut berpartisipasi dalam masyarakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam masyarakat terdapat norma dan tata nilai yang harus dipatuhi. Sehingga norma dan tata nilai inilah yang akan mempengaruhi terhadap perkembangan anak. Masyarakat yang peduli akan pendidikan, maka akan membantu terhadap perkembangan pendidikan karakter anak tersebut, tetapi jika lingkungan masyarakat tidak peduli akan pendidikan justru akan menjerumuskan anak kepada hal yang negatif.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan ini disebut juga sebagai tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan paparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Dengan tinjauan pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui keasliannya dengan cara mempertegas perbedaan dan persamaan diantara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas oleh penulis. Sepanjang sepengetahuan penulis, skripsi yang membahas tentang metode memang sudah sangat banyak sekali. Akan tetapi, yang membahas tentang metode yang terkandung didalam ayat Al- Qur’an khususnya surat Al-„A’raf ayat 35-36 baru penulis saja yang mengkajinya secara khusus. Adapun penulis menemukan skripsi yang hampir sama dengan skripsi yang penulis teliti, sebagai berikut: 40 H. A. Rahmat Rosyadi, op., cit, h. 20