mengetahui informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara.
e
Kompleksitas Kognitif
Kompleksitas kognitif mengacu pada kemampuan pribadi untuk mengetahui, dan mengalami orang lain. Secara
umum dapat dikatakan bahwa kompleksitas kognitif individu membuat
seorang semakin
akurasi menentukan
dan mengembangkan kesan terhadap orang lain.
f
Kenyamanan Antarpribadi
Pelbagai penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan dan interaksi antarpribadi berkaitan dengan prinsip efektivitas.
Apabila anda merasa tidak nyaman, tidak tenang dan tidak percaya dengan relasi antarpribadi dalam kebudayaan anda,
maka anda pun merasa tidak lebih nyaman, tidak tenang, dan tidak percaya dalam kebudayaan yang berbeda dengan anda.
g
Kontrol Pribadi
Terjalinnya komunikasi antarbudaya juga sangat tergantung pada sejauh mana perseorangan dapat mengontrol
pribadi terhadap lingkungan sekitarnya. Tucker dan Baier 1985 dikutip oleh Liliweri menemukan ada hubungan yang
signifikan antara kontrol pribadi dan tampilan pribadi dengan penyesuaian budaya. Penelitian lain menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pandangan hidup pribadi, kecenderungan untuk pasrah dengan penyesuaian pribadi Dood 1987.
23
h
Kemampuan Inovasi
Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi dan
teknologi baru melalui sistem sosial suatu masyarakat. i
Harga diri
Harga diri self esteem sangat menentukan terjalinnya komunikasi antarbudaya. Seorang komunikator dituntut untuk
memiliki inisiatif untuk berelasi dan menyesuaikan diri dengan komunikan.
Artinya, seorang
komunikator tidak
mempertahankan harga dirinya, sebab komunikator akan semakin sulit berkomunikasi dengan komunikan, begitupun
sebalikn ya, jika perasaan “rendah diri” menyelimuti
komunikator maka keadaan psikologis itu dapat menghambat komunikasi antarbudaya.
j
Keprihatinan dan Kecemasan Komunikasi
Dodd 1987 dikutip oleh Liliweri 2013 mengatakan bahwa kecemasan komunikasi antarpribadi, kecemasan dalam
kelompok, serta kecemasan atas publisitas dapat berdampak
23
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h.269.
atas penyesuaian
antarbudaya yang
pada gilirannya
mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya.
3. Faktor-faktor Lain
Adapun faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi terjalinnya komunikasi antarbudaya adalah sebagai berikut;
a Faktor Keramahtamahan
Faktor keramahtamahan
atau friendliness juga
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi efektivitas
komunikasi antarbudaya.
Meskipun batas
keramahtamahan antarbudaya yang satu dengan yang lain sangat relatif tetapi pada umumnya setiap kebudayaan
mengajarkan keramahtamahan dalam komunikasi antarpribadi.
b Faktor Motivasi
Motivasi merupakan satu aspek psikologi, antarbudaya. Berbagai fakta menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi
ditentukan oleh orang yang memperhatikan faktor-faktor psikologi, atau memperhatikan faktor-faktor apa saja yang
mendorong komunikasi.
c Faktor Akulturasi
Akulturasi merupakan proses pertemuan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda yang diikuti dengan pencampuran
unsur-unsur tersebut namun perbedaan diantara unsur-unsur asing dengan yang asli masih tampak.
d Faktor Umur
Dalam beberapa
kebudayaan, penghargaan
antarmanusia sangat ditentukan oleh umur. Dikalangan orang jawa, mereka yang berusia lebih muda tidak diperkenankan
menatap mata orang yang lebih tua. Hal semacam ini, menunjukkan bahwa perbedaan umur antarpribadi sangat
mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya.
e Faktor Pekerjaan
Dalam masyarakat yang distratifikasi berdasarkan jenis-jenis pekerjaan menunjukkan bahwa faktor pekerjaan
turut menghambat efektivitas komunikasi. Misalnya, seorang atasan dengan bawahan, hubungan antarpekerja ini akan
ditentukan oleh aturan organisasinya.
D. Konsep Kerukunan Umat Beragama
Secara etimologi kata kerukunan berasal dari bahasa Arab, yaitu ruknun yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah arkan yang
berarti bangunan sederhana yang terdiri atas berbagai unsur. Jadi, kerukunan itu merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang berlainan
dan setiap unsur tersebut saling menguatkan.
24
Dalam bahasa Indonesia arti rukun ialah:
1. Rukun nominal, berarti: Sesuatu yang harus di penuhi untuk sahnya
pekerjaan, seperti tidak sahnya manusia dalam sembahyang yang tidak cukup syarat, dan rukunya asas, yang berarti dasar atau sendi:
semuanya terlaksana dengan baik tidak menyimpang dari rukunnya agama.
2. Rukun ajektif berarti: Baik dan damai tidak bertentangan: hendaknya
kita hidup rukun dengan tetangga, bersatu hati, sepakat. Merukunkan berarti: 1 mendamaikan; 2 menjadikan bersatu hati. Kerukunan: 1
perihal hidup rukun; 2 rasa rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.
25
Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh suasana baik dan damai. Hidup rukun berarti tidak bertengkar, melainkan
bersatu hati, dan sepakat dalam berfikir dan bertindak demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Didalam kerukunan semua orang bisa hidup bersama
24
Said agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antaragama Jakarta: Ciputat Press, 2003 h.4.
25
Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Umat Beragama Jakarta, Puslitbang, 2008, h.525.
tanpa kecurigaan, dimana tumbuh semangat dan sikap saling menghormati dan kesediaan untuk bekerjasama demi kepentingan bersama.
26
Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi Kerukunan
27
, yaitu: 1
Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama Ialah kerukunan di antara aliran-aliranpaham-pahmmazhab-
mazhab yang ada dalam suatu umat atau komunitas agama. 2
Kerukunan di antara umatkomunitas agama yang berbeda-beda Ialah kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang
berbeda-beda yaitu di antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha.
3 Kerukunan antar umatkomunitas agama dengan pemerintah
Ialah supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat agama dengan para pejabat pemerintah
dengan saling memahami dan menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang
beragama.
26
M.Zainuddin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di Indonesia Jakarta:Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001 h.67
27
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia, Jakarta; Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia, 1997, hal. 8-10