Faktor Kognitif Golongan Sunni dan Syiah
masyarakat golongan Syiah terhadap ajaran agama Islammenjadikan masyarakat golongan Sunni tidak terima, sehingga meruntuhkan
kerukunan dan menimbulkan konflik. Hal ini menunjukkan bahwa etnosentrisme
dapat mempengaruhi
efektivitas komunikasi
antarbudaya. b.
Toleransi, Sikap Mendua dan Keluwesan
Golongan Syiah yang memiliki perbedaan dalam beberapa hal dengan keyakinan golongan Sunni pada umumnya, tidak serta merta
langsung diterima kehadirannya. Tidak menyapa, jaga jarak merupakan beberapa contoh yang terekam dalam keseharian
masyarakat Jambesari, hal ini menunjukkan tidak efektivnya komunikasi antarbudaya kedua golongan tersebut. Namun, tingginya
kesadaran masyarakat Jambesari akan toleransi dengan golongan yang berbeda, mendukung efektivnya komunikasi antarbudaya sehingga
terbentuk kehidupan yang rukun. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan H.Abdullah;
“Terkait kekeluargaan, sudah tidak ada masalah apa- apa, karena masyarakat tidak memperpanjang persoalan
perbedaan, ya si Sunni jalan apa adanya dengan keyakinannya dan yang Syiah juga sperti itu Tak nabheng lanjheng sudah
membiarkan jalan sendiri- sendiri.”
8
8
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul 13.00 WIB.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, masyarakat Jambesari Golongan Sunni dan Syiah, sama-sama saling menunjukkan adanya
rasa keluwesan, yakni masyarakat Jambesari tidak terus-terusan membahas perbedaan, dan mempersilahkan untuk menjalankan
ibadahnya sesuai keyakinan masing-masing. Berikut kutipan wawancara peneliti bersama dengan bapak Ahmad Rawi;
“Alhamdulillah sekarang responnya sudah baik, jika acara besar dalam Islamtidak sedikit masyarakat golongan
sunni yang ikut bareng. Tetapi kalo acara milad atau menyambut kelahiran para imam masyarakat golongan sunni
tidak ikut berpartisipasi dikarenakan kami mengadakannya hanya kecil-
kecilan dan masyarakat responnya juga baik.”
9
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa,
dengan adanya tradisi keagamaan yang sama-sama diyakini dan dilaksanakan oleh golongan Sunni dan Syiah, menjadikan penganut
kedua golongan tersebut saling berinteraksi, dan bertoleransi sehingga menjadikan komunikasi antarbudaya efektif dan tercipta kehidupan
yang rukun antar masyarakat golongan Sunni dan Syiah. c.
Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan, melihat secara akurat, dan memberikan respons secara tepat kepada
kepribadian, hubungan, dan lingkungan sosial seseorang.
10
Sebagai
9
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Rowi, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul 10.00 WIB.
10
Larry A.Samovar dkk,Komunikasi Lintas Budaya, h.466