PENUTUP “Komunikasi Antar Budaya Dan Agama Tentang Kerukunan Umat Beragama Golongan Sunni Dan Syiah”

pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. 3 Andi Faisal Bakti dalam beberapa teori dua puluh sering menyebutkan bahwa komunikasi antarbudaya melibatkan suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya menurut Andi Faisal Bakti adalah komunikasi yang terjadi melibatkan orang secara individu atau kelompok yang mempunyai latar belakang yang berbeda. 5 Komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna pesan verbal dan non verbal menurut budaya-budaya bersangkutan, bahasa bisa saja sama, tetapi kemungkinan bisa berbeda maknanya. Menurut Alo liliweri, Pendekatan komunikasi antarbudaya memiliki wajah ganda. 6 Pertama, jika ditinjau dari perspektif sosiologi komunikasi, komunikasi antarbudaya membahas peranan agama dan kelompok keagamaan dalam proses pembudayaan dan pembudidayaan, pengalihan nilai dan norma penyebaran agama dari dan ke suatu kelompok dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini berarti sosiologi komunikasi mempelajari bentuk, sifat, cara, metode, teknik “penyebarluasan dan norma dan nilai agama terhadap intrakelompok maupun terhadap ekstern agama dan kelompok keagamaan. 5 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, Jakarta: INIS, 2004 h. 128. 6 Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 Cet ke-II h.254. Kedua, kelompok keagamaan dan bahkan agama sekalipun dapat dipandang sebagai satu etnik yang tetap mempertahankan sistem norma dan nilai sehingga menimbulkan kesan agama bersifat eksklusif, tertutup, sehingga tentu ada tatanan yang mengatur cara seorang menjadi anggota suatu agama. Pada akhirnya sangat penting dalam pembelajaran komunikasi antarbudaya, memahami terhadap apa yang dipercayai orang tentang bagaimana dunia ini kelihatannya dan berjalan. Sebagaimana dikatakan Paden dalam Samovar; “Belajar tentang agama...mempersiapkan kita untuk memasuki tempat dan kebiasaan lain dan berbagai versi dari hal yang sakral maupun tidak sakral; juga untuk menerjemahkan dan menghargai bahasa dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu, pengetahuan tentang orang lain mempunyai peranan yang penting.” 7

1. Hakikat Agama dalam komunikasi antarbudaya

Sulit dipisahkan antara masyarakat dengan agama, sebab agama menurut Liliweri adalah sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat yang menginterpretasi dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang ghaib dan suci. 8 Sebagai suatu sistem keyakinan yang membentuk perilaku keseharian penganut agamanya, maka sangat erat kaitannya antara agama dengan budaya yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari manusia. Hal 7 Larry A.Samovar dkk, Komunikasi Lintas Budaya Jakarta; Salemba Humanika, 2010 h.126. 8 Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya Jakarta; Pustaka Pelajar 2011 Cet ke- 2, h.254