Latar Belakang Perancangan kemasan untuk transportasi buah manggis

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting dalam kegiatan pascapanen karena produksi hasil holtikultura pada umumnya hanya terkonsentrasi di beberapa daerah, sementara konsumsi produk tersebut dilakukan di seluruh daerah bahkan mencapai luar ne geri. Selama ditransportasikan, produk tersebut sebagian besar mengalami berbagai kondisi perlakuan yang mengakibatkan kerusakan, dapat berupa resiko lingkungan suhu dan kelembaban maupun resiko fisik gesekan, benturan, tekanan. Brandenburg 2001 menyatakan bahwa resiko fisik berupa gesekan dan benturan pada produk yang dikemas selama transportasi disebabkan oleh empat kondisi yaitu 1 penanganan produk yang dilakukan secara manual manhandling, 2 tekanan yang ditimbulkan dari penggunaan alat-alat handling werehouse equipment handling, 3 tumbukan yang terjadi pada kendaraan vehicle impact dan getaran pada kendaraan yang digunakan vehiclel vibration. Resiko fisik berupa gesekan, benturan dan tekanan merupakan penyebab terjadinya kerusakan mekanis Peleg 1985. Kerusakan mekanis yang terjadi pada produk pertanian selama ditransportasikan mencapai 32 - 47 Tim Penulis PS 1998. Produk yang telah mengalami kerusakan mekanis akan lebih rentan terhadap kerusakan fisiologis dan biologis Satuhu 2004. Untuk menghindari kerusakan yang terjadi selama produk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya, maka produk perlu dilindungi dengan merancang dan menggunakan kemasan transportasi yang baik. Jumlah dan dimensi komoditas yang dikemas; konstruksi dan dimensi kemasan; jenis kemasan yang digunakan serta sifat fisiologis pascapanen produk merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang kemasan agar mampu memberikan perlindungan yang optimal pada produk. Salah satu produk yang memerlukan pengemasan secara baik selama ditransportasikan adalah buah manggis. Manggis merupakan komoditas ekspor andalan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB 2006 menunjukkan jumlah ekspor buah manggis pada tahun 2001 sebesar 4,868,528 kg meningkat menjadi 8,427,770 kg pada tahun 2005. Kondisi ini dinilai mampu menjadi sumber devisa negara bila dikaitkan dengan upaya Indonesia untuk menggalakkan sektor pertanian sebagai andalan ekspor disamping ekspor minyak dan gas bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kastaman 2007 terhadap sistem distribusi manggis diketahui bahwa buah manggis yang dipanen oleh petani didistribusikan dan diangkut menuju petani pengumpul, bandar atau tengkulak dan selanjutnya ditransportasikan kembali menuju pengumpul besar atau pihak eksportir untuk diekspor ke beberapa negara lainnya. Kondisi yang terjadi di lapangan, buah manggis yang telah dikumpulkan di petani pengumpul selanjutnya disortasi dan dikemas dalam keranjang plastik. Keranjang plastik yang umumnya digunakan berukuran 45 cm x 35 cm x 15 cm untuk kapasitas pengemasan 8 kg sampai 10 kg. Di beberapa petani pengumpul, kapasitas kemasan yang digunakan bahkan mencapai 20 kg sampai 30 kg dengan dimensi yang digunakan adalah 60 cm x 45 cm x 40 cm. Sebagian besar sistem pengisian buah manggis ke wadah plastik dilakukan secara curah tanpa pola. Buah yang telah dikemas dalam wadah tersebut, selanjutnya ditransportasikan menggunakan alat angkut pick up berkapasitas 2 ton dengan jumlah kemasan sebanyak 3 tumpukan. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa pengemasan dan penanganan dengan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan pascapanen akibat pengangkutan sebesar 20. Kehilangan pascapanen yang cukup besar ini menyebabkan kerugian, baik di pihak petani maupun eksportir. Jumlah tersebut dapat dikurangi secara signifikan dengan perancangan dan penggunaan disain kemasan yang baik dan tepat. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka dilakukanlah penelitian perancangan kemasan transportasi buah manggis. Penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kerusakan yang terjadi pada produk khususnya buah manggis selama ditransportasikan. Perancangan kemasan transportasi yang baik dibutuhkan kesesuaian jenis bahan kemas dengan karakteristik produk yang dikemas. Salah satu jenis bahan kemas yang banyak digunakan dalam pengemasan produk buah-buahan adalah karton gelombang, karena memiliki keunggulan diantaranya dapat meredam getaran, memiliki ketahanan terhadap tekanan, kerapuhan, tumpukan, serta memiliki permukaan yang halus sehingga mampu menurunkan resiko kerusakan akibat gesekan. Beberapa hal lainnya yang menjadi dasar dalam pemilihan karton gelombang sebagai bahan kemas adalah karena negara-negara maju mensyaratkan bahwa bahan kemas yang diterima untuk produk ekspor adalah bahan kemas yang tidak menimbulkan polusi, bisa digunakan kembali dan dapat didaur ulang Darmawati 1994. Karton gelombang merupakan bahan kemas yang memenuhi persyaratan tersebut. Beberapa faktor harus diperhitungkan dalam perancangan agar diperoleh kemasan yang baik. Faktor tersebut adalah pola pengaturan produk dalam kemasan, pemilihan dimensi kemasan dimensi dalam, dimensi desain dan dimensi luar dan tipe flute yang sesuai dengan sifat buah dan kondisi selama pengangkutan. Beberapa faktor tersebut merupakan dasar penelitian perancangan kemasan buah manggis yang dilakukan, sehingga diperoleh suatu kemasan yang mampu menekan kehilangan pascapanen selama produk ditransportasikan khususnya pada moda transportasi darat.

1.2 Tujuan