5.7 Persentase Kulit Buah yang Melesak dan Kerusakan Fisik
Persentase kulit buah yang melesak ke  dalam  dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah luasan kulit buah yang melesak ke dalam dengan luas
total permukaan kulit buah manggis yang diamati. Pengamatan dilakukan setelah buah ditransportasikan dan  setiap hari selama 10 hari dalam suhu ruang.  Dari
pengamatan diperoleh persentase tertinggi dihasilkan pada perlakuan  K
15
P
f
yaitu sebesar 4.7 sementara persentase terendah dihasilkan pada perlakuan  K
8
P
j
yaitu sebesar  0.31. Selanjutnya nilai persentase ini akan mempengaruhi persentase
kerusakan fisik yang dihasilkan. Tabel 20  Persentase kulit buah yang  melesak
Perlakuan Persentase kulit yang  melesak
Kapasitas 8 Jumble K
8
P
j
Kapasitas 8 Fcc K
8
P
f
Kapasitas 15Jumble K
15
P
j
Kapasitas 15Fcc K
15
P
f
0.31 1.59
2.6 4.7
Persentase tingkat kerusakan fisik    dilhitung  dengan  mengetahui jumlah buah yang rusak pada setiap kapasitas kemasan setelah disimulasikan. Buah
manggis dikatakan rusak apabila ditemukan kondisi kulit buah yang melesak ke dalam penyok, cupat yang lepas, tangkai yang  patah dan kulit buah ya ng pecah.
Dalam penelitian  ini kondisi rusak yang ditemui adalah kulit buah yang melesak ke dalam penyok dan cupat yang lepas seperti terlihat dalam Gambar 27.
Gambar 27 Kerusakan fisik a cupat lepas ; b kulit melesak kedalam Kerusakan fisik berupa kulit buah yang melesak ke dalam ditandai dengan
penga matan visual  berupa masuknya bagian kulit ke dalam buah sehingga memberikan bentuk yang tidak rata pada bagian kulit tersebut.  Kerusakan fisik
pada masing- masing kapasitas dari tiap pola dapat dilihat dalam Tabel 21.
Tabel 21  Persentase kerusakan  fisik Perlakuan
Jumlah buah dalam kemasan
Jumlah kerusakan
Kerusakan Kapasitas 8 Jumble K
8
P
j
Kapasitas 8 Fcc K
8
P
f
Kapasitas 15 Jumble K
15
P
j
Kapasitas 15 Fcc K
15
P
f
44 64
80
120 1
2 2
9 2.3
3.1 2.5
7.5
Pada masing- masing pola pengaturan dalam satu kapasitas kemasan yang sama,  pola fcc mempunyai tingkat kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan pola
jumble Tabel 21.    Perbedaan tingkat kerusakan  ini  dikarenakan  jumlah buah yang mampu dikemas menggunakan pola  fcc  lebih banyak dibandingkan  pola
jumble.    Akibatnya,  beban yang diterima buah berpola  fcc  menjadi lebih besar. Penyebab lainnya karena buah pada pola fcc disusun  dalam kemasan karton tanpa
menggunakan  net foam  layaknya buah  pada  pola jumble.  Perbedaan perlakuan tersebut menyebabkan    tekanan,  gesekan dan benturan antar buah  pada pola  fcc
langsung mengenai  permukaan  kulit  manggis.    Kulit manggis memiliki struktur yang mudah patah dan tidak lentur, sehingga kerusakan fisik berupa kulit melesak
walaupun dalam lekukan yang kecil    akan terlihat jelas pada  buah  yang disusun tanpa menggunakan  net foam.  Kerusakan fisik yang terjadi pada pola  fcc  hanya
berupa kerusakan kulit luar tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan hingga ke dalam jaringan buah.
Hal berbeda terjadi pada buah yang diatur dengan pola jumble. Pada pola ini jumlah buah  lebih sedikit  dan celah antar buah lebih banyak, sehingga
menyebabkan intensitas benturan antar buah menjadi lebih tinggi  dan  terjadi berulang-ulang dalam lompatan yang kecil. Karena buah pada pola jumble
dilindungi oleh  net foam  maka  benturan dan gesekan tidak langsung mengenai permukaan kulit buah sehingga  kerusakan fisik akibat benturan  tersebut tidak
terlihat  secara  nyata.  Kerusakan fisik secara visual yang lebih kecil pada pola jumble tidak disertai dengan  rendahnya  tingkat kerusakan yang terjadi pada
jaringan dalam buah,  ini dibuktikan dengan nilai laju  respirasi,  perubahan susut bobot  dan perubahan kekerasan  yang terjadi pada pola jumble lebih tinggi
dibandingkan pola fcc pada dimensi kemasan yang sama Gambar 28. Perubahan susut bobot yang tinggi pada pola jumble, salah satunya disebabkan karena
terjadinya kehilangan air dari dalam produk sebagai akibat dari tingginya laju respirasi yang terjadi pada produk tersebut.  Laju respirasi yang tinggi dipacu oleh
kebutuhan energi yang tinggi dari produk, semakin tinggi kerusakan yang terjadi pada produk, maka  semakin tinggi pula kebutuhan energi untuk proses biologis
produk tersebut.
Gambar 28 Grafik  nilai  rata-rata perubahan  nilai  parameter  mutu  buah
manggis  selama pengamatan Kerusakan fisik  buah  yang terjadi pada pola  fcc  hanya berupa kulit buah
yang melesak ke  dalam,  sementara  kerusakan fisik pada  buah yang disusun dengan pola jumble  berupa cupat lepas dan kulit  buah  yang melesak ke  dalam.
Kondisi cupat buah merupakan salah satu parameter mutu yang diperhitungkan dalam  pemasaran  buah manggis dipasaran internasional. Oleh karena itu dengan
pengaturan pola fcc kerusakan berupa cupat yang lepas dapat dihindari.
2,30 3,10
2,50 7,50
31,01 29,48
29,03 26,30
69,56 68,98
67,52 66,74
1,20 1,09
1,11 1,05
0,78 0,71
0,71 0,68
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30 32
34 36
38 40
42 44
46 48
50 52
54 56
58 60
62 64
66 68
70 72
K8 Pj K8 Pf
K15 Pj K15 Pf
Besaran
Perlakuan Grafik  Parameter Mutu
kerusakan fisik CO2
O2 bobot
kekerasan
5.8 Susut Bobot