dioperasikan di tempat-tempat dimana alat tangkap lain tidak dapat dioperasikan Monintja dan Martasuganda 1991; Martasuganda 2005.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan suatu informasi tentang sejauh mana pengaruh bahan terumbu buatan pada hasil tangkapan dengan
menggunakan bubu.
1.3 Hipotesis
Sebagai hipotesis pada penelitian ini adalah material terumbu buatan yang berbeda berpengaruh terhadap hasil dan komposisi tangkapan.
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Membandingkan komposisi serta jumlah ikan karang yang terkumpul di
sekitar terumbu buatan bambu dan ban. 2 Membandingkan hasil tangkapan bubu yang dipasang pada terumbu buatan
bambu dan ban.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pemilihan material terumbu buatan yang efektif dan efisien
dalam mengumpulkan ikan.
Kerusakan terumbu karang di pulau Pramuka sebagai akibat dari kegiatan penangkapan ikan
- pengeboman - peracunan karang
- penggunaan potassium - kegiatan transportasi laut dan pariwisata
Paket teknologi sederhana adalah pembuatan unit-unit terumbu buatan artificial reef di sekitar pantai untuk
mengurangi tekanan penangkapan ikan dan perusakan terumbu alami melalui penciptaan daerah
penangkapan ikan baru yang produktif
Permasalahan Material apa yang ekonomis tapi tidak mengurangi
peranannya dan memenuhi sifat dasar material yang digunakan untuk terumbu buatan serta dapat berfungsi
untuk mengumpulkan ikan?
Pemecahan Masalah Penggunaan ban bekas dan bambu dan percobaan
penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bubu disertai pengamatan ikan karang di sekitar terumbu
buatan
Hipotesis Material terumbu buatan yang berbeda berpengaruh
terhadap hasil dan komposisi tangkapan
Gambar 1 Alur pemikiran penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terumbu Buatan
Terumbu buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dan diletakkan di dasar perairan yang tidak produktif dengan meniru beberapa
karakteristik terumbu alami dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusak, sehingga dapat memikat jenis-jenis organisme laut untuk hidup dan menetap
serta meningkatkan produksi perikanan, biasanya terbuat dari timbunan bahan- bahan yang sifatnya berbeda satu sama lain seperti ban bekas, cetakan semen
atau beton, bangkai kerangka kapal, badan mobil bekas, bambu dan sebagainya Mottet 1981; Pickering et al. 1998; Yip 1998; Baine 2001; Dirjen KP3K 2005.
Perkembangan terumbu buatan dimulai dari Jepang pada abad XVIII Wasilun dan Murniyati 1997; Yip 1998. Pada awalnya nelayan Jepang
melakukan penangkapan ikan di sekitar kapal tenggelam dan ternyata hasil tangkapannya lebih tinggi dibandingkan di tempat lain. Mereka mencoba
membuat kerangka kayu yang diberi beban karung pasir, ditenggelamkan pada kedalaman sekitar 36 m dan ternyata hasil tangkapannya tinggi. Di Malaysia
perkembangan terumbu buatan dimulai sejak tahun 1976 dan dalam kurun waktu 12 tahun 1976-1988 telah mengeluarkan dana sekitar 8,88 juta Ringgit Wasilun
dan Murniyati 1997. Thailand mengembangkannya sejak tahun 1978 sampai 1991, pemerintah menyediakan dana sebesar 200 juta Baht. Di Indonesia melalui
Ditjen Perikanan telah mengembangkan terumbu buatan sejak tahun anggaran 19901991 di beberapa propinsi.
Pembuatan terumbu buatan didasari oleh teori yang mengatakan bahwa jenis-jenis ikan tertentu mempunyai kecenderungan untuk mendekati atau
menyukai benda-benda keras, untuk berkumpul satu sama lainnya, mencari perlindungan serta untuk memperoleh makanan Sukarno 1988; White et al.
1990. Terumbu buatan sebaiknya diletakkan di dasar laut yang mendatar
berdasar pasir atau lumpur yang miskin akan jenis-jenis ikan buruan yang bersifat menetap sementara di habitat keras atau di daerah tanaman alga yang
lebat, dan pada kedalaman tidak lebih dari 20 meter, sehingga diharapkan dengan diletakkannya terumbu buatan ini akan mendatangkan ikan-ikan buruan
tersebut D’Itri 1985; Sukarno 1988; Ikawati et al. 2001; Rachmawati 2001. Beberapa ikan tertarik pada terumbu buatan selama siklus hidupnya dan
yang lainnya hanya sebagian dari siklus hidupnya. Fungsi utama terumbu buatan
7
D’Itri 1985; Hutomo 1991; Montemayor 1991; Dirjen KP3K 2005 adalah sebagai berikut :
1 Naungan terhadap arus yang kuat dan tempat berlindung terhadap pemangsaan.
2 Mengubah pola arus dan gelombang. 3 Substrat untuk menempel biota.
4 Meningkatkan kompleksitas habitat dengan menyediakan ruang vertikal tertentu.
5 Sumber makanan dalam bentuk alga dan organisme penempel atau menjalar lainnya maupun ikan-ikan kecil dan invertebrata yang biasa hidup
bersamanya. 6 Sebagai titik orientasi bagi beberapa organisme pelagis.
7 Restorasi atau rehabilitasi fungsi-fungsi penting terumbu karang alami yang rusak, yang ada di sekitarnya.
8 Untuk menarik dan mengumpulkan organisme ikan dan bukan ikan sehingga upaya penangkapannya lebih mudah dan efisien.
9 Melindungi daerah penangkapan tradisional dari beroperasinya kapal pukat trawl.
10 Membuka peluang baru bagi usaha pariwisata bahari dalam bentuk kegiatan penyelaman, snorkeling, pemancingan dan sebagainya.
11 Untuk melindungi organisme kecil, anak ikan juvenile dan ikan muda
terhadap pemanenan dan penangkapan dini. 12
Untuk melindungi daerah asuhan terhadap cara-cara pemanfaatan dan penangkapan yang bersifat merusak.
13 Mengurangi laju erosi pantai dalam jangka panjang. 14
Dalam jangka panjang, meningkatkan produktivitas alami melalui suplai habitat baru bagi ikan dan organisme yang menempel secara permanen atau
organisme kecil serta menyediakan substrat bagi pertumbuhan karang baru dan berbagai jenis biota yang akan merupakan sumber makanan bagi ikan.
Terumbu buatan memiliki ciri khas, yaitu peningkatan biomassa ikan berasal dari species yang benar-benar menghabiskan sebagian besar siklus
hidupnya dalam zona terumbu buatan. Hal ini berbeda dengan rumpon atau Fish Aggregation Device FAD yang memperoleh peningkatan produksi dari menarik
perhatian ikan-ikan dewasa yang bermigrasi melewati daerah FAD untuk dipanen Mottet 1981.
2.2 Bahan dan Kontruksi Terumbu Buatan