4.6 Perifiton
Terumbu buatan selain dimanfaatkan oleh ikan juga oleh beberapa jenis biota karang antara lain : anemon, moluska, bivalva, sponge, echinodermata,
alga koralin dan lain-lain. Pertambahan umur terumbu buatan di lokasi perairan diikuti oleh peningkatan keberadaan biota karang yang menyebabkan terumbu
buatan menyerupai struktur terumbu karang alami. Keberadaan berbagai jenis biota yang menempel perifiton pada terumbu buatan diantaranya merupakan
makanan ikan. Perifiton yang ditemukan di TB-ban dan TB-bambu selama penelitian
pada kedalaman 24 meter terdiri dari satu 1 kelas yaitu dari kelas nabati Bacillariophyceae Diatoms dengan empat 4 famili. Jenis perifiton yang paling
melimpah di terumbu buatan selama penelitian adalah Navicula sp. Jenis perifiton yang ditemukan di kedua terumbu buatan berjumlah 9 spesies, yaitu
Navicula sp dengan jumlah 3777,8 indmm
2
TB-ban dan 1703,7 indmm
2
TB- bambu, Nitzchia sigma 1429,6 indmm
2
TB-ban dan 962,9 indmm
2
TB- bambu, Pleurosigma 345,9 indmm
2
TB-ban dan 222,2 indmm
2
TB-bambu, Melosira sp berjumlah 170,4 indmm
2
TB-bambu, Fragilaria cylindris 271,9 indmm
2
TB-bambu, Netrium berjumlah 197,8 indmm
2
TB-bambu, Frustulia berjumlah 98,5 indmm
2
TB-ban, Closterium berjumlah 74,1 indmm
2
TB-ban dan Rhopuladia paling sedikit dengan jumlah 49,63 indmm
2
TB-bambu Tabel 8 dan Gambar 10.
Tabel 8 Komposisi kelimpahan perifiton di terumbu buatan ban dan bambu setelah dua 2 bulan pemasangan 9 September - 3 November 2007
di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
Filum Kelas Famili Species
TB ban
TB bambu
Chrisophyta Bacillariophyceae
Diatoms Fragilariaceae
Fragilaria cylindris + -
Bacillariaceae Navicula sp
+ + Melosiraceae
Melosira sp + -
Nitzschiaceae Nitzschia sigma
+ + Pleurosigma
+ + Frustulia
- + Closterium
- + Netrium
+ - Rhopuladia
- + Keterangan : TB-ban
= terumbu buatan ban TB-bambu
= terumbu buatan bambu +
= ada
- = tidak ada
A Frustulia
1,7
Nitzschia 24,8
Navicula 65,4
Rhopuladia 0,9
Closterium 1,3
Pleurosigma 6,0
B Navicula
48,3 Fragilaria
7,7 Pleurosigma
6,3 Netrium
5,6
Melosira 4,8
Nitzschia 27,3
Gambar 10 Kelimpahan perifiton di terumbu buatan ban A dan terumbu buatan bambu B setelah dua 2 bulan pemasangan terumbu buatan pada kedalaman
24 meter 9 September - 3 November 2007 di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
Navicula sp
Fragilaria cylindris
Melosira sp
Nitzschia sigma
Pleurosigma Frustularia
Closterium Netrium
Gambar 11 Jenis perifiton yang ditemukan pada terumbu buatan ban dan bambu setelah dua 2 bulan pemasangan terumbu buatan pada kedalaman 24 meter 9
September - 3 November 2007 di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
5 PEMBAHASAN
Salah satu upaya meniadakan atau mengurangi penangkapan ikan di terumbu karang adalah dengan membangun terumbu buatan di sekitar terumbu
karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu buatan. Potensi ekonomi pemanfaatan terumbu buatan
cukup tinggi karena keberadaan ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Penangkapan ikan di terumbu buatan wajib memperhatikan keberlanjutan
populasi ikan dan pertumbuhan karang sehingga tidak terjadi tangkap lebih. Dalam kurun waktu tertentu disediakan waktu untuk ikan melakukan regenarasi
tanpa gangguan dari manusia. Pada masa ini sebaiknya tidak dilakukan penangkapan dengan lama waktu disesuaikan kondisi setempat, tetapi
disarankan minimal selama empat bulan dalam kurun waktu satu tahun Ikawati 2001; Rachmawati 2001; Spieler et al. 2001; Indrawadi 2007.
Berdasarkan jumlah total individu spesies yang teramati dan tertangkap menggunakan alat tangkap bubu di kedua terumbu buatan, maka kelimpahan
dan hasil tangkapan terbanyak terjadi di terumbu buatan ban, baik spesies target, mayor maupun indikator Tabel 4. Kenyataan ini dapat memberikan harapan
bahwa terumbu buatan dapat memperbaiki habitat yang telah rusak dan dapat menyediakan daerah penangkapan fishing ground yang baru, sehingga nelayan
tidak lagi melakukan penangkapan di terumbu alami yang mengakibatkan kerusakan habitat. Lebih lanjut Rilov dan Benayahu 1998 mengemukakan
bahwa penciptaan terumbu buatan yang terencana dengan baik akan memberikan shelter alternatif, dimana dapat merekrut juveniles dan ikan-ikan
muda, kemudian memperbesar keseluruhan populasi ikan. Disamping itu, terumbu buatan dipandang dari perspektif ekologi, juga memiliki potensi yang
nyata sebagai alat untuk rehabilitasi ekosistem perairan pantai Pickering et al. 1998.
Terumbu buatan disamping dapat meningkatkan produksi perikanan, juga telah digunakan di berbagai tempat sebagai alat yang potensial untuk membantu
memulihkan habitat perairan. FAO 1995 melalui Code of conduct for Responsible Fisheries, menyarankan pengembangan kebijakan penggunaan
terumbu buatan untuk meningkatkan stok populasi ikan dan peluang pemanfaatannya, serta melakukan penelitian-penelitian tentang impak struktur
buatan terhadap organisme laut dan lingkungan. Tetapi penempatan terumbu buatan untuk tujuan penangkapan ikan, tidak akan memberikan manfaat ekonomi
44
jika tidak diikuti langkah-langkah pengelolaan yang memadai; terutama untuk menghindari kelebihan tangkap dan konflik sosial diantara kelompok-kelompok
pengguna. Recruitment over fishing merupakan impak yang paling nyata pada semua habitat buatan. Oleh karena itu dalam perencanaan terumbu buatan
sebagai daerah penangkapan ikan sangat penting disertai dengan terumbu buatan sebagai nursery ground yang harus disepakati oleh semua pihak secara
konsisten, sebagai kawasan yang diproteksi dan diawasi bersama.
5.1 Uji Coba Alat Tangkap Bubu