Bahan dan Kontruksi Terumbu Buatan

2.2 Bahan dan Kontruksi Terumbu Buatan

Berbagai jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan kontruksi terumbu buatan antara lain ban mobil bekas digunakan di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Philipina dan Indonesia. Kendaraan bekas digunakan di Kepulauan Seribu. Beton dikembangkan di Thailand, Singapura, Brunai, Indonesia dan Malaysia. Kapal rusak dikembangkan di Jepang dan di Indonesia khususnya di Bali Delemendo 1991; Montemayor 1991; Wasilun dan Murniyati 1997; Yip 1998. Di Asia Tenggara, bahan-bahan yang umum digunakan untuk terumbu buatan adalah ban bekas, bambu, kapal bekas, beton dan kadangkala kendaraan bekas White et al. 1990. Delemendo 1991 dalam Reppie 2006 mengatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membangun terumbu buatan terdiri dari concrete cylindrical, culvert cement pipes, concrete rings dan rubber wood. Selanjutnya menurut Soedharma 1995 terumbu buatan bisa dibuat dari karang-karang bebas mobil, kapal, ban bekas dan bahan-bahan buatan lainnya diletakkan di dasar laut secara mendatar pada dasar perairan berpasir halus atau lumpur dengan tujuan untuk merubah habitat yang miskin menjadi habitat yang kaya akan ikan serta biota lainnya. Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat seberapa jauh keberadaan terumbu buatan ini meningkatkan produksi perikanan di suatu tempat. Stone et al. 1979 dalam Wong 1991 memperkirakan hasil biomassa sebuah terumbu ban di Florida sebesar 68 tonkm 2 sementara Wong 1991 memperkirakan besarnya produksi terumbu ban di Selandia Baru sebesar 68,5 tonkm 2 . Perkiraan hasil terumbu buatan di Jepang mencapai 16-20 kgm 3 per tahun. Di Thailand, bahan-bahan untuk terumbu buatan dalam percobaan di Rayong menggunakan tiga tipe yaitu ban bekas, konkrit dan batu. Hasil studi memperlihatkan adanya peningkatan species komposisi ikan dan ditemukan bahwa penggunaan ban bekas dan konkrit sangat tepat dibanding batu karena kontruksi batu sering menyebar di sana-sini sehingga ikan-ikan yang masuk lebih sedikit Sinanuwong 1991. Razak dan Pauzi 1991 menyatakan bahwa ban tidak terdegradasi di laut dan tidak beracun. Ban sangat baik bagi substrat penempel habitat baru ikan dan kehidupan biota laut lainnya. Pemilihan bahan dan kontruksi terumbu buatan memilki kriteria jumlah materi yang dicapai dan luasan dasar yang ditempati, relief vertikal, kompleksitas terumbu bentuk, susunan spatial, jumlah lubang persembunyian dan ruang antara tekstur serta komposisi materi terumbu Hutomo 1991. Desain modul terumbu buatan yang paling cocok untuk tipe dasar seharusnya memiliki tinggi modul 1-2 meter Sinanuwong 1991. Untuk memaksimumkan hasil terumbu buatan perlu dirancang bentuk dan bahan terumbu buatan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai. Dalam menentukan kontruksi terumbu buatan yang perlu diperhatikan Seaman dan Sprague 1991; Wong 1991; Seaman 2000 yaitu: 1 Bahan tidak beracun di dalam air, tahan lama, mudah diperoleh, mudah ditangani dan mudah diangkut; 2 Memperhatikan skala dimensi yang efisien; 3 Memperhatikan kestabilan hidrodinamik; 4 Bersifat fungsional artinya bahan-bahan terumbu buatan ini mampu mengumpulkan ikan; 5 Bahan yang digunakan harus memiliki celah untuk tempat berlindung serta permukaan. Dari penjelasan mengenai penentuan kontruksi terumbu buatan maka bahan-bahan yang selama ini telah digunakan kebanyakan berupa ban, beton dan pipa PVC. Candle 1985 menyatakan bahwa sekitar 220 juta ban bekas terbuang percuma tiap tahunnya dan menjadi salah satu masalah sampah utama. Perwakilan pabrik Goodyear ini mendukung penggunaan ban bekas sebagai bahan terumbu buatan karena murahnya biaya dan masalah sampah akan berkurang. Riset yang dilakukan oleh perusahaannya maupun badan– badan lain juga membuktikan bahwa bahan ban tidak beracun bagi lingkungan perairan dan daya tahannya pun lama.

2.3 Penentuan Lokasi