Penentuan Lokasi Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

relief vertikal, kompleksitas terumbu bentuk, susunan spatial, jumlah lubang persembunyian dan ruang antara tekstur serta komposisi materi terumbu Hutomo 1991. Desain modul terumbu buatan yang paling cocok untuk tipe dasar seharusnya memiliki tinggi modul 1-2 meter Sinanuwong 1991. Untuk memaksimumkan hasil terumbu buatan perlu dirancang bentuk dan bahan terumbu buatan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai. Dalam menentukan kontruksi terumbu buatan yang perlu diperhatikan Seaman dan Sprague 1991; Wong 1991; Seaman 2000 yaitu: 1 Bahan tidak beracun di dalam air, tahan lama, mudah diperoleh, mudah ditangani dan mudah diangkut; 2 Memperhatikan skala dimensi yang efisien; 3 Memperhatikan kestabilan hidrodinamik; 4 Bersifat fungsional artinya bahan-bahan terumbu buatan ini mampu mengumpulkan ikan; 5 Bahan yang digunakan harus memiliki celah untuk tempat berlindung serta permukaan. Dari penjelasan mengenai penentuan kontruksi terumbu buatan maka bahan-bahan yang selama ini telah digunakan kebanyakan berupa ban, beton dan pipa PVC. Candle 1985 menyatakan bahwa sekitar 220 juta ban bekas terbuang percuma tiap tahunnya dan menjadi salah satu masalah sampah utama. Perwakilan pabrik Goodyear ini mendukung penggunaan ban bekas sebagai bahan terumbu buatan karena murahnya biaya dan masalah sampah akan berkurang. Riset yang dilakukan oleh perusahaannya maupun badan– badan lain juga membuktikan bahwa bahan ban tidak beracun bagi lingkungan perairan dan daya tahannya pun lama.

2.3 Penentuan Lokasi

Terumbu buatan ditempatkan pada habitat yang mengalami penurunan dan area yang memiliki produktivitas rendah White et al. 1990; Yahmantoro dan Budiyanto 1991. Menurut Hung 1991 bahwa penempatan terumbu buatan seharusnya cukup dalam sehingga tidak mempengaruhi hempasan gelombang dan badai. Kedalaman yang dianjurkan 15-35 m. Beberapa kriteria dalam peletakan terumbu buatan : 1 Lokasi dekat dengan pemukiman nelayan Hutomo 1991; 2 Terpisah dari terumbu karang alami Yahmantoro dan Budiyanto 1991; 3 Perairan cukup jernih Hung 1991; Razak dan Pauzi 1991; Sinanuwong 1991; 4 Kedalaman berdasarkan jarak dari pesisir perairan dan kemampuan penyelam melakukan pengamatan pada kedalaman yang bersangkutan Yahmantoro dan Budiyanto 1991; 5 Kondisi perairan memenuhi persyaratan hidup terumbu karang sirkulasi, salinitas, kecerahan, sedimentasi dan kedalaman Razak dan Pauzi 1991; 6 Lokasi jauh dari area penangkapan ikan terutama trawl Razak dan Pauzi 1991; Sinanuwong 1991; 7 Keadaan substrat cukup keras dan berbentuk flat rata untuk mencegah terumbu buatan tertanam ke dasar Hung 1991; Sinanuwong 1991; Razak dan Pauzi 1991; 8 Orientasi letak dalam hubungan dengan pola migrasi ikan dan arus Hutomo 1991; Hagino 1991; 9 Tidak membahayakan navigasi Hung 1991; Razak dan Pauzi 1991. Di Thailand, pemilihan tempat instalasi terumbu buatan tidak begitu jauh dari desa nelayan. Umumnya 3 km dari desa dan dipertimbangkan tidak membahayakan alur pelayaran pantai. Hal ini dikarenakan ikan-ikan predator lebih menyukai hidup di daerah perairan yang intensitas cahaya matahari tinggi dan termasuk perairan jernih. Kedalaman rata-rata sekitar 15 m dengan jarak ke pantai 5 km Sinanuwong 1991. Menurut Razak dan Pauzi 1991 bahwa peletakan terumbu buatan mayoritas dekat dengan daratan dan jarak berkisar 200-500 m dari garis pantai. Untuk memperoleh hasil maksimal terdapat kecenderungan untuk menempatkan terumbu buatan pada daerah yang dalam. Namun hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengambilan hasil oleh nelayan kecil. Karena itu terumbu buatan biasanya ditempatkan pada kedalaman dan jarak dari pantai yang berbeda-beda. Makin dangkal perairan maka makin mudah kegiatan eksploitasi, namun yang diperoleh biasanya ikan-ikan kecil. Sebaliknya, perairan yang makin dalam akan menarik ikan-ikan yang lebih besar walaupun sulit diperoleh. Matthews 1985 menyatakan bahwa kedalaman 20-60 m sangat cocok untuk menempatkan terumbu buatan, karena pada kedalaman tersebut sangat disukai ikan dari kelompok ikan predator dalam jumlah besar. Akan tetapi kedalaman tersebut sangat sulit bagi penyelam melakukan pengamatan. Keberadaan terumbu buatan di laut akan bertindak sebagai benda penghalang lintasan arus, dengan membuat orientasi posisi secara benar maka terumbu buatan akan efektif menahan arus yang dapat menimbulkan olakan dan arus bayangan di belakang terumbu, kondisi ini akan menyediakan tempat berlindung ikan dari arus yang terlalu kuat baginya, dan keberadaan terumbu itu juga dapat menahan lintasan ikan yang umumnya bergerak bersama arus, serta terakumulasinya organisme planktonik dalam arus bayangan Matthews 1985.

2.4 Asosiasi Komunitas Ikan pada Terumbu Buatan