20 jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak
adanya jaminan sosial tenaga kerja yang pasti, lemahnya penguasaan jaringa n pemasaran dan masalah permodalan Kusnadi, 2002.
2.9 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan
Keberlanjutan sustainability
menurut konsep pembangunan
berkelanjutan diartikan sebagai keadilan antar generasi yang menjamin bahwa generasi- generasi mendatang me miliki warisan barang modal buatan, sumberdaya
alam, human capital, dan social capital. Kondisinya paling tidak sama dengan yang dimiliki oleh generasi sekarang. Hal ini sukar atau bahkan tidak mungkin
dapat dicapai jika proses perencanaan dan pengambilan keputusan hanya didasarkan pada konsep ekonomi konvensional yaitu memaksimalisasi
kesejahteraan Dahuri, 2003. Permasalahan perikanan tangkap baik berupa permasalahan sosial ataupun
kerusakan lingkungan dan menurunnya stok sumberdaya ikan sebenarnya telah lama timbul sejak manusia menggunakan laut atau perairan umum sebagai sumber
untuk mendapatkan bahan pangan. Namun saat itu bobot permasalahan yang timbul tidak seberat apa yang dihadapi pada saat sekarang ini, dimana baik konflik
sosial yang timbul akibat kompetisi besar-besaran dalam memperebutkan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, ataupun kerusakan lingkungan serta punahnya
beberapa spesies ikan yang diakibatkannya telah menunjukkan indikator yang sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup gene rasi mendatang Purbayanto
dan Baskoro, 1998. Fauzi dan Anna 2002 menyatakan bahwa kegiatan produksi untuk
memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan memiliki tiga komponen, yaitu a komponen biologis, b pengelolaan sumberdaya dan c
sosial-ekonomi perikanan. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain. Komponen biologis menjelaskan dinamika stok ikan, komponen pengelolaan
sumberdaya menjelaskan dinamika kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, pengaturan armada pena ngkapan ikan fishing effort, dan komponen
sosial-ekonomi menjelaskan dinamika biaya dan keuntungan juragan pemilik asset dan pendapatan ABK anak buah kapal dalam operasi penangkapan ikan.
21 Kalau ketiga komponen tersebut dapat terkontrol dengan baik, maka
pengembangan perikanan tangkap dapat dilakukan secara berkelanjutan. Menurut Martasuganda 2002 teknologi penangkapan ikan yang
berwawasan lingkungan adalah upaya yang terencana dalam penggunaan alat tangkap untuk mengelola sumberdaya perikanan secara bijaksana dan
berkelanjutan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa mengganggu kualitas lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang No. 31 tahun
2004 tentang pengaturan kegiatan dan pengelolaan perikanan di Indonesia, sasaran pengaturan dan pengelolaan tidak saja terpusat pada pencegahan
terjadinya tangkap lebih tetapi juga cara-cara penangkapannya yang tidak mengganggu lingkungan hidup ikan DKP, 2005.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat pesisir. Oleh karena itu kelestarian sumberdaya harus dipertahankan sebagai landasan untuk mencapai kesejahteraan tersebut.
Pengelolaan dan pemanfaatan yang dimaksud hendaknya tidak menyebabkan rusaknya daerah penangkapan ikan fishing ground, daerah pemijahan spawning
ground maupun daerah asuhan nursery ground ikan. Selain itu tidak pula
merusak hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan. Aspek kelestarian sumberdaya juga berkaitan
dengan kegiatan monitoring, controling dan evaluation terhadap ketersediaan sumberdaya ikan termasuk kondisi lingkungan perairan. Dengan demikian,
pemerintah daerah dapat menentukan jumlah total sumberdaya ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap atau total allowable catch TAC untuk setiap
tahunnya Satria et al., 2002. Proses pemanfaatan sumberdaya ikan disamping perlu menjamin produk
yang kompetitif juga perlu memenuhi persyaratan sebagai produk yang berwawasan lingkungan, sehingga teknologi penangkapan ikan yang digunakan
dalam proses produksi akan dihadapkan pada beberapa persyaratan yaitu : 1 tidak membahayakan kelestarian target spesies; 2 tidak mengakibatkan
tertangkapnya kehidupan biota yang dilindungi; 3 tidak mengganggu
22 keseimbangan ekologis; 4 tidak merusak habitat dan; 5 tidak membahayakan
keselamatan nelayan dan konsumen Monintja, 1996. Arimoto et al. 2000 diacu dalam Sudirman 2003 menyarankan
perlunya melakukan evaluasi untuk melihat dampak suatu alat tangkap terhadap lingkungan. Evaluasi ini dapat dilakukan dalam 2 tahap yaitu; 1 analisis data
tangkapan catch data analysis jangka panjang terhadap ukuran dan spesies hasil tangkapan; 2 melakukan evaluasi dampak negatif penangkapan terhadap
lingkungan fishing ground, hilangnya alat tangkap, polusi yang ditimbulkan, dampak bio-diversity komposisi hasil tangkapan, by-catch dan discard catch
dan dampak terhadap target sumberdaya penangkapan yang intensif dan tertangkapnya ikan- ikan muda.
Perikanan yang ramah lingkungan harus mempunyai kriteria sebagai berikut : selektivitasnya tinggi, by-catch rendah, tangkapan segar, tidak merusak
habitat, bio-degradable, legal, aman bagi spesies yang dilindungi, aman bagi biodiversity,
aman bagi nelayan, konsumsi terhadap BBM rendah, investasi rendah, menguntungkan dan secara sosial diterima masyarakat FAO, 1999.
Berdasarkan pengalaman pengelolaan perikanan di negara maju dalam memanfaatkan sumberdaya ikan yang optimal, beberapa hal berikut ini perlu
menjadi perhatian sebagai acuan pengelolaan, sebagai berikut Sukardi et al., 1995
1 Pemahaman bahwa pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal adalah mutlak perlu diupayakan oleh pemerintah.
2 Sejak perencanaan sampai evaluasi pengelolaan digunakan cara kerja yang transparan, demokratis serta melibatkan pihak yang berperanserta baik
pengelola maupun industri dan nelayan. 3 Strategi isu yang berkembang selalu diikuti dengan seksama dan
melakukan pendekatan partisipatori dan keterpaduan. 4 Pemanfaatan dilakukan dalam konteks pengelolaan lokal, regional maupun
internasional.
23 5 Perencanaan pengelolaan berdasarkan pada data dan informasi yang
berkualitas tinggi yang dikumpulkan secara terus menerus untuk keperluan perencanaan, implementasi dan evaluasi pengelolaan.
6 Menggunakan kelompok masyarakat para pendukung seperti ilmuwanpakar, pengelola dan masyarakat nelayanindustri untuk
kemudahan masukan bagi pengelolaan. 7 Membangun kemampuan pengelolaan sumberdaya ikan tingkat lokal
community based management. 8 Menggunakan sumber data dan informasi yang terkelola dengan baik
untuk membuat keputusan dan langkah- langkah pengelolaan.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu