Daerah dan Musim Penangkapan Ikan

7 8.175 11.254 14.578 11.107 13.343 9.381 8.652 6.321 8.216 5.748 2 4 6 8 10 12 14 16 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 tahun jumlah ribuan Gambar 2 Perkembangan jumlah nelayan Kota Tegal tahun 1995 – 2004

2.2 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan

Perairan Utara Jawa termasuk wilayah pengelolaan perikanan WPP III dan merupakan wilayah perairan yang telah mengalami kondisi tangkap lebih. Selain masalah tangkap lebih, di perairan utara Jawa juga telah mengalami tekanan yang sangat berat yaitu terjadinya kerusakan ekosistem pesisir dan laut yang disebabkan oleh kegiatan di darat maupun di laut yang berakibat pada penurunan stok ikan Dahuri, 2002. Wilayah perairan Kota Tegal merupakan bagian dari paparan Sunda yang memiliki kedalaman relatif dangkal yaitu berkisar 10-40 m dengan substrat perairan berupa lumpur atau lumpur berpasir. Di perairan ini terdapat banyak muara sungai besar dan kecil, hal ini menjadikan perairannya merupakan habitat yang baik bagi udang Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal, 2003. Daerah penangkapan ikan nelayan Kota Tegal dibedakan berdasarkan jenis armada penangkapan. Nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor dan motor tempel, daerah penangkapannya disepanjang pesisir utara Jawa yaitu mulai dari daerah Pemalang sampai dengan Subang. Nelayan yang menggunakan armada kapal motor, daerah penangkapannya berada di wilayah perairan Kalimantan, Sulawesi, perairan Jawa bagian timur, disekitar Karimun Jawa, Pulau Bawean dan Pulau Natuna Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal, 2001. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 392kptsIK.120499 jalur- jalur penangkapan ikan di wilayah perikanan Indonesia dibagi menjadi 3 jalur Tabel 1. 8 Tabel 1 Jalur-jalur penangkapan ikan di Indonesia berdasarkan Kepmentan No. 3921999 Jalur Jarak dari pantai mil Kriteria 0 - 3 • Perahu tanpa motor yang mempunyai panjang maksimum 10 m. • Alat penangkap ikan yang menetap. • Alat penangkap ikan yang tidak menetap dan tidak dimodifikasi. IA IB 3 - 6 • Motor tempel maksimum 5 GT dan mempunyai panjang maksimum 12 m. • Alat penangkap ikan yang tidak menetap yang dimodifikasi. • Pukat cincin panjang maksimum 150 m. • Jaring insang hanyut panjang maksimum 1000 m. II 6 – 12 • Kapal motor maksimum 60 GT. • Pukat cincin panjang maksimum 600 m satu kapal atau, • Pukat cincin panjang maksimum 1000 m dua kapal. • Jaring insang hanyut panjang maksimum 2500 m. III 12 - ZEE • Kapal motor maksimum 200 GT, kecuali purse seine pelagis besar di Teluk Tomini, Laut Maluk u, Laut Seram, Laut Banda, Laut Flores dan Laut Sawu dilarang. • ZEE Indonesia Selat Malaka boleh untuk kapal berbendera Indonesia maksimum 200 GT, kecuali pukat ikan minimal 60 GT. • ZEE di luar Selat Malaka; o Kapal perikanan Indonesia dan asing maksimum 350 GT. o Kapal purse seine 350-800 GT, di luar 100 mil dari garis pangkal kepulauan Indonesia. o Kapal purse seine sistem grup hanya boleh di luar garis 100 mil dari garis pangkal kepulauan Indonesia. Musim penangkapan ikan di perairan Kota Tegal sama dengan musim penangkapan di Laut Jawa dan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh perubahan pola arah angin. Pola angin sangat erat hubungannya dengan keadaan 9 iklim muson di Indonesia BPPP, 1996. Menurut Nontji 1987 iklim muson dibagi menjadi 3 periode yaitu musim barat Desember – Maret, musim Timur Juni – Agustus dan musim peralihan April – Mei dan September – Nopember. Pola angin tersebut berimplikasi terhadap perubahan suhu, arah arus, kecepatan arus, salinitas. Pada musim barat gelombang yang terjadi lebih besar dibandingkan pada musim timur, sehingga puncak upaya penangkapan ikan yang terbesar terjadi pada musim timur. Pada saat itu banyak armada penangkapan yang beroperasi, hal ini disebabkan karena armada penangkapan di wilayah perairan Kota Tegal terutama nelayan kecil sebagian besar menggunakan perahu berukuran berukuran kecil 10 GT. Nelayan jaring arad beroperasi sepanjang tahun, namun intensitas operasinya dipengaruhi oleh musim penangkapan. Hal ini karena nelayan kecil Kota Tegal tidak memp unyai pilihan lain dalam mencukupi kebutuhan ekonominya selain melaut Puslitbang Perikanan, 1991.

2.3 Perkembangan Unit Penangkapan Ikan dan Produksi