Pengertian Perjanjian Tenaga Kerja

50 BAB III AKIBAT HUKUM AKUISISI PERSEROAN TERBATAS TERHADAP PERJANJIAN TENAGA KERJA

A. Pengertian Perjanjian Tenaga Kerja

1. Pengertian perjanjian tenaga kerja Hubungan antara pekerja dengan pengusaha dalam proses produksi barang dan jasa didasarkan pada perjanjian kerja baik secara tertulis maupun tidak tertlis. Perjanjian kerja merupakan sarana pendahuluan berlangsungnya hubungan kerja, oleh karena itu dalam suatu perjanjian kerja harus terwujud keadilan antara pekerja dengan pengusaha. David P. Twomey mengemukakan pendapat bahwa: 76 “ kedudukan perjanjian kerja dalam hubungan kerja sangat menentukan. Jika terjadi pelanggaran salah satu pihak antara pekerja dengan pengusaha dalam hubungan kerja tersebut, persetujuan yang dibuat menjadi buti untuk memperoleh ganti rugi bagi pihak yang dirugikan”. Maksudnya, keberadaan perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dengan pekerjanya menunjukkan adanya hubungan hukum yang menimbulkan hak dan 76 Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007, hlm.44. kewajiban masing-masing pihak. Dengan demikian perjanjian kerja bermakna adanya hubungan hukum antara sesorang yang bertindak sebagai pengusaha. 77 Perjanjian kerja merupakan dasar dari terbentuknya hubungan kerja. Perjanjian kerja adalah sah apabila memenuhi syarat sah nya perjanjian dan asas- asas hukum perikatan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 14 UU Ketenagakerjaan, perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 78 Dalam Pasal 1601a KUHPerdata, memberikan definisi perjanjian kerja adalah perjanjian dimana pihak yang satu, buruh, mengikatkan diri untuk berkerja pada pihak yang lain, majikan, selama waktu tertentu dengan menerima upah. 79 Berdasarkan ketentuan Pasal 51 Ayat 1 dan 2 UU Ketenagakerjaan, perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, sangat disarankan bila seorang karyawan membuat perjanjian sacara tertulis dengan perusahaan tempat bekerja. Hal itu karena akan lebih aman bagi ke dua pihak. Jika salah satu pihak mengingkari kesepakatan, tidak akan mudah karena ada ada bukti tertulis. 80 77 Ibid., 78 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi Jakarta: Sinar Grafika,2009, hlm.41. 79 Abdul Rachmad Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1999, hlm.33. 80 Indra Yana, Tips Hukum Praktis HakKewajiban Karyawan Jakarta: Raih Asa Sukses,2010, hlm.10. Perjanjian kerja yang dibuat secara lisan, pengusaha wajib membuat surat pengangkatan, untuk memberikan kepastian hukum terutama mengenai hak-hak pekerja serta syarat-syarat kerja lainya. Kewajiban pembuatan perjanjian kerja dan surat pengangkatan dibebankan kepada pengusaha, dan apabila pengusaha tidak melakukan kewajibannya itu maka pengusaha bertanggung jawab terhadap akibat dari pelaksanaan hubungan kerja tersebut. Apabila dalam suatu hubungan kerja tidak terdapat perjanjian kerja, untuk menentukan ada tidaknya hubungan kerja dapat dilihat dari unsur-unsur adanya pekerjaan, perintah dan upah. 81 2. Syarat-syarat perjanjian kerja Syarat-syarat perjanjian kerja pada dasarnya dibedakan menjadi dua , yaitu syarat materil dan syarat formil. Syarat materil dari perjanjian keraja berdasarkan ketentuan Pasal 52 UU Ketenagakerjaan ialah; a. Kesepakatan kedua belah pihak b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan d. Pekejaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila di kaji lebih jauh sebenarnya ketentuan Pasal 52 UU Ketenagakerjaan itu mengadopsi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian kerja adalah salah satu bentuk perjanjian, sehingga harus memenuhi ketentuan syarat sahnya perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. 81 Saiful Anwar, Op. Cit., hlm.45. Berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata suatu perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi unsur-unsur : 82 a. Adanya kesepakatan; b. Kecakapan berbuat hukum; c. Hal tertentu; d. Causa yang dibenarkan. Syarat formil suatu perjanjian tenaga kerja diatur di dalam Pasal 54 UU Ketenagakerjaan yang menerangkan sebuah perjanjian kerja minimal memuat hal- hal sebagai berikut: a. Nama, alamat, dan jenis perusahaan b. Nama, jenis kelamin, usia, dan alamat karyawan c. Jabatan atau jenis pekerjaan d. Tempat pekerjaan e. Besaran upah dan cara pembayaran upah tersebut f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak pengusaha atau karyawan g. Waktu mulai bekerja dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja h. Tempat dan tangal perjanjian kerja dibuat i. Tanda tangan dari masing-masing pihak pengusaha atau wakilnya dan karyawan. 82 Asri Wijayanti, Op. Cit., hlm. 42. Perjanjian kerja adalah perjanjian awal seorang berkerja, yang syarat dan ketentuannya bisa berubah mengikuti ada atau tidaknya Peraturan Pemerintah PP danatau peraturan kerja bersama di sebuah perusahaan, tanpa harus merubah perjanjian kerja yang sudah ditandatangani. 83

B. Jenis Perjanjian Kerja