Eksekusi putusan terhadap sengketa perburuhan

Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri mengenai perselisihan hak dan perselisihan pemutusan pemutusan hubungan kerja yang terjadi akiat akuisisi mempunyai kekuatan hukum tetap apabila tidak diajukan permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja Pasal 110 UUPPHI : a. Bagi pihak yang hadir, terhitung sejak putusan dibacakan dalam sidang Majelis Hakim b. Bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima pemberitahuan putusan. Salah satu pihak atau para pihak yang hendak mengajukan permohonan kasasi harus menyampaikan secara tertulis melalui Sub Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Setempat. Sub Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri dalam waktu selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan kasasi harus sudah menyampaikan berkas perkara kepada ketua Mahkamah Agung Pasal 111 dan 112 UUPPHI.

D. Eksekusi putusan terhadap sengketa perburuhan

Salah satu persoalan yang kerap terjadi setelah keluarnya putusan pengadilan mengenai sengketa yang timbul akibat akuisisi adalah bagaimana melaksanakan putusan tersebut. Masalah ini muncul karena adakalanya satu pihak tidak puas terhadap putusan pengadilan mengenai akuisisi tersebut, sehingga sekalipun seluruh upaya hukum telah selesai dilakukan dan pihak tersebut dinyatakan sebagai pihak yang kalah, mereka tetap tidak bersedia memenuhi isi putusan dengan sukarela. 124 Eksekusi pelaksanaan secara resmi suatu putusan pengadilan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri. Bahwa eksekusi itu haruslah diperintahkan secara resmi oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang, sebagai pelaksanaan atas suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, atau atas putusan yang dinyatakan dapat dijalankan serta merta walaupun belum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap. 125 Adapun tata cara dan proses eksekusi adalah: 1. Teguran atau aanmaning 126 Setelah suatu putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, artinya tidak dapat diadakan upaya hukum lagi dan pihak yang kalah itu tidak mau atau lalai memenuhi isi putusan dengan sukarela, maka pihak yang memenangkan perkara mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berwenang atau memeriksa perkara pada tingkat pertama untuk melaksanakan putusan tersebut. Surat permohonan tersebut dikenal dengan nama permohonan teguran aanmaning. Surat permohonan teguran tersebut memuat identitas para pihak, amar putusan yang diminta eksekusi, alasan mengajukan permohonan dan hal-hal yang 124 Ibid., hlm. 135. 125 Ugo dan Pujio, Op. Cit., hlm. 184. 126 Ibid., hlm. 194. diminta agar dilaksanakan oleh ketua pengadilan. Permohonan eksekusi juga dalam mengajukan permohonan aanmaning harus melampirkan fotokopi salinan putusan yang akan dimohonkan eksekusi, seperti anjuran lembaga mediasi, koniliasi, arbitrase, perjanjian bersama, putusan Pengadilan Hubungan Industrial dan putusan Kasasi serta relas pemberitahuan putusan dari Pengadilan Hubungan Industrial 2. Peletakan sita eksekusi 127 Sita eksekusi dilakukan setelah putusan pokok perkara mengenai perselisihan akibat akuisisi diputus dan telah berkekuatan tetap, yang tujuannya bukan sekedar menjamin terpenuhinya tuntutan, tetapi lebih kepada pemenuhan isi putusan pengadilan mengenai akuisisi tersebut. Sita eksekusi dapat dilakukan terhadap barang bergerak dan apabila tidak ada atau tidak cukup, maka dapat juga dilakukan terhadap barang tidak bergerak. Pelaksanaan sita terhadap barang yang dimohonkan harus sebanding dengan jumlah hak yang diperintahkan untuk dipenuhi dalam putusan. Pelaksanaan sita oleh panitera atau pihak lain yang ditunjuk dilakukan dengan membuat berita acara peletakan sita yang memuat: a. Nama dan jenis barang yang disita b. Alamat tempat barang yang disita c. Tandatangan pihak yang disita 127 Sehat Damanik, Op. Cit., hlm. 143 d. Penegasan penjagaan barang yang disita oleh pihak yang menguasai objek yang disita e. Penjelasan atas pelaksanaan sita f. Tanggal, bulan dan tahun peletakan sita g. Saksi-saksi yang melihat pelaksanaan sita Setelah barang diletakkan sita, maka siapapun yang menguasai barang tersebut harus menjaga dan memeliharanya dengan baik. Barang-barang yang tidak dapat dipindahtangankan dengan cara apapun, karena apabila hal itu dilakukan, tindakan tersebut akan batal demi hukum. 3. Pelaksanaan lelang eksekusi 128 Setelah sita eksekusi terhadap putusan mengenai sengketa yang ditimbulkan akuisisi terkait dengan perjanjian kerja dijalankan, maka langkah selanjutnya dilakukan lelang terhadap barang yang telah disita eksekusi, untuk itu pemohon eksekusi harus mengajukan surat permohonan lelang kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berwenang. Untuk melaksanakan lelang eksekusi, maka pihak pemohon eksekusi terlebih dahulu harus membayar panjar biaya lelang eksekusi. Setelah biaya di bayar, barulah lelang eksekusi dapat dilaksanakan. Penjualan barang yang disita dilakukan untuk membayar sejumlah nilai tertentu sesuai putusan Pengadilan kepada pemohon eksekusi, yang pelaksanaannya dilakukan dengan perantaraan kantor lelang atau menurut keadaan sesuai dengan pertimbangan Ketua Pengadilan. Penjualan 128 Ugo dan Pujio, Op. Cit., hlm. 196. barang bergerak dilakukan secara tertulis, dengan terlebih dahulu mengumumkannya kepada khalayak ramai dengan penawaran tinggi. Penjualan barang tidak bergerak terlebih dahulu harus diumumkan satu kali dalam surat kabar yang terbit di tempat itu, sekurang-kurangnya 14 empat belas hari sebelum hari pelelangan dilaksanakan. Hak atas barang tidak bergerak pindah seketika kepada pembeli setelah dipenuhinya syarat-syarat pembelian. Sebagai bukti pembelian, Kantor Lelang membeli surat keterangan kepad pembeli. Dalam hal yang kalah tidak mau meninggalkan barang tidak bergerak itu, maka Ketua Pengadilan Negeri member surat perintah atau dengan bantuan Polisi untuk mengosongkan barang tidak bergerak itu. 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan