Pengertian Sengketa Perburuhan Akibat Hukum Akuisisi Terhadap Perjanjian Tenaga Kerja

72 BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN TERHADAP PERSEROAN YANG MELAKUKAN AKUISISI

A. Pengertian Sengketa Perburuhan

Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial selanjutnya disebut dengan UUPPHI, memberi istilah sengketa perburuhan dengan Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh, karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan hubungan kerja, serta perselisihan antar serikat pekerja serikat buruh dalam suatu perusahaan Bab I, Pasal 1 Nomor 22 UU Ketenagakerjaan. Berdasarkan pengertian ini dapat disebutkan bahwa penyebab utama perselisihan perburuhan adalah karena adanya pertentangan pendapat antara buruh dengan pengusaha. Pertentangan pendapat antara buruh dengan pengusaha. Pertentangan pendapat tersebut dapat mengakibatkan: 1. Perselisahan hak 95 Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul akibat adanya perbedaan penafsiran keinginan buruh dan pengusaha terhadap hal-hal yang telah di atur dalam peraturan perburuhan, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Perselisihan hak sering juga disebut sebagai perselisihan yang bersifat normatif, yaitu perselisihan terhadap hal-hal yang telah ada pengaturan atau dasar hukumnya. 2. Perselisihan kepentingan 96 Berbeda dengan perselisihan hak, perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul terhadap hal-hal yang belum di atur dalam perundang- undangan, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Pada tahap penyelesaian perselisihan, ada perbedaan anatara perselisihan hak dan kepentingan. Penyelesaian perselisihan hak hanya dapat dilakukan melalui lembaga konsiliasi. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atatu peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama Pasal 1 Angka 3 UUPPHI. 95 Sehat damanik, Hukum Acara Perburuhan Menyelesaikan Perselisihan Hubungan Industrial Menurut UU No.2 Tahun 2004 disertai Contoh Kasus Jakarta: DDS Publishing,2004, hlm. 21 96 Ibid., hlm. 23 3. Perselisihan PHK 97 Adalah perselisihan yang terjadi akibat Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan, permohonan PHK bisa dilakukan oleh pengusaha dan bisa juga oleh buruhpekerja. pengusaha bisa melakukan PHK dengan beberapa alasan, yaitu: pekerja buruh memasuki masa pensiun, pekerja melakukan kesalahan, pekerja meninggal Dunia, pekerja tersangkut tindak pidana dank arena penutupan perusahaan. Sedangkan alasan pekerja buruh mengajukan PHK terhadap pengusaha adalah apabila pengusaha melakukan kesalahan berat terhadap pekerja. Selain faktor tersebut, pemutusan hubungan kerja juga dapat terjadi akibat adanya perubahan status perusahaan , baik itu dikarenakan akuisisi atau pun karena merger. Pada umumnya perselisihan PHK terjadi akibat pertentangan pendapat terhadap dua hal, yaitu sah atau tidak nya PHK dan atau besarnya jumlah pesangon. Apabila PHK dilakukan dengan alasan yang jelas dan kuat, maka beban pengusaha untuk membayar pesangon akan semakin rendah atau bahkan tidak ada. Sebaliknya, apabila PHK tersebut dilakukan secara sewenang-wenang, maka beban tersebut akan semakin besar karena undang-undang memberi hak kepada pekerja buruh untuk meminta pesangon yang tinggi 4. Perselisihan antar serikat pekerja serikat buruh dalam satu perusahaan yang sama 98 97 Ibid., 98 Ibid., Berdasarkan pengertian ini, berarti dalam satu perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerjaburuh. Ini dimungkinkan karena Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerjaburuh memberi kemudahan untuk mendirikan serikat. Menurut Pasal 5 Ayat 2 undang-undang tersebut, pendirian organisasi buruh sudah dapat dilakukan apabila mempunyai 10 orang anggota. Hal itu berarti, apabila satu perusahaan mempunyai buruh sebanyak 5000 orang, maka ratusan serikat pekerja buruh sudah dapat didirikan. Untuk berbagai perselisihan yang terjadi seperti tersebut di atas, penyelesaiannya harus dimulai dengan perundingan secara dua pihak biparte anatara pengusaha dan pekerja. Apabila upaya biparte gagal, maka salah satu atau kedua belah pihak dapat mengajukan penyelesaian melalui lembaga mediasi, konsiliasi atau arbitrase. Apabila upaya tersebut gagal, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui pengajuan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial yang ada pada Pengadilan Negeri. Apabila ada perselisihan, tentunya ada pihak-pihak yang saling berselisih. Pihak-pihak yang berselisih ini lah yang kemudian dapat menjadi pihak yang dapat berpekara pada lembaga-lembaga penyelesaian jika terjadi penyelesaian jika terjadi perselisihan atau sengketa. Peradilan hubungan industrial ini merupakan peradilan khusus di mana para pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian sengketa perburuhan tentunya khusus pula, yaitu para pihak yang berasal dari masyarakat industri, bukan masyarakat pada umumnya. Para pihak yang dapat berperkara adalah pekerja buruh secara perseorangan maupun organisasi serikat pekerja serikat buruh dengan pengusaha atau organisasi pengusaha. Pihak yang berperkara dapat juga terjadi anatara pihak serikat pekerja serikat buruh dengan sertifikat pekerja sertifikat buruh lain dalam suatu perusahaan. Dalam ketentuan umum UUPPHI memberikan batasan sebagai berikut: 99 a. Pekerja buruh adalah setiap orang yang berkerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja buruh yang dimaksud di sini meliputi pekerja buruh pada perusahaan swasta, BUMND, usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak berbentuk perusahaan tetapi mempunyai pengurus. b. Serikat pekerja adalah oragnisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerjaburuh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan baik yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja buruh dan keluarganya. c. Pengusaha adalah: 1 Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri 2 Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya 99 Ugo dan Pujio, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Tata Cara dan Proses Penyelesaian Sengketa Perburuhan Jakarta: Sinar Grafika,2012, hlm.26 3 Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagai mana dimaksud diatas yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. d. Perusahaan adalah: 1 Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerjaburuh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 2 Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 3 Persekutuan atau badan hukum yang dimaksud di sini adalah perusahaan Swasta, Badan Usaha Milik NegaraDaerah, usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak berbentuk perusahaan, tetapi mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah.

B. Penyelesaian Sengketa Perburuhan Melalui Lembaga Non Litigasi