mengeluarkan perintah pelaksanaan eksekusi selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari terhitung sejak dikeluarkannya putusan arbitrase.
113
C. Penyelesaian Sengketa Perburuhan Melalui Lembaga Litigasi
Penyelesaian sengketa perburuhan yang diakibatkan oleh akibat hukum akuisisi terhadap perjanjian kerja pada perseroan selain dapat dilakukan dengan
lembaga non litigasi dapat dilakukan melalui lembaga litigasi atau pengadilan. Pasal 136 ayat 2 UU Ketenagakerjaan memberi penjelasan bahwa dalam hal
penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan Industrial yang diatur dalan undang-undang.
Undang- undang menjamin penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara cepat, tepat, adil, dan murah melalui Pengadilan Hubungan Industrial yang
berada pada lingkungan peradilan umum dengan membatasi proses dan tahannya dengan tidak membuka kesempatan untuk mengajukan banding ke Pengadilan
Tinggi. Selain itu waktu yang dibutuhkan dalam proses berperkara di Pengadilan Hubungan Industrial lebih cepat karena hanya menghabiskan waktu paling lama
50 lima puluh hari. Penyelesaian Hubungan Industrial melalui Pengadilan
113
Ibid.,
Hubungan Industrial dilakukan, apabila tahapan proses bipartit, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase tidak dapat menemui titik temu.
114
Pasal 3 UUPPHI menyebutkan bahwa penyelesaian hubungan industria wajib diupayakan penyelesaian terlebih dahulu melalui perundingan bipartit
secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila upaya bipartit gagal menemui titik temu instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
setempat wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase. Dalam hal para pihak tidak
menetapkan pilihan penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrase dalam waktu 7 tujuh hari kerja, maka instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator.
115
Pasal 5 UUPPHI menyebutkan dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka salah satu pihak dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial. Dengan kata lain, apabila penyelesaian bipartit gagal, penyelesaian perkara perselisihan hubungan industrial
tidak dapat langsung dilakukan melalui lembaga litigasi. Penyelesaian tetap terlebih dahulu dilimpahkan kepada lembaga mediasi atau konsiliasi, apabila
lembaga ini gagal penyelesaian perselisihan hubungan industrial baru akan dilimpahkan kepada lembaga non litigasi atau Pengadilan Hubungan Industrial.
114
Suria Ningsih, Op. Cit., hlm. 213.
115
Pasal 4 UUPPHI
Permohonan pemeriksaan dilakukan dengan mengajukan gugatan oleh salah satu pihak yang tidak menerima anjuran yang telah dikeluarkan oleh
Mediator ataupun Konsiliator, kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial. Pemeriksaan sengketa Perselisihan Hubungan Industrial dilaksanakan oleh Majelis
Hakim yang beranggotakan 3 tiga orang, yakni seorang Hakim Pengadilan Negeri dan 2 dua orang hakim Ad-Hoc yang pengangkatannya diusulkan oleh
organisasi pengusaha dan organisasi pekerja buruh.
116
1. Susunan pengadilan hubungan industrial
117
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa,
mengadili dan memberi putusan terhadap Hubungan Industrial. Adapun susunan hakim di Pengadilan Hubungan Industrial adalah:
a. Hakim,
b. Hakim Ad Hoc
c. Panitera Muda, dan
d. Panitera pengganti
Tugas dan wewenang Pengadilan Hubungan Industrial diantaranya adalah: a.
Tingkat pertama mengenai perselisihan hak b.
Tingkat pertama dan terakhir mengenai perseisihan kepentingan c.
Tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja
116
Ibid.,
117
Sehat Damanik, Op. Cit., hlm. 62.
d. Tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja
serikat buruh dalam satu perusahaan. Di sebut tingkat pertama, berarti terhadap perselisihan akibat akuisisi
tersebut masih ada upaya hukum lanjutan, seperti kasasi atau Peninjauan Kembali. Sedangkan apabila disebut tingkat pertama dan terakhir, maka
putusan yang dikeluarkan telah bersifat final dan tidak ada lagi upaya hukum lanjutan
118
. 2.
Gugatan perselisihan hubungan industrial Surat gugatan adalah surat yang berisikan tuntutan Penggugat yang
dimintakan untuk di putus oleh hakim pengadilan. Tuntutan dilakukan karena Tergugat telah melakukan tindakan melawan hukum yang menimbulkan
kerugian terhadap Penggugat. Penyelesaian melalui pengadilan merupakan upaya terakhir, ketika upaya penyelesaian secara kelurga gagal menyelesaikan
persoalan. Dalam Pasal 83 Ayat 1 UUPPHI menyatakan bahwa mengumpulkan fakta-fakta, alat-alat bukti, dan risalah penyelesaian melalui
mediasi atau konsoliasi sebagai lampiran surat gugatan. Surat gugatan harus dilampiri dengan risalah penyelesaian perselisihan. Sebelum Penggugat
membuat surat gugatan terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis perselisihan pada hubungan industrial yang akan diperkarakan secara perdata
dan duduk persoalan yang sebenarnya.
118
Ibid.,
Setiap pengajuan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial harus dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. Bila hal itu
tidak di lengkapi maka hakim pengadilan hubungan industrial wajib mengembalikan gugatan kepada Penggugat. Sedangkan mengenai kerkurangan
yang terdapat dalam gugatan, hakim Pengadilan Hubungan Industrial dapat meminta Penggugat untuk menyempurnakannya. Dalam penyempurnaan
gugatan tersebut, Panitera atau Panitera pengganti dapat membantu penyusunan atau menyempurnakan gugatan. Untuk itu Panitera atau Panitera
Pengganti mencatat dalam daftar khusus yang memuat:
119
a. Nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para pihak
b. Pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan atau objek gugatan
c. Dokumen-dokumen, surat-surat dan hal-hal lain yang di anggap perlu
oleh Penggugat. Ketua Pengadilan Negeri dalam waktu selambat-lambatnya 7 tujuh
hari kerja setelah menerima gugatan harus sudah menetapkan Majelis Hakim yang terdiri atas 1 satu orang Hakim sebagai Ketua Majelis dan 2 dua
orang hakim Ad-Hoc sebagai anggota majelis yang memeriksa dan memutus perselisihan yang ditimbulkan dari akibat hukum akuisisi terhadap perjanjian
kerja.
120
119
Suria Ningsih, Op. Cit., hlm. 218.
120
Ibid.,
3. Pemeriksaan dengan acara biasa
121
Pemeriksaan dengan cara biasa terkait sengketa yang ditimbulkan akibat akuisisi, diatur dalam Pasal 89 UUPPHI. Sidang pertama perkara
perselisihan hubungan industrial sudah harus dilaksanakan selambat- lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak penetapan majelis hakim. Pemanggilan
untuk datang ke sidang pengadilan dilakukan secara sah apa bila disampaikan dengan surat panggilan kepada para pihak di alamat tinggalnya atau apabila
tempat tinggalnya tidak diketahui disampaikan di kediaman terakhir. Namun, apabila tempat tinggal maupun tempat kediaman terakhir tidak dikenal, maka
surat panggilan ditempelkan pada tempat pengumuman di Gedung Pengadilan Hubungan Industrial yang memeriksanya. Dalam rangka memperlancar proses
persidangan khususnya pada saat pembuktian dilakukan, Majelis Hakim dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dipersidangan guna diminta dan
didengar keterangannya. Berkaitan dengan hal ini, berlaku ketentuan bahwa setiap orang atau siapa saja yang dipanggil untuk menjadi saksi atau saksi ahli,
yang bersangkutan berkewajiban untuk memenuhi penggilan dan memberikan kesaksiannya di bawah sumpah.
Keterangan saksi adalah keterangan secara lisan dimuka hakim tentang hal-hal atau kejadian tertentu yang didengar, dilihat dan dialami sendiri.
Keterangan yang diberikan berdasarkan kesimpulan sendiri atas pendapat atau perkiraan atau keterangan yang didengar dari pihak ketiga. Dengan demikian
121
Ibid., hlm. 219.
keterangan tersebut haruslah keterangan yang didapat secara langsung dan disampaikan secara lisan di muka sidang. Dalam perkara hubungan industrial
yang diakibatkan adanya akuisisi, pembuktian bukan hanya melalui keterangan saksi, namun juga berlaku alat-alat bukti tertulis bisa dalam bentuk
perjanjian kerja bersama, surat skorsing, surat PHK, berita acara pertemuan, slip gaji dan bukti-bukti yang berkaitan. Umunya bukti-bukti tersebut
merupakan akta dibawah tangan, yang dibuat sendiri oleh pekerja buruh dengan pengusaha tanpa campur tangan pejabat yang berwenang. Agar bukti
surat dapat diterima sebagai alat pembuktian yang sah secara hukum, maka bukti tersebut harus di fotokopi dan di legalisir di Kantor Pos.
122
Setelah proses pembuktian di anggap selesai, dan para pihak telah menyatakan tidak lagi menambah bukti-bukti dan keterangan lain, maka
majelis hakim akan memberikan waktu kepada para pihak untuk memberikan kesimpulan atas semua proses persidangan yang telah dilaksanakan. Dalam
prakteknya pembuatan kesimpulan bertujuan untuk membantu majelis hakim dalam menilai segala fakta dan bukti-bukti, sehingga keadilan yang
sesungguhnya dapat ditegakkan.
123
4. Pemeriksaan dengan cara cepat
Pemeriksaan dengan cara cepat ini diatur dalam Pasal 98 dan 99 UUPPHI. Dalam Pasal 98 dijelaskan bahwa pemeriksaan dengan cara cepat
122
Sehat Damanik, Op. Cit., hlm. 88-89
123
Ibid., hlm. 103
dapat dilaksanakan apabila terdapat kepentingan para pihak dan atau salah satu pihak yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-
alasan permohonan dari yang berkepentingan, para pihak dan atau salah satu pihak dapat memohon pada Pengadilan Hubungan Industrial supaya
pemeriksaan sengeta akibat akuisisi dipercepat. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari kerja setelah diterimanya permohonan, Ketua Pengadilan Negeri
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan tersebut.
Pasal 99 UUPPHI dalam hal permohonan pemeriksaan dengan cara cepat dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 7 tujuh hari
kerja setelah dikeluarkannya penetapan tentang dikabulkannya permohonan pemeriksaan dengan cara cepat kemudian menentukan Majelis Hakim, hari,
tempat, dan waktu sidang tanpa melalui proses pemeriksaan. Dalam hal mengenai jawaban dan pembuktian dari kedua belah pihak dalam pemeriksaan
secara cepat, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 empat belas hari kerja.
5. Putusan
Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di
persidangan yang terbuka untuk umum dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara akuisisi yang dihadapkan padanya. Putusan yang
dimaksud bukan saja yang diucapkan, melainkan juga pernyataan yang
dituangkan dalam bentuk tertulis kemudian diucapkan oleh hakim di persidangan. Dalam Pasal 102 Ayat 1 UUPPHI, putusan Pengadilan harus
memuat : a.
Kepala putusan,
yang berbunyi
“DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” b.
Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat kedudukan para pihak yang berselisih
c. Ringkasan pemohon Penggugat dan jawaban termohon tergugat yang
jelas d.
Pertimbangan terhadap setiap bukti data yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa
e. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan
f. Amar hukum yang menjadi dasar putusan
g. Hari, tanggal putusan, nama Hakim, Hakim Ad-Hoc yang memutus,
nama Panitera, serta keterangan tentang hadir atau tidaknya para pihak Dengan tidak terpenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud diatas,
dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan Hubungan Industrial. Putusan pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri mengenai
perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja buruh dalam suatu perusahaan merupakan putusan akhir yang bersifat tetap Pasal 109
UUPPHI.
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri mengenai perselisihan hak dan perselisihan pemutusan pemutusan hubungan
kerja yang terjadi akiat akuisisi mempunyai kekuatan hukum tetap apabila tidak diajukan permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung dalam waktu
selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja Pasal 110 UUPPHI : a.
Bagi pihak yang hadir, terhitung sejak putusan dibacakan dalam sidang Majelis Hakim
b. Bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima
pemberitahuan putusan. Salah satu pihak atau para pihak yang hendak mengajukan permohonan
kasasi harus menyampaikan secara tertulis melalui Sub Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Setempat. Sub
Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri dalam waktu selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan kasasi harus sudah menyampaikan berkas perkara kepada ketua Mahkamah Agung Pasal 111 dan 112 UUPPHI.
D. Eksekusi putusan terhadap sengketa perburuhan