C. Akibat Hukum Akuisisi Perseroan Terbatas Terhadap Perjanjian Tenaga
Kerja
Dunia bisnis yang semakin berkembang otomatis membuat persaingan semakin ketat. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan dengan melakukan
akuisisi agar ruang gerak perusahaan menjadi lebih bebas. Pengakuisisian perusahaan tentu membawa konsekuensi dari sisi manajerial. Perubahan itu bisa
pada target yang semakin meningkat, peraturan perusahaan semakin ketat, dan peningkatan kesejahteraan. Namun tidak jarang perubahan itu justru tidak dapat
diterima oleh sebagian karyawan lama.
87
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa setiap perseroan yang akan melakukan
akuisisi harus
memperhatikan karyawan
perusahaan dan
memperhatikan kepentingan karyawan. Para pekerja dalam perusahaan yang melakukan akuisisi merupakan salah satu pihak yang mesti diperhatikan dan
diperhitungkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan para pekerja ini sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip umum mengenai kebijaksanaan kesejahteraan sosial yang akan
diterapkan setelah terjadi akuisisi. 2.
Waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi pekerja. 3.
Cara dan saat untuk menginformasikan adanya akuisisi kepada pekerja.
87
Indra Yana, Op. Cit., hlm. 60
4. Cara-cara untuk mencagah atau setidak-tidaknya mengeliminasi kemungkinan
materil kepada pihak pekerja, termasuk memberkan kompensasi yang bersifat materil.
5. Aktiva khusus dari organisasi pekerja dalam perusahaan.
6. Suatu generasi terhadap keamanan dan ketersediaan pekerjaan setelah
dilakukan penggabungan. Kasus yang sering terjadi dalam akuisisi, sering kali dengan alasan
peningkatan efisiensi dan perampingan usaha, setelah akuisisi sebagian pekerja diputuskan untuk dilakukan PHK Pemutusan Hubungan Kerja. Pihak pekerja
biasanya tidak mempunyai upaya hukum apa pun untuk menolak PHK tersebut, jika alasan PHK tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, maka PHK tersebut sudah sah, meskipun dalam undang- undang mensyaratkan perlindungan terhadap pihak karyawan perusahaan, di
samping perlindungan pihak-pihak lainnya, dalam hal terjadinya akuisisi. Pada dasarnya berdasarkan ketentuan Pasal 61 Ayat 2 dan 3 UU
Ketenagakerjaan menyatakan bahwa: 1.
Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau
hibah. 2.
Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerjaburuh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerjaburuh.
Akibat terjadinya peralihan perusahaan take over melalui jual beli sahamaset, maka segala sesuatu yang menyangkut penyelesaian peralihan
tersebut, diselesaikan berdasarkan klausal dalam perjanjian jual beli sahamaset yang dimaksud. Apabila dalam perjanjian jual beli perusahaan yang dimaksud
tidak terdapat kalausal atau tidak diperjanjikan hal-hal yang menyangkut penyelesaian peralihan tersebut, termasuk penyelesaian status dan hak-hak atau
kewajiban terhadap karyawan, maka pada saat terjadinya pengakhiran hubungan kerja, hak dan kewajiban yang berhubungan dengan karyawan menjadi tanggung
jawab pengusaha baru. Jika dalam perjanjian pengalihan perusahaan tidak diatur dan diperjanjikan mengenai status hubungan kerja maka apabila karyawan akan di
lakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK, perhitungan masa kerjanya diperhitungkan sejak dimulainya hubungan kerja di perusahaan yang dimaksud
dan hak-hak nya berlaku sebagaimana ketentuan dalam undang-undang Ketenagakerjaan, yang semuanya menjadi tanggung jawab pengusaha baru.
88
Seperti yang telah diatur dalam Pasal 61 Ayat 2 UU Ketenagakerjaan bahwa perubahan status perusahaan baik itu karena akuisisi atau pengambilalihan
tidak mengakibatkan berakhirnya perjanjian kerja antara perusahaan dengan karyawan. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja PHK baik itu atas permintaan karyawan sendiri dan Pemutusan Hubungan Kerja PHK yang dilakukan atas inisiatif dari perusahaan seperti yang
di atur dalam Pasal 61 Ayat 3 UU Ketenagakerjaan.
88
https:mantanburuh.wordpress.com diakses pada tanggal 06032015
1. Hal hubungan kerja berlanjut
Pasal 61 Ayat 2 UU Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perubahan status perusahaan baik itu karena akuisisi atau pengambilalihan tidak
mengakibatkan berakhirnya perjanjian kerja antara perusahaan dengan karyawan Dalam hal terjadi pengambilalihan dan hubungan kerja tetap berlanjut, maka
status hubungan kerja buruh tetap dengan perusahaan yang membuat perjanjian kerja. Hal ini karena pengambilalihan tidak mengakibatkan status perusahaan
yang diambilalih berakhir demi hukum, namun dalam organisasi perusahaan akanada perubahan komposisi pemegang saham, suara dominan dalam RUPS dan
berpeluang adanya pengganti direksi.
89
Namun, bagi karyawan yang tetap akan bertahan, perlu melakukan perundingan kembali dengan manajemen perusahaan
terkait hak dan kewajiban. Pembahasan itu untuk menentukan kembali berbagai hal yang dapat mengganjal, seperti pengakuan masa kerja, beban kerja, dan
tunjangan, serta dapat pula memperbarui perjanjian kerja bersama yang sudah ada.
90
Hal ini sesuai dengan syarat berlakunya syarat dalam melakukan akuisisi atau pengambilalihan yang di atur dalam Pasal 126 Ayat 1 UUPT bahwa
akuisisi atau pengambilalihan wajib memperhatikan kepentingan karyawan perseroan, dan karyawan yang memiliki hak untuk mengajukan keberatan
terhadap rencana pengambilalihan.
89
https:izzuljustitia.com diakses pada tanggal 06032015
90
Indra Yana , Op. Cit., hlm. 62
2. Hal hubungan kerja tidak berlanjut pemutusan hubungan kerja
Pada dasarnya perubahan status perusahaan akibat akuisisi tidak membuat berakhirnya perjanjian kerja antara pengusahamajikan dengan buruh pekerja.
Namun, akibat dari akuisisi tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Dalam hubungan kerja yang tidak berlanjut
pemutusan hubungan kerja yang terjadi akibat pengambilalihan perusahaan atau akuisisi pihak yang dapat memutuskan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan
hubungan kerja ialah: a.
Pemutusan hubungan kerja atas kemauan buruhpekerja sendiri. AkuisisiPengambilalihan,
tidak mengakibatkan
putusnya hubungan kerja. Namun, apabila buruhpekerja menyatakan tidak bersedia lagi
melanjutkan hubungan kerja maka di anggap sebagai mangundurkan diri secara sukarela.
91
Sehubungan dengan hal ini maka buruhpekerja berhak mendapatkan hak sesuai dengan Pasal 162 UU Ketenagakerjaan yaitu:
1 berhak mendapat uang pergantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal
156 Ayat 4 UU Ketenagakerjaan yaitu; a
Cuti tahunan yang belum di ambil dan belum gugur; b
Biaya ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja.
c Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan
ditetapkan 15 lima belas perseratus dari uang pesangon
91
www.hukumonline.com diakses pada tanggal 07032015
danatau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama. 2
Bagi pekerjaburuh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha
secara langsung selain menerima uang penggantian hak sesuai dengan Pasal 156 Ayat 4 UU Ketenagakerjaan diberikan uang pisah yang
besarnya dan pelaksanaannya di atur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
b. Pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan
Pasal 163 UU Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa, pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan dapat terjadi karena disebabkan oleh 2 hal
,yaitu: 1
Sesuai dengan ketentuan Pasal 163 Ayat 1 UU Ketenagakerjaan menetapkan bahwa pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja terhadap pekerjaburuh dalam hal terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan
pekerjaburuh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka: a
pekerjaburuh berhak atas uang pasangon sebesar satu kali sesuai dengan ketentuan
Pasal 156 Ayat 2 UU Ketenagakerjaan ,yaitu:
1 masa kerja kurang dari 1 satu tahun, 1 satu bulan
upah; 2
masa kerja 1 satu tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 dua tahun, 2 dua bulan upah;
3 masa kerja 2 dua tahun atau lebih tetapi kurang dari 3
tiga tahun, 3 tiga bulan upah; 4
masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 empat tahun, 4 empat bulan upah;
5 masa kerja 4 empat tahun atau lebih tetapi kurang dari
5 lima tahun, 5 lima bulan upah; 6
masa kerja 5 lima tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 enam tahun , 6 enam bulan upah;
7 masa kerja 6 enam tahun atau lebih tetapi kurang dari
7 tujuh tahun, 7 tujuh bulan upah; 8
masa kerja 7 tujuh tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 delapan tahun, 8 delapan bulan upah
9 masa kerja 8 delapan tahun atau lebih , 9 Sembilan
bulan upah. b
Pekerja berhak mendapatkan uang penghargaan masa kerja 1 satu kali sesuai dengan ketentuan Pasal 156 Ayat 3 UU
Ketenagakerjaan yaitu:
1 Masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 6
enam tahun, 2 dua bulan upah; 2
Masa kerja 6 enam tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Sembilan tahun, 3 tiga bulan upah;
3 Masa kerja 9 Sembilan tahun atau lebih tetapi kurang
dari 12 dua belas tahun, 4 empat bulan upah; 4
Masa kerja 12 dua belas tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 lima belas tahun, 5 lima bulan upah;
5 Masa kerja 15 lima belas tahun atau lebih tetapi
kurang dari 18 delapan belas tahun,6 enam bulan upah
6 Masa kerja 18 delapan belas tahun atau lebih tetapi
kurang dari 21 dua puluh satu tahun, 7 tujuh bulan upah;
7 Masa kerja 21 dua puluh satu tahun atau lebih tetapi
kurang dari 24 dua puluh empat tahun, 8 delapan bulan upah;
8 Masa kerja 24 dua puluh empat tahun atau lebih, 10
sepuluh bulan upah. c
Pekerja juga berhak mendapat uang pergantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 Ayat 4 UU Ketenagakerjaan
yaitu;
1 Cuti tahunan yang belum di ambil dan belum gugur;
2 Biaya ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan
keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja.
3 Penggantian perumahan serta pengobatan dan
perawatan ditetapkan 15 lima belas perseratus dari uang pesangon danatau uang penghargaan masa kerja
bagi yang memenuhi syarat; 4
Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
2 Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerjaburuh karena perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerjaburuh
berhak atas: a
Pekerja berhak menerima uang pasangon sebesar 2 dua kali ketentuan Pasal 156 Ayat 2 UU Ketenagakerjaan yaitu;
1 masa kerja kurang dari 1 satu tahun, 1 satu bulan
upah; 2
masa kerja 1 satu tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 dua tahun, 2 dua bulan upah;
3 masa kerja 2 dua tahun atau lebih tetapi kurang dari 3
tiga tahun, 3 tiga bulan upah;
4 masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 4
empat tahun, 4 empat bulan upah; 5
masa kerja 4 empat tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 lima tahun, 5 lima bulan upah;
6 masa kerja 5 lima tahun atau lebih tetapi kurang dari 6
enam tahun , 6 enam bulan upah; 7
masa kerja 6 enam tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tujuh tahun, 7 tujuh bulan upah;
8 masa kerja 7 tujuh tahun atau lebih tetapi kurang dari
8 delapan tahun, 8 delapan bulan upah 9
masa kerja 8 delapan tahun atau lebih , 9 Sembilan bulan upah.
b Pekerja berhak menerima uang penghargaan masa kerja 1 satu
kali ketentuan dalam Pasal 156 Ayat 3 UU Ketenagakerjaan yaitu;
1 Masa kerja 3 tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari 6
enam tahun, 2 dua bulan upah; 2
Masa kerja 6 enam tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 Sembilan tahun, 3 tiga bulan upah;
3 Masa kerja 9 Sembilan tahun atau lebih tetapi kurang
dari 12 dua belas tahun, 4 empat bulan upah;
4 Masa kerja 12 dua belas tahun atau lebih tetapi kurang
dari 15 lima belas tahun, 5 lima bulan upah; 5
Masa kerja 15 lima belas tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 delapan belas tahun, 6 enam bulan
upah 6
Masa kerja 18 delapan belas tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 dua puluh satu tahun, 7 tujuh bulan
upah; 7
Masa kerja 21 dua puluh satu tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 dua puluh empat tahun, 8 delapan
bulan upah; 8
Masa kerja 24 dua puluh empat tahun atau lebih, 10 sepuluh bulan upah.
c Pekerjaburuh berhak mendapat uang penggantian hak sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 156 Ayat 4 UU
Ketenagakerjaan yaitu: 1
Cuti tahunan yang belum di ambil dan belum gugur; 2
Biaya ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima
bekerja. 3
Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 lima belas perseratus dari
uang pesangon danatau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
4 Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Setelah diberikan penjelasan mengenai dampak akuisisi perseroan terbatas
terhadap perjanjian kerja, berikut terdapat beberapa contoh perusahaan yang melakukan akuisisi tanpa mengakibatkan berakhirnya perjanjian kerja,
diantaranya: a.
Akuisisi BenQ terhadap Siemens. Kasus akuisisi ini adalah pembelian sebagian besar saham Siemens oleh
BenQ. Siemens merupakan sebuah produsen ponsel dari jerman ini didirikan pada 12 Oktober 1847 oleh werner von siemens. Setelah sempat menjadi penguasa
pasar eropa, kemudian pada tahun 2005 Siemens mengalami kerugian operasional sebesar US 170 juta, setelah pangsa pasarnya terus mengalami penurunan. Saat
ini, Siemens hanya menguasai sekitar 5 pasar ponsel dunia, sangat jauh tertinggal dari Nokia yang menguasai 30 pasar. Kerugian yang didapat tersebut
kemudian memaksa Siemens menjual saham pada BenQ yang kemudian BenQ akan menggunakan merek Siemens dalam produknya selama lima tahun sebagai
akibat dari perjanjian akuisisi tersebut. Perusahaan Taiwan tersebut juga akan melakukan take over terhadap 6.000 pekerja namun hanya sebagai karyawan
kontrak. Kalangan analis pasar modal menilai, langkah Siemens untuk mengalihkan unit ponselnya ke BenQ melalui akuisisi yang dilakukan BenQ
adalah yang terbaik daripada meningkatkan dana tunai untuk mempertahankan kestabilan bisnis. Dalam penutupan perdagangan di Bursa Efek Frankfurt kemarin,
saham Siemens naik EUR 1.19 atau 1,94 persen menjadi EUR 62,40.
92
b. Akuisisi PT HM Sampoerna dengan Philip Morris International
Keluarga Putera Sampoerna dan sejumlah pemegang saham lain menjual sahamnya sebanyak 40 di PT HM Sampoerna kepada Phillip Morris
International Inc. pada Tanggal 18 Maret 2005. Produsen rokok asal Amerika Serikat itu, lewat anak usahanya PT Phillip Morris Indonesia, membeli saham
Sampoerna dengan harga Rp 10.600 per lembar senilai US 2 miliar Rp 18,6 triliun. Siaran pers Phillip Morris menyebutkan, Phillip Morris telah
menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi 40 saham Sampoerna, termasuk saham milik DuBuis Holding Limited. DuBuis merupakan perusahaan yang
dikendalikan Putera Sampoerna. Setelah akuisisi 40 saham itu rampung, Phillip Morris melakukan penawaran tender untuk membeli sisa saham Sampoerna milik
publik. Saham Sampoerna milik masyarakat dibeli dengan harga Rp 10.600 per lembar. Harga penawaran ini premium Iebih tinggi 20 dibanding harga saham
Sampoerna pada 10 Maret 2005 sebesar Rp 8.850 per lembar. Dengan asumsi semua dibeli lewat tender, nilai perusahaan Sampoerna mencapai Rp 48 triliun
US 5,2 miliar. Nilai itu termasuk utang perusahaan sebesar Rp 1,5 triliun. Pembelian saham HM Sampoerna oleh Philip Morris International PMI dengan
92
Dwikartikasari, http:dwikartikasari-18211665.blogspot.com201501contoh-kasus- dalam-masalah-akuisisi.html diakses pada 25 maret 2015
nilai transaksi diperkirakan mencapai US 5,2 miliar akan semakin mengukuhkan posisi Philips Morris di pasar rokok dunia.
93
Setelah akuisisi dilakukan, tetap tidak ada perubahan atau pengurangan terhadap hak-hak para pekerja PT HM Sampoerna. Malahan dengan adanya akuisisi ini
membawa dampak positif bagi para pekerja PT HM Sampoerna baik itu yang ada di jajaran atas maupun yang berada di jajaran bawah telah memperoleh tambahan
benefit.
94
93
http:alfareshi96.blogspot.com201403akuisisi-philip-morris-international.html diakses pada tanggal 25032015.
94
Tengku Lia Chairani, “Dampak Akuisisi Antara PT Philip Morris dengan PT HM
Sampoerna,Tbk Terhadap Status Karyawan PT HM Sampoerna,Tbk Ditinjau Dari Segi Hukum Dagang Studi Kasus di Medan
,” Skripsi, Ilmu Hukum, USU, 2006, Hlm. 107.
72
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN TERHADAP
PERSEROAN YANG MELAKUKAN AKUISISI
A. Pengertian Sengketa Perburuhan