3 Orang  perseorangan,  persekutuan  atau  badan  hukum  yang  berada  di
Indonesia  mewakili  perusahaan  sebagai  mana  dimaksud  diatas  yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
d. Perusahaan adalah:
1 Setiap  bentuk  usaha  yang  berbadan  hukum  atau  tidak,  milik  orang
perseorangan,  milik  persekutuan,  atau  milik  badan  hukum,  baik  milik swasta  maupun  milik  negara  yang  mempekerjakan  pekerjaburuh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 2
Usaha-usaha  sosial  dan  usaha-usaha  lain  yang  mempunyai  pengurus dan  mempekerjakan  orang  lain  dengan  membayar  upah  atau  imbalan
dalam bentuk lain. 3
Persekutuan  atau  badan  hukum  yang  dimaksud  di  sini  adalah perusahaan  Swasta,  Badan  Usaha  Milik  NegaraDaerah,  usaha-usaha
sosial  dan  usaha-usaha  lain  yang  tidak  berbentuk  perusahaan,  tetapi mempunyai  pengurus  dan  mempekerjakan  orang  lain  dengan
membayar upah.
B. Penyelesaian Sengketa Perburuhan Melalui Lembaga Non Litigasi
Akuisisi  perseroan  terbatas  dapat  mengakibatkan  berlanjutnya  hubungan kerja  dan  berakhirnya  hubungan  kerja.  Terhadap  berakhirnya  hubungan  kerja
akibat  dari  akuisisi,  tidak  jarang  menimbulkan  sengketa.  Salah  satu  cara penyelesaian  sengketa  perburuhan  yang  timbul  akibat  adanya  akuisisi  dapat
diselesaikan melalui cara penyelesaian perselisihan secara non litigasi atau diluar pengadilan.  Dalam  Pasal  136  Ayat  1  UU  Ketenagakerjaan  menjelaskan  bahwa
penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan  pekerjaburuh  atau  serikat  pekerjaserikat  buruh  secara  musyawarah  untuk
mufakat. Sebelum  berlakunya  UUPPHI  penyelesaian  perselisihan  dimulai  dari
pegawai  Perantara.  Atas  anjuran  yang  diberikan  Pegawai  Perantara,  maka  pihak yang  tidak  puas  dapat  mengajukan  banding  ke  Panitia  Penyelesaian  Perselisihan
Perburuhan  daerah  P4D.  Apabila  ada  pihak  yang  tidak  puas  atas  putusan  P4D maka dapat mengajukan banding ke Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Pusat P4P dan atas putusan P4P masih dapat mengajukan banding administratif ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Upaya  hukum  yang  terakhir  adalah  mengajukan  kasasi  ke  Mahkamah Agung  MA.  Namun  setelah  dikeluarkannya  UUPPHI  penyelesaian  perselisihan
bukan  lagi  diselesaikan  melalui  Pegawai  Perantara,  melainkan  melalui  lembaga mediasi, konsiliasi, atau arbitrase. Apabila upaya tersebut gagal , maka salah satu
atau  kedua  belah  pihak  dapat  mengajukan  gugatan  ke  Pengadilan  Hubungan industrial  yang  berada  di  Pengadilan  Negeri.  Dalam  UUPPHI  dikenal  beberapa
lembaga  yang  turut  berperan  dalam  proses  penyelesaian  perselisihan  hubungan
industrial. Lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga bipartit, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase.
100
1. Penyelesaian Bipartit.
101
Penyelesaian  melalui  bipartit  merupakan  upaya  penyelesaian  perselisihan hubungan  industrial  perselisihan  hak,  kepentingan,  PHK,  dan  antara  serikat
pekerjaburuh  dalam  satu  perusahaan  yang  dilakukan  secara  dua  pihak,  yaitu antara  pihak  pengusaha  dengan  pekerja  buruh  dalam  satu  perusahaan.
Penyelesaian perselisihan secara bipartit dimaksudkan untuk mencari jalan keluar atas perselisihan hubungan industrial  yang diakibatkan adanya akuisisi perseroan
dengan  cara  musyawarah  mufakat  secara  internal.  Baik  dalam  undang-undang lama  maupun  dalam  undang-undang  yang  sekarang  berlaku,  upaya  bipartit
merupakan  hal  wajib  dilakukan  sebelum  menempuh  upaya  yang  lebih  tinggi. Dalam  Pasal  3  Ayat  1  UUPPHI  dengan  tegas  disebutkan  bahwa  suatu
perselisihan  tidak  dapat  diajukan  kepada  lembaga  mediasi,  konsiliasi,  arbitrase, atau pengadilan sebelum upaya bipartit dilaksanakan.
Apabila  upaya  bipartit  berhasil  mencapai  kesepakatan,  maka  dibuat perjanjian  bersama  yang  mengikat  kedua  belah  pihak.  Selanjutnya  perjanjian
bersama  tersebut  didaftarkan  di  Pengadilan  Hubungan  Industrial  PHI  setempat guna mendapatkan Akta Bukti Pendaftaran, yang bisa dipergunakan sebagai dasar
untuk  dapat  mengajukan  eksekusi  apabila  ada  pihak  yang  mengingkari
100
Sehat Damanik, Op. Cit., hlm. 30
101
Ibid.,
kesepakatan.  Dalam  hal  apabila  bipartit mengalami  kegagalan,  maka  risalah  atas kegagalan  tersebut  juga  harus  dibuat  untuk  selanjutnya  diserahkan  kepada
mediator untuk kemudian ditindaklanjuti. Penyelesaian perselisihan melalui upaya bipartit  harus  sudah  dilakukan  dalam  waktu  selambat-lambatnya  30  tiga  puluh
hari sejak tanggal dimulainya perundingan. Penyelesaian  dikatakan  menguntungkan  bagi  kedua  belah  pihak  yang
berselisih.  Alasannya  karena  dalam  penyelesaian  bipartit  tidak  ada  pihak  ke  tiga yang tahu apabila ada perselisihan akibat akuisisi perseroan, sehingga nama baik
ke  dua  belah  pihak  masih  terjaga.  Apabila  perselisihan  diselesaikan  melalui lembaga yang lain bahkan sampai ke pengadilan akan memakan waktu dan biaya
bahkan  nama  baik  kedua  belah  pihak  akan  turun  di  mata  masyarakat  karena adanya  perselisihan.  Keutungan  yang  lain  dalam  bipartit  ini  adalah  tujuan  yang
akan  dicapai  adalah  sama-sama  menang,  tidak  ada  yang  kalah,  sehingga  solusi yang akan dihasilkan adalah menguntungkan kedua belah pihak.
102
2. Lembaga mediasi
Penyelesaian perselisihan akibat adanya akuisisi perseroan dapat dilakukan dengan cara mediasi. Dalam Pasal 2 Ayat 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun  2008  Tentang  Prosedur  Mediasi  di  Pengadilan  dinyatakan  bahwa  mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan  para  pihak  dengan  dibantu  oleh  Mediator.  Mediasi  merupakan penyelesaian  perselisihan  hak,  perselisihan  kepentingan,  perselisihan  PHK  dan
102
Ugo dan Pujio, Op. cit., hlm.54
berselisihan  antar  serikat  pekerja  buruh  hanya  dalam  satu  perusahaan,  melalui musyawarah  yang  di  tengahi  oleh  seorang  atau  lebih  mediator  yang  netral.
Mediator  adalah  pegawai  instansi  pemerintah  yang  bertanggung  jawab  di  bidang ketenagakerjaan  yang  memenuhi  syarat-syarat  sebagai  mediator  yang  ditetapkan
oleh  mentri  untuk  bertugas  melakukan  mediasi  dan  mempunyai  kewajiban memberikan  anjuran  tertulis  kepada  para  pihak  yang  berselisih  untuk
menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, dan perselisihan  antar  serikat  pekerja  buruh  hanya  dalam  satu  perusahaan.  Lembaga
mediasi ini berwewenang menyelesaikan perselisihan apabila dalam perundingan bipartite  tidak  tercapai  kesepakatangagal  dan  kedua  belah  pihak  atau  salah  satu
pihak  mencatatkan  perelisihannya  kepada  instansi  di  bidang  ketenagakerjaan setempat,  yang  selanjutnya  instansi  ketenagakerjaan  ini  menawarkan  pilihan
penyelesaian  melalui  konsiliasi  atau  arbitrase.  Dalam  hal  ini  para  pihak  tidak menetapkan  pilihan,  maka  instansi  ketenagakerjaan  melimpahkan  penyelesaian
kepada  mediator  yang  bertanggung  jawab  di  bidang  ketenagakerjaan  yang ditetapkan oleh mentri untuk melakukan mediasi.
103
Mediator  harus  sudah  mengadakan  penelitian  tentang  duduknya  perkara dan  segera  mengadakan  siding  mediasi  dalam  waktu  selambat-lambatnya  tujuh
hari  kerja  setelah  menerima  pelimpahan  penyelesaian  perselisihan  dari  instansi ketenagakerjaan dan mediator harus menyelesaikan tugasnya dalam waktu 30 hari
kerja  terhitung  sejak  menerima  pelimpahan  penyelesaian  perselisihan.  Tata  cara
103
Ibid., hlm. 70
dan  proses  penyelesaian  melalui  mediasi  ini  dapat  berlangsung  dalam  beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
104
a. Para pihak dipanggil secara tertulis untuk hadir pada sidang pertama.
b. Apabila setelah dipanggil secara patut dengan mempertimbangkan waktu
penyelesaiannya  dan  ternyata  pemohon  tidak  hadir,  maka  permohonan dihapus  dari  buku  perselisihan.  Sebaliknya  jika  pihak  termohon  tidak
hadir, maka mediator mengeluarkan anjuran tertulis berdasarkan data-data yang ada.
c. Apabila para pihak hadir di persidangan, maka mediator membuka sidang
dan  membuka  identitas  para  pihak.  Mediator  berwenang  menolak  wakil para pihak yang berselisih apabila ternyata tidak memiliki surat kuasa.
d. Pihak yang menggunakan jasa hukum harus tetap hadir dalam persidangan.
Ketentuan ini dimaksudkan agar proses mediasi dapat selesai tepat waktu. e.
Setelah  para  pihak  memenuhi  semua  persyaratan,  maka  mediator menggelar  sidang  dengan  terlebih  dahulu  menawarkan  kepada  para  pihak
untuk  berunding  lagi  dengan  itikad  baik,  sebelum  sidang  mediasi dilanjutkan.  Jika  para  pihak  menolak,  maka  sidang  mediasi  dilanjutkan
secara musyawarah untuk mufakat. f.
Dalam  sidang  mediator  dapat  memanggil  saksi  atau  saksi  ahli  untuk dimintai  dan  didengan  keterangannya.  Jadi,  di  dalam  sidang  mediasi  para
pihak dapat mempersiapkan saksi atau saksi ahli untuk memperkuat dalil-
104
Ibid., hlm. 72
dalilnya.  Barang  siapa  yang  diminta  keterangannya  oleh  mediator  wajib memberikan keterangan termasuk membukakan buku dan memperlihatkan
surat-surat  yang  diperlukan.  Yang  dimaksud  dengan  membukakan  buku dan  memperlihatkan  surat-surat  antara  lain  buku  tentang  upah  atau  surat
perintah  lembur  dan  lain-lain  yang  dilakukan  oleh  orang  yang  ditunjuk mediator.
Jika suatu perundingan yang diperantarai mediator berhasil mencapai kesepakatan untuk  mengakhiri  perselisihan,  maka  segera  setelah  musyawarah  tercapai
dibuatkan  perjanjian  bersama  yang  ditandatangani  kedua  belah  pihak  dan disaksikan  oleh  mediator.  Perjanjian  bersama  tersebut  selanjutnya  didaftarakan
dipengadilan  hubungan  industrial  untuk  mendapatkan  Akta  Bukti  Pendaftaran. Apabila  musyawarah  tidak  tercapai,  maka  mediator  akan  mengeluarkan  anjuran
tertulis  kepada  kedua  belah  pihak.  Atas  anjuran  tersebut  para  pihak  harus  sudah memberi  jawaban  selambat-lambatnya  sepuluh  harii  kerja  setelah  anjuran
diterima.  Jika  para  pihak  sama-sama  menerima  isi  anjuran,  selambat-lambatnya tiga  hari  setelah  para  pihak  menyatakan  penerimaannya,  mediator  harus  sudah
membantu  para  pihak  membuat  perjanjian  bersama  dan  mendaftarkannya  ke pengadilan  hubungan  industrial.  Sedangkan  apabila  para  pihak  atau  salah  satu
pihak  menolak  isi  anjuran,  maka  perselisihan  tersebut  bisa  digugat  melalui pengadilan  hubungan  industrial.  Tidak  memberikan  jawaban  apakah  menerima
atau  menolak  anjuran,  dianggap  menolak  anjuran.  Anjuran  harus  sudah
dikeluarkan oleh mediator dalam waktu selambat-lambatnya tiga puluh hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan atas perselisihan hubungan industrial.
105
3. Lembaga konsiliasi
Penyelesaian  sengketa  akuisisi  perseroan  melalui  konsiliasi  conciliation ini  dilakukan  melalui  seorang  atau  beberapa  orang  atau  badan  sebagai  penengah
yang  disebut  konsiliator  dengan  mempertemukan  atau  member  fasilitas  kepada pihak-pihak  yang  berselisih  untuk  menyelesaikan  perselisihannya  secara  damai.
Konsiliator  ikut  serta  secara  aktif  memberikan  solusi  terhadap  masalah  yang diperselisihkan.
106
Konsiliasi  Hubungan  Industrial  yang  selanjutnya  disebut  konsoliasi  adalah penyelesaian  perselisihan  kepentingan,  perselisihan  pemutusan  hubungan  kerja,
atau perselisihan antar serikat pekerja serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang  terjadi  karena  akibat  hukum akuisisi  perseroan  yang  mana  penyelesaiannya
dilakukan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsoliator Pasal  1  Angka  13  UUPPHI.  Konsiliator  adalah  seorang  atau  lebih  yang
memenuhi syarat-syarat sebagai konsoliator ditetapkan oleh mentri, yang bertugas melakukan  konsoliasi  dan  wajib  memberikan  anjuran  tertulis  kepada  para  pihak
yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, atau perselisihan antar serikat pekerja serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
yang terjadi akibat akuisisi perseroan Pasal 1 angka 14 UUPPHI.
105
Sehat Damanik, Op. Cit., hlm. 41.
106
Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Medan: USU Press,2010, hlm. 155.
Peran konsiliator mirip dengan peran yang dimainkan oleh mediator pada Dinas  Ketenagakerjaan,  hanya  saja  perbedaannya  terletak  pada  pejabatnya  yang
bersifat  adhock.  Konsiliator  bukan  pejabat  pemerintah  Pegawai  Negeri  Sipil seperti  halnya  pada  mediasi.  Penyelesaian  perselisihan  oleh  konsiliator
dilaksanakan  setelah  para  pihak  mengajukan  permintaan  penyelesaian  secara tertulis  kepada  konsiliator  yang  ditunjuk  dan  disepakati  dari  daftar  nama
konsiliator yang di pasang dan diumumkan pada kantor instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.
107
Setelah  konsiliator  menerima  permintaan  tertulis  dari  para  pihak  yang  berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya, maka dalam waktu 7 hari kerja sudah harus
mengadakan  penelitian  tentang  duduknya  perkara  dan  pada  hari  ke-8  sidang konsoliasi  yang  pertama  dimulai.  Siding  dipimpin  oleh  konsoliator  tunggal  atau
majelis.  Konsoliator  menyelesaikan  tugasnya  dalam  waktu  30  hari  kerja  sejak menerima  permintaan  tertulis  dari  para  pihak.  Tata  cara  dan  proses  siding
konsoliasi dapat secralangsung dalam beberapa tahap, yakni sebagai berikut:
108
a. Konsoliator memanggil para pihak secara tertulis untuk dating pada sidang
yang pertama untuk dapat didengar keterangan yang diperlukan b.
Dalam  hal  pihak  pemohon  telah  dipanggil  dengan  patut  ternyata  tidak hadir,  maka  konsiliator  melaporkan  kepada  instansi  yang  bertanggung
jawab  di  bidang  ketenagakerjaan  kabupaten  kota  setempat  untuk
107
Suria  Ningsih,  Mengenal  Hukum  Ketenagakerjaan,  Medan:  USU  Press,  2012,  hlm. 203 .
108
Ugo dan Pujiyo, Op. Cit., hlm. 77.
dihapuskan  dari  buku  perselisihan.  Sedangkan  apabila  pihak  termohon telah  dipanggil  dengan  patut  tidak  hadir,  maka  konsiliator  mengeluarkan
anjuran tertulis berdasarkan data-data yang ada. c.
Apabila para pihak datang, maka konsiliator memeriksa persyaratan yang diperlukan,  persyaratan  tersebut antara lain  surat  kuasa  bagi  mereka  yang
mewakilkan,  risalah  perundingan  bipartit  harus  ada,  dan  bagi  pihak  yang menggunakan jasa kuasa hukum harus tetap hadir.
d. Apabila  para  pihak  sudah  hadir  dan  memenuhi  persyaratan,  maka
konsiliator menggelar perkara dengan  terlebih dahulu menawarkan kepada para  pihak  untuk  berdamai.  Jika  para  pihak  menolak,  maka  sidang
dilanjutkan secara musyawarah untuk mufakat. e.
Selama  sidang  berlangsung,  para  pihak  diberi  kesempatan  untuk mengemukakan  pendirian  masing-masing,  mengajukan  dokumen,  surat-
surat,  saksi-saksi  atau  saksi  ahli  untuk  memperkuat  pendiriannya. Konsiliator  mengakomodir  kepentingan  kedua  belah  pihak,  memeriksa
dokumen dan surat-surat dan memeriksa saksi-saksi. f.
Siapa saja apabila dimintai keterangan oleh konsoliator, wajib memberikan keterangan,  termasuk  membukakan  buku  dan  memperlihatkan  surat-surat
yag  diperlukan.  Dalam  hal  keterangan  yang  diperlukan  oleh  konsiliator terkait  dengan  seseorang  yang  karena  jabatannya  harus  menjaga
kerahasiaan,  maka  harus  menempuh  prosedur  sebagaimana  di  atur  dalam
peraturan  Perundang-Undangan,  antara  lain  Undang-Undang  Nomor  7 Tahun 1971 tentang Kearsipan.
g. Setelah  selesai  melakukan  pemeriksaan,  maka  konsiliator  berusaha
memberikan  solusi  dan  saran  untuk mencapai  kesepahaman  terkait  akibat hukum akuisisi yang dapat diterima oleh para pihak.
Dalam  hal  penyelesaian  melalui  konsiliasi  mencapai  kesepakatan,  di  buat Perjanjian  Bersama  yang  ditandatangani  oleh  para  pihak  dan  disaksikan  oleh
konsiliator  dan  di  daftarkan  di  Pengadilan  Hubungan  Industrial  pada  Pengadilan Negeri  di  wilayah  hukum  pihak-pihak  mengadakan  Perjanjian  Bersama  untuk
mendapatkan  akta  bukti  pendaftaran.  Dalam  hal  tidak  tercapai  kesepakatan penyelesaian  melalui  konsiliasi,  maka  konsiliator  mengeluarkan  anjuran  tertulis
tersebut  selambat-lambatnya  10  hari  sejak  sidang  konsiliasi  pertama  harus  sudah disampaikan kepada para pihak. Para pihak dalam waktu 10 hari sejak menerima
anjuran tersebut sudah harus memberikan jawaban kepada konsiliator yang isinya menyetujui  atau  menolak  anjuran  yang  dibuat  konsiliator.  jika  para  pihak  tidak
memberikan  pendapatnya,  dianggap  menolak  anjuran  tertulis.  Dalam  hal  anjuran tertulis  disetujui,  dalam  waktu  selambat-lambatnya  3  hari  sejak  anjuran  tertulis
disetujui,  konsiliator  harus  sudah  selesai  membantu  para  pihak  membuat Perjanjian  Bersama  untuk  kemudian  didaftarkan  di  Pengadilan  Hubungan
Industrial  pada  Pengadilan  Negeri  di  wilayah  hukum  pihak-pihak  mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
109
4. Lembaga arbitrase
Pengertian  arbitrase  termuat  dalam  Pasal  1  Angka  8  Undang-Undang Nomor  30  Tahun  1999  Tentang  Arbitrase  dan  Alternatif  Penyelesaian  Sengketa,
menyebutkan lembaga arbitrase sebagai badan  yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa  untuk  memberikan  putusan  mengenai  sengketa  tertentu,  lembaga
tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu lembaga hukum  tertentu  dalam  hal  belum  timbul  sengketa.  Pengertian  arbitrase  dalam
undang-undang  arbitrase  adalah  pengertian  arbitrase  secara  umum,  sedangkan arbitrase  yang  dimaksudkan  oleh  UUPHI  adalah  arbitrase  secara  khusus,  yakni
arbitrase  yang  hanya  berwenang  menyelesaian  perselisihan  hubungan  industrial, baik  mengenai  kepentingan  maupun  mengenai  perselisihan  antar  serikat  pekerja
serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
110
Arbitrase  adalah  penyelesaian  suatu  perselisihan  kepentingan  dan perselisihan antar serikat pekerja serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang
diakibatkan karena dilakukannya akuisisi,  yang penyelesaiannya dilakukan diluar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih  untuk    menyerahkan  perselisihan  kepada  arbiter  yang  putusannya mengikat  para  pihak  dan  bersifat  final.  Arbiter  adalah  seorang  atau  lebih  yang
109
Agusmidah, Op. Cit., hlm. 157
110
Suria Ningsih, Op. Cit., hlm. 208
dipilih  oleh  para  pihak  yang  berselisih  dari  daftara  arbiter  yang  ditetapkan  oleh mentri  untuk  memberikan  putusan  mengenai  perselisihan  kepentingan  dan
perselisihan antar serikat pekerja serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan  penyelesaiannya  melalui  arbitrase  yang  putusannya  mengikat  para
pihak dan bersifat final.
111
Saat Proses persidangan, arbiter akan berusaha mendamaikan kedua belah pihak, sehingga perselisihan dapat selesai secara kekeluargaan.
Apabila  terjadi  penyelesaian  damai,  maka  arbiter  akan  membantu  para  pihak untuk  membuat  Perjanjian  Bersama  dan  mendaftarkannya  ke  pengadilan
Perselisihan  Hubungan  Industrial  untuk  mendapatkan  akta  bukti  perjanjian bersama.  Namun,  apabila  tidak  tercapai  penyelesaian  secara  damai,  arbiter  akan
mengeluarkan  putusan  yang  bersifat  final,  yang  harus  diikuti  oleh  kedua  belah pihak. Atas putusan arbiter tidak bias lagi diajukan gugatan di Pengadilan, karena
putusan  tersebut  telah  mempunyai  kekuatan  hukum  yang  mengikat  semua  pihak dan merupakan putusan akhir yang berkekutan tetap.
112
Putusan  arbitrase  di  daftarkan  di  Pengadilan  Hubungan  Industrial  yang berada  di  Pengadilan  negeri  di  wilayah  arbitrase  yang  menetapkan  putusan.
Apabila ada pihak yang tidak bersedia melaksanakan putusan arbitrase pihak yang dirugikan  dapat  mengajukan  fiat  eksekusi  di  Pengadilan  Hubungan  Industrial.
Atas  permohonan  tersebut  Pengadilan  Hubungan  Industrial  harus  sudah
111
Ugo dan Pujio, Op. Cit., hlm. 80.
112
Sehat Damanik, Op. Cit., hlm. 48.
mengeluarkan perintah pelaksanaan eksekusi selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari terhitung sejak dikeluarkannya putusan arbitrase.
113
C. Penyelesaian Sengketa Perburuhan Melalui Lembaga Litigasi