Kabupaten Buton merupakan daerah kepulauan dan 82 dari wilayahnya adalah perairan laut. Sebagai daerah kepulauan sumberdaya perikanan dan
kelautan menjadi andalan modal dasar pembangunan daerah DKP Buton 2006. Kabupaten Buton memiliki potensi perikanan dan wisata bahari yang
cukup potensial untuk dikembangkan. Ini terlihat pada beberapa lokasi di pulau- pulau kecil Kabupaten Buton yang memiliki terumbu karang dan panorama
bawah laut yang indah. Salah satu dari lokasi yang dimaksud adalah Pulau Liwutongkidi.
1.2 Perumusan Masalah
Pemerintah Kabupaten Buton melalui Surat Keputusan Bupati Buton Nomor 1578 Tahun 2005 tentang Penetapan Pulau Liwutongkidi sebagai
Kawasan Konservasi Laut Daerah, menjelaskan bahwa kegiatan ekowisata di wilayah KKLD Liwutongkidi termasuk wilayah BASILIKA diharapkan akan
dapat memberikan kontribusi ekonomi dan membantu dalam pengelolaan KKLD. Hasil pengamatan visual yang dilakukan oleh Lembaga Napoleon 2006
menunjukkan bahwa kepulauan Silika Siompu, Liwutongkidi, Kadatua memiliki bentang terumbu karang tipe karang tepi fringing reef. Sebaran
vertikal terumbu karang umumnya pada rentang kedalaman 3 – 12 meter, dilanjutkan dengan bentangan pasir. Topografi bentang terumbu umumnya
merupakan slope dengan kemiringan yang cukup curam. Kegiatan wisata dan rekreasi yang utama di Pulau Liwutongkidi saat ini
adalah kegiatan di pantai dan wisata perairan. Hal ini menuntut diperhatikannya kelestarian ekosistem terumbu karang dan ekosistem lainnya
diwilayah pesisir, karena pariwisata merupakan industri yang sangat peka terhadap perubahan eksternal, sehingga pemberdayaan masyarakat juga perlu
jadi perhatian. Pemberdayaan masyarakat disini mencakup pemahaman akan potensi wisata. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini harus diarahkan pada
peningkatan kesadaran dan kepedulian sehingga kelestarian lingkungan perairan dan daratannya dapat terjaga.
1.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah pentingnya melakukan suatu kajian kesesuaian dan daya dukung ekosistem terumbu
karang untuk pengembangan wisata bahari dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seperti di pulau Liwutongkidi Kabupaten Buton. Selain itu diperlukan
data potensi dan daya dukung lingkungan untuk pengembangan wisata bahari berbasis ekologis.
Ekosistem terumbu karang yang terdapat dikawasan pesisir dan pulau- pulau kecil memiliki beberapa manfaat. Manfaat yang terkandung dalam
terumbu karang sangat besar dan beragam, yang dapat diidentifikasi ke dalam manfaat langsung yaitu sebagai habitat bagi ikan, batu karang, pariwisata,
penelitian dan manfaat tidak langsung seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan sebagainya Swearer et al.
1999 ; Cesar et al. 2003. juga merupakan lahan tempat mencari nafkah bagi masyarakat sekitarnya dan untuk pembangunan daerah.
Melihat banyaknya fungsi yang dimiliki terumbu karang, bukan hal yang mustahil terjadi adanya benturan kepentingan antara para pihak yang terlibat
dalam kegiatan didaerah pesisir dan pulau-pulau kecil. Benturan-benturan kepentingan ini pada akhirnya akan menempatkan kepentingan ekologi
sebagai objek yang dikorbankan, sementara kemampuan sebagai suatu ekosistem untuk memulihkan kondisinya kembali seperti semula tergolong
sangat lambat, sehingga pada akhirnya perlahan tapi pasti ekosistem terumbu karang akan makin terpuruk kondisinya dan bukan tidak mungkin suatu saat
akan musnah keberadaanya. Menyadari akan pentingnya keberadaan ekosistem terumbu karang
dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suatu ekosistem dikaitkan dengan konsep keseimbangan lingkungan yang selama ini kita anut dan
berhubungan pula dengan upaya untuk menjaga kelangsungan keanekaragaman hayati, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan dan
konservasi serta kajian kesesuaian daya dukung ekosistem terumbu karang untuk pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan, salah satunya
untuk pengembangan wisata bahari. Alur berfikir yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian