jumlah ikan terendah ditemukan pada stasiun 8 dengan 173 individu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12 Jumlah suku, jenis, kelimpahan dan Indeks keragaman ikan per-lokasi penelitian hasil perhitungan dengan metode under water visual
census UVC
Stasiun Lokasi Jumlah Jumlah
Kelimpahan Indeks
Suku
Spesies ∑Individu350m²
Keanekaragaman
1
P. Liwutongkidi
15 41 300
2.70 2
P. Liwutongkidi
27 61 327
2.62 3
P. Liwutongkidi
26 49 288
3.97 4
P. Liwutongkidi
25 57 269
3.52 5
P. Liwutongkidi
20 40 311
3.55 6
P. Liwutongkidi
20 49 269
3.31 7
P. Liwutongkidi
21 46 221
3.23 8
P. Liwutongkidi
19 32 173
2.97 9
P. Kadatua
18 55 313
3.09 10
P. Kadatua
29 96 409
4.16 11
P. Siompu
22 72 389
4.27 12
P. Siompu
19 80 470
3.36 Keberadaan ikan di terumbu karang sangat tergantung pada kondisi
terumbu karang itu sendiri. Beberapa kelompok ikan menunjukan kecenderungan kelimpahan yang meningkat dalam jangka waktu panjang pada
kondisi terumbu karang dengan persentase tutupan hidup karang yang tinggi. Sementara pada kondisi terumbu karang dengan tutupan yang rendahpun
dijumpai peningkatan kelimpahan pada beberapa kelompok ikan. Hal ini masih belum dapat diterangkan dengan jelas karena masi terbatasnya penelitian
tentang ini. Jumlah inidividu untuk setiap jenis ikan karang yang dijumpai pada masing-masing stasiun dengan menggunakan metode UVC dapat dilihat pada
Lampiran 2. Jumlah jenis dan suku ikan yang teridentifikasi dalam penelitian ini yakni
167 jenis dengan 35 suku, lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian COREMAP II-LIPI 2006 yang berhasil mengidentifikasi 231 jenis
ikan karang dengan 35 suku pada perairan wilayah Coremap II Kabupaten Buton. Komposisi ikan pada masing-masing stasiun penelitian yang dikelompokan
pada ikan target, ikan mayor dan ikan indikator dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :
Gambar 3. Komposisi ikan karang di lokasi penelitian berdasarkan hasil under water visual census UVC
Jumlah jenis ikan ekonomis penting ikan target yang diperoleh dari
UVC di lokasi penelitian seperti ikan kakap suku Lutjanidae, ikan kerapu suku Serranidae, ikan ekor kuning suku Caesionidae tertinggi yaitu sebesar
253 individu pada stasiun 9, disusul stasiun 10 sebanyak 242 individu dan yang terendah pada stasiun 6 sebanyak 58 individu.
Kelompok ikan indikator seperti ikan kepe-kepe suku Chaetodontidae yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan terumbu karang
memiliki kelimpahan tertinggi pada stasiun 2 sebanyak 34 individu350 m². Sedangkan yang terendah dijumpai pada stasiun 4 dengan 6 individu.
Kelompok ikan mayor paling banyak dijumpai di stasiun 12 sebanyak 302 individu, dan yang terendah dijumpai pada stasiun 9 sebanyak 40 individu.
Sehingga perbandingan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator adalah 7 : 6 : 1. Ini berarti bahwa untuk setiap 14 individu ikan yang dijumpai
diperairan Liwutongkidi dan sekitarnya, kemungkinan komposisinya terdiri dari 7 individu ikan mayor, 6 individu ikan target dan 1 individu ikan indikator.
107 115 152
136 164
192 108
94 40
136 233
302
50 100
150 200
250 300
350
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
JUMLAH
STASIUN
Mayor Fish
Target Fish
Indikator Fish
4.5 Kesesuaian Kawasan Untuk Pengembangan Wisata Snorkeling dan Selam
Pariwisata bahari yang potensial dikembangkan dikawasan ekosistem terumbu karang adalah snorkeling dan selam. Pembobotan kesesuaian
kawasan perairan disekitar pesisir dan pulau-pulau kecil untuk wisata snorkeling dan selam dilakukan dengan mempertimbangkan factor pembatas
yang terdiri dari kecerahan, penutupan dan jenis karang hidup, keanekaragaman ikan karang, kedalaman, kecepatan arus, lebar dan luas hamparan karang.
Parameter pembatas ini diberikan pembobotan dan skor. Untuk pemberian pembobotan pada semua parameter didasarkan pada tingkat
kepentingan untuk kegiatan snorkeling dan selam. Parameter kecerahan perairan memiliki bobot tertinggi karena sangat menentukan untuk wisata
snorkeling dan selam agar wisatawan dapat dengan jelas melihat keindahan dan kondisi objek di ekosistem terumbu karang. Bagi terumbu karang sendiri
kecerahan merupakan penentu penetrasi cahaya untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan penutupan komunitas karang hidup dan jenis life form merupakan
daya tarik wisatawan untuk menikmati keindahan bawah laut. Perairan yang jernih mengundang rasa keingintahuan untuk melihat
keindahan bawah laut. Keanekaragaman ikan karang yang ber aneka warnah serta berbagai ukuran merupakan daya tarik lain yang bisa dinikmati oleh
wisatawan dibawah laut. Kecepatan arus merupakan factor yang berhubungan dengan keselamatan wisatawan yang menyelam.
Hasil pengamatan lapangan, secara umum kondisi kecerahan perairan kawasan Pulau Liwutongkidi masih dalam kondisi baik, begitu juga dengan
jumlah ikan karang, tutupan dan jenis life-form terumbu karang masih mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata
karena faktor-faktor tersebut sangat penting untuk dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan. Hal ini sesuai dengan beberapa survey yang
dilakukan para peneliti Shafer dan Inglish 2000 terhadap wisatawan yang melakukan snorkeling di Great Barrier Reef Australia. Mereka menemukan
bahwa semua komponen yang berhubungan dengan karang dan ikan sangat
meningkatkan kepuasan pengunjung. Sementara itu Roman 2004 mengemukakan bahwa berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 278 orang
pengunjung yang melakukan snorkeling di Taman Laut Nasional Mu Koh Chang Thailand, rata-rata tanggapan dari pengunjung mengindikasikan tiga ciri-ciri
utama biofisik yang sangat penting bagi pengunjung yaitu kecerahan, ikan dan karang’.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berbagai karakteristik biofisik dapat dilihat dalam satu lokasi snorkeling atau penyelaman, dan juga antara satu
lokasi dengan lokasi lainnya. Perbedaan karakteristik seperti itu memberikan peluang bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi penyelaman pada
berbagai kesempatan menyelam Miller 2005.
4.5.1. Kesesuaian Wisata Snorkeling
Analisis kesesuaian wisata snorkeling hanya dilakukan pada kawasan terumbu karang yang kedalamannya antara 3 - 6 m. Hasil analisis kawasan
wisata kategori wisata snorkeling dapat dilihat pada Tabel 13, Gambar 4 dan Lampiran 3.
Tabel 13 Hasil analisis matriks kesesuaian kawasan untuk wisata bahari kategori snorkeling
Hasil analisis tujuh parameter pada 4 lokasi diperoleh hasil bahwa total skor kesesuaian tertinggi berada pada stasiun 11 dengan nilai
IKW sebesar 85.96
kemudian disusul stasiun 3 dengan nilai IKW 78.94. Berdasarkan
nilai IKW yang diperoleh maka stasiun 11 termasuk dalam kategori sangat sesuai S1 untuk wisata snorkeling. Sedangkan tiga stasiun lainnya memiliki
IKW antara 64.91 - 78.94 sehingga termasuk dalam kategori sesuai S2.
Lokasi Stasiun
IKW Kategori
Keterangan
Pulau Liwutongkidi 3
78.94 S 2
Sesuai Pulau Liwutongkidi
7 64.91
S 2 Sesuai
Pulau Liwutongkidi 8
73.68 S 2
Sesuai Pulau Siompu
11 85.96
S 1 Sangat Sesuai
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata