4.2.2.3 Kondisi sosial-budaya di Kecamatan Kadatua dan Siompu
Pranata sosial budaya merupakan tingkat yang abstrak tentang konsepsi yang hidup dalam alam pikiran manusia yang dianggap bernilai dalam kehidupan
masyarakat. Struktur masyarakat yang bermukim di sekitar Pulau Siompu dan Pulau Kadatua relatif homogen, baik suku yakni suku Buton, maupun agama
yakni Islam. Keduanya merupakan potensi sosial yang mengandung implikasi adanya keutuhan dan kebersamaan pranata sosial budaya di daerah tersebut yang
seragam sifatnya. Dalam struktur masyarakat Buton pranata keluarga mempunyai fungsi utamanya adalah mengenalkan segi-segi sosial budaya berupa pola-pola
tingkah laku sistem norma yang berlaku dan harus ditaati setiap anggota keluarga dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sosialnya DKP
Sulawesi Tenggara 2003. Keluarga dalam masyarakat Buton merupakan keluarga sekunder, yang
pada umumnya terdiri atas pasangan suami istri dengan anaknya dan ditambah beberapa anggota keluarga terdekat seperti kemenakan, nenek dan cucu.
Pembagian peran antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga masyarakat Buton berbeda. Peran dan tanggung jawab anak laki-laki mempunyai kendali
langsung dalam kehidupan keluarga, karena anak laki-laki dianggap sebagai penyangga utama keluarga, untuk menjaga harkat dan martabat keluarga di
masyarakat. Di samping itu, anak laki-laki bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi terutama jika ayahnya telah tua atau wafat, selain juga
menjalankan peran sebagai wali dari keluarga jika adiknya perempuan akan menikah DKP Sulawesi Tenggara 2003.
Pendidikan pertama bagi seorang anak dalam lingkungan keluarga Buton, adalah pendidikan yang bersifat keagamaan. Anak laki-laki dan perempuan
umumnya mendapat pendidikan agama dalam lingkungan keluarga sejak berumur lima atau enam tahun, terutama saat mengikuti orang tuanya bersembahyang.
Setelah itu, anak-anak akan diwajibkan mengikuti shalat wajib dan mengikuti pelajaran agama dan mengaji secara intensif. Selesai menamatkan pengajiannya,
biasanya diikuti dengat sunatan. Kedua upacara itu merupakan peristiwa penting bagi si anak. Hingga kini, pranata pendidikan tersebut tetap dilangsungkan dengan
sentuhan pendidikan modern terutama sejak dari Taman Kanak-Kanak sampai pada Perguruan Tinggi DKP Sulawesi Tenggara 2003.
Adat-istiadat merupakan faktor yang menentukan dalam masyarakat Buton. Adat istiadat dimanifestasikan dari pandangan hidup sistem sosial
masyarakat Buton dan menempati kedudukan tertinggi dalam norma-norma sosial yang mengatur pola tingkah laku kehidupan masyarakat. Struktur sosial
masyarakat Buton yang telah menerima adat secara total dalam kehidupan sistem budaya mereka, telah melahirkan keyakinan dan kepercayaan yang teguh bahwa
hanya dengan berpedoman pada adat-istiadatlah ketenteraman dan kebahagiaan bagi setiap anggota masyarakat dapat terjamin DKP Sulawesi Tenggara 2003.
Adat istiadat yang diterapkan oleh masyarakat di kawasan Pulau Siompu dan Kadatua pada umumnya saling kait mengait dengan norma-norma agama
yakni agama Islam. Adat istiadat sebagai sistem budaya masyarakat terhimpun
dalam “ombo.” Makna operasional “ombo” dalam kehidupan masyarakat adalah
menjangkau semua aspek kehidupan masyarakat. Konsep ini memiliki dasar yang bersifat normatif dan merupakan panduan dalam melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan sosialnya. Konsep “ombo” terwujud dalam adat istiadat yang ditaati dan diperankan
dalam sistem sosial masyarakat Buton terutama dalam kegiatan perkawinan, selamatan, mencari nafkah, dan mendirikan rumah. Dalam struktur masyarakat
Buton, tidak menerapkan dan mematuhi “ombo” akan mendapat sanksi sosial atau denda dari pemangku adat.
Sistem budaya masyarakat di Kecamatan Siompu, mengenal tokoh adat yang bertanggungjawab atas berjalannya upacara adat yang disebut sebagai
Parabela. Profil Parabela adalah seorang laki-laki, berusia antara 60 sampai 70 tahun. Parabela diangkat dan dipilih oleh masyarakat dengan masa jabatan
seorang Parabela bisa sampai 10 tahun . Pengangkatannya didasarkan pada sifat- sifat yang terpuji, yaitu suka bergotong royong, bijaksana, taat beragama serta
selalu memberikan nasihat kepada masyarakat DKP Sulawesi Tenggara 2003.