Evaluasi Aspek Visual Ekosistem Terumbu Karang

Metode yang digunakan untuk penilaian visual suatu landscape ini adalah dengan prosedur Scenic Beauty Estimation SBE. Hasil penilaian kualitas visual oleh responden merupakan skor untuk masing-masing foto. Dalam penelitian ini terdapat 36 foto, yang mewakili 12 stasiun pada lokasi penelitian. Setiap stasiun penelitian diwakili oleh 3 buah foto, berupa hamparan karang dan jenis-jenis ikan karang. Foto-foto tersebut dinilai oleh responden sebanyak 50 responden, dimana selama penelitian didapat 8 orang wisatawan asing 16 dan 42 wisatawan lokal termasuk didalamnya adalah pelaku wisata, penyelam dan aparatur bidang kelautan dan perikanan serta pariwisata 84. Dari 50 responden yang didapat, 25 orang bisa menyelam dan memiliki sertifikat menyelam 50 dan 25 orang tidak bisa menyelam dan tidak memiliki sertifikat menyelam 50 . Rata - rata nilai yang diperoleh dari hasil penilaian responden kemudian dimasukan dalam rumus SBE. Keseluruhan nilai visual untuk masing-masing foto dapat dilihat pada Lampiran 7. Skor tertinggi nilai SBE tertinggi menunjukan bahwa lanskap gambar tersebut paling banyak dipilih sebagai lanskapgambar yang indah, sedangkan skor rendah menggambarkan lanskap yang jelek atau kurang disukai. Hasil analisis dengan rumus SBE pada setiap lanskapgambar dari setiap stasiun penelitian dapat diketahui bahwa kecenderungan responden sangat menyukai lanskap lokasi yang kondisi tutupan terumbu karang hidupnya masih dalam kondisi baik 67.67. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa stasiun 12 yang terletak pada bagian utara pulau Siompu memiliki jumlah nilai SBE yang paling tinggi, dimana dari ketiga foto landscape –nya memiliki rata-rata kategori tinggi. Sedangkan stasiun 2 dibagian selatan pulau Liwutongkidi memiliki jumlah nilai SBE yang terendah. Hasil nilai SBE per fotogambar, menunjukan gambar 35 memiliki nilai SBE paling tinggi yakni 78.13. Tabel 15 Nilai SBE masing-masing landscapefoto dan masing-masing stasiun penelitian Stasiun Lanscape SBE Nilai Rata ‐rata nilai SBE Rangking Foto SBE Per ‐ stasiun SBE 1 1 28.29 1.77 37.53 2 61.43 3.84 8 3 22.86 1.43 2 4 4.50 0.28 15.17 5 0.00 0.00 12 6 41.00 2.56 3 7 32.13 2.01 30.67 8 36.75 2.29 9 9 23.12 1.44 4 10 40.75 2.54 22.08 11 22.63 1.41 10 12 2.87 0.18 5 13 49.00 3.06 49.38 14 45.75 2.86 5 15 53.38 3.33 6 16 49.63 3.10 56.50 17 60.75 3.79 4 18 59.13 3.69 7 19 56.25 3.51 46.67 20 40.25 2.51 7 21 43.50 2.72 8 22 11.38 0.71 17.75 23 20.13 1.26 11 24 21.75 1.36 9 25 46.25 2.89 46.71 26 49.25 3.07 6 27 44.63 2.79 10 28 60.88 3.80 65.46 29 63.38 3.96 3 30 72.13 4.50 1 1 31 65.38 4.08 70.67 32 69.25 4.32 2 33 77.38 4.83 12 34 71.50 4.46 75.29 35 78.13 4.88 1 36 76.25 4.76 Dari sebaran nilai yang terdapat pada tabel diatas apabila dibuat klasifikasi menjadi 3, yaitu nilai SBE tertinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating menurut Hadi 2001 in Khakim 2009 dengan rumus : I Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah kelas I = 78.13 ‐ 0.00 = 26.03 3 Nilai SBE berdasarkan kategori tertinggi dengan menggunakan formula tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 16 berikut : Tabel 16 Pengelompokan Nilai SBE berdasarkan kategori tinggi, sedang dan Rendah. Nilai SBE Kategori 0.00 - 26.03 Rendah 26.04 - 52.07 Sedang 52.08 - 78.13 Tinggi Dari hasil pengklasifikasian menggunakan jenjang sederhana tersebut, maka masing-masing foto landscape dengan nilai SBE-nya yang menunjukan kondisi tutupan, sturuktur terumbu karang. Hasil pengklasifikasian dengan menggunakan jenjang sederhana tersebut didapatkan nilai sebaran dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Nilai itu yang menjadi petunjuk bagi kita untuk melihat seberapa besar minat responden terhadap foto landscape ekosistem terumbu karang yang mereka lihat dan ini menjadi gambaran bagi kita seberapa besar minat wisatawan terhadap ekosistem yang terumbu karang yang ada di lokasi tersebut.

4.8 Nilai Ekonomi Wisata

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang adalah pengunjung Pulau Liwutongkidi yang berasal dari Kota Bau- Bau dan daerah sekitarnya, yakni yang berada di Kecamatan Kadatua dan Kecamatan Siompu. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010 dan secara umum pengunjung yang melakukan aktivitas bahari datang untuk berekreasi di pantai, snorkeling dan diving. Total pengunjung dalam penelitian berupa jumlah estimasi, yang diperoleh dari informasi para pemilik spead yang beroperasi melayani rute Bau-Bau ke Pulau Kadatua, Pulau Siompu dan ke Pulau Liwutongkidi. Selain itu belum terdatanya pengun jung yang berekreasi ke Pulau Liwutongkidi disebabkan oleh belum terkelolanya Pulau Liwutongkidi secara baik, karena memang Pulau ini belum dikembangkan, walaupun sudah teridentifikasi sebagai salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Buton. Tingkat kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh tingkat pengeluaran wisatawan, pendidikan, pendapatan dan total waktu yang dihabiskan selama responden berwisata. Dalam persamaan ini tingkat kunjungan merupakan variabel dependent terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent bebas seperti tingkat pengeluaran respondent, pendidikan, pendapatan dan total waktu yang dihabiskan. Surplus konsumen merupakan selisih antara tingkat kesediaan membayar dari konsumen dengan biaya yang harus dibayarkan untuk memperoleh suatu kepuasan. Ukuran tingkat kepuasaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah dari pengeluaran dari pengunjung. Variabel bebas yang digunakan yaitu keseluruhan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung dalam melakukan perjalanan per sekali kunjungan wisata ke Pulau Liwutongkidi. Analisis TCM ini dilakukan dengan pendekatan Individual Travel Cost analisis. Yaitu untuk memperkirakan rata-rata kurva permintaan individu terhadap lokasi wisata. Dari persamaan regresi linier yang menggunakan pendekatan Individual Travel Cost analisis menghasilkan fungsi permintaan dengan formula sebagai berikut: Vi = 9.0997 – 0.000037 TC + 0.432707 Ed – 0.0000009 I – 0.6454 Trip Keterangan : Vi = Jumlah kujungan individu ke – i TC = Biaya yang dikeluarkan Rp Ed = Pendidikan ke-i I = Pendapatan individu ke-i Rp Trip = Waktu yang dihabiskan individu ke lokasi wisata jam