Nilai Ekonomi Wisata TINJAUAN PUSTAKA 1
Bau-Bau ke Pulau Kadatua, Pulau Siompu dan ke Pulau Liwutongkidi. Selain itu belum terdatanya pengun jung yang berekreasi ke Pulau Liwutongkidi
disebabkan oleh belum terkelolanya Pulau Liwutongkidi secara baik, karena memang Pulau ini belum dikembangkan, walaupun sudah teridentifikasi
sebagai salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Buton. Tingkat kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh tingkat pengeluaran
wisatawan, pendidikan, pendapatan dan total waktu yang dihabiskan selama responden berwisata. Dalam persamaan ini tingkat kunjungan merupakan
variabel dependent terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent bebas seperti tingkat pengeluaran respondent, pendidikan,
pendapatan dan total waktu yang dihabiskan. Surplus konsumen merupakan selisih antara tingkat kesediaan
membayar dari konsumen dengan biaya yang harus dibayarkan untuk memperoleh suatu kepuasan. Ukuran tingkat kepuasaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jumlah dari pengeluaran dari pengunjung. Variabel bebas yang digunakan yaitu keseluruhan biaya perjalanan yang dikeluarkan
oleh pengunjung dalam melakukan perjalanan per sekali kunjungan wisata ke Pulau Liwutongkidi.
Analisis TCM ini dilakukan dengan pendekatan Individual Travel Cost analisis. Yaitu untuk memperkirakan rata-rata kurva permintaan individu
terhadap lokasi wisata. Dari persamaan regresi linier yang menggunakan pendekatan Individual Travel Cost analisis menghasilkan fungsi permintaan
dengan formula sebagai berikut: Vi = 9.0997 – 0.000037 TC + 0.432707 Ed – 0.0000009 I – 0.6454 Trip
Keterangan : Vi
= Jumlah kujungan individu ke – i TC
= Biaya yang dikeluarkan Rp Ed
= Pendidikan ke-i I
= Pendapatan individu ke-i Rp Trip
= Waktu yang dihabiskan individu ke lokasi wisata jam
Persaman diatas menghasilkan koefisien b0 untuk kunjungan sebesar 9.0997 kali dan hasil persamaan fungsi diatas dihasilkan consumer surplus per
individu sebesar 50 943.65. Nilai total ekonomi wisata sebesar Rp 15 283 095 per tahun Rp 44 327.92 per hektar. Nilai ini diperoleh dari pengalian antara
individual consumer surplus dengan total kunjungan pengunjung yang datang ke Pulau Liwutongkidi selama 1 tahun.
Nilai ekonomi wisata ini merupakan nilai manfaat langsung yang bersifat non ekstraktif dari sumberdaya terumbu karang yang diperoleh
melalui jumlah pengeluaran wisatawan yang mengunjungi Pulau Liwutongkidi sebagai obyek wisata bahari. Jika dilihat dari besarannya, nilai
ekonomi yang dihasilkan sangat rendah dengan ukuran luasan terumbu karang 344.78 ha, maka diperlukan suatu strategi yang baik untuk mengelola
kawasan tersebut menjadi tujuan wisata yang dapat menumbuhkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Cesar 2002 in Paul et al. 2002 menyatakan nilai ekonomi terumbu karang yang diperoleh dari kegiatan Pariwisata di Hawai mencapai US
8.6 juta per kilometer persegi. Jumlah tersebut diperoleh dari kunjungan jutaan
wisatawan yang melakukan penyelaman dan snorkeling di daerah tersebut. Selanjutnya laporan WTTC 2002 in Paul et al. 2002 melaporkan sebanyak
US 105 Milyar per tahun dihasilkan dari industri kepariwisataan di
karibia. Industri pariwisata di daerah-daerah tersebut memang sudah berkembang baik dan berkelas internasional sehingga jika dijadikan sebagai
pembanding kelihatannya sangat kontradiksi dengan kondisi yang ada di Pulau Liwutongkidi yang belum dikembangkan. Akan tetapi setidaknya
informasi ini memberikan gambaran betapa besarnya nilai ekonomi suatu pulau yang tidak saja ditentukan oleh besar kecilnya ukuran pulau
melainkan dari nilai potensi sumberdaya yang terkandung di dalamnya.