Suhu Kondisi Lingkungan Perairan

adalah 28-32 ºC. Kisaran suhu dikawasan perairan ini masih tergolong normal bagi perkembangan biota perairan seperti karang dan yang lainnya. Nybakken, 1992 mengatakan bahwa terumbu karang tumbuh secara optimal pada suhu 23 ºC - 25 ºC, dan dapat mentolerir suhu sampai kira-kira 36 ºC - 40 ºC, tapi tidak dapat bertahan pada suhu minimum tahunan dibawah 18 ºC.

4.3.4 Salinitas

Salinitas merupakan faktor pembatas yang sangat penting bagi karang maupun biota lain. Kadar salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh debit air tawar yang bercampur kelaut. Air tawar ini bersumber dari daratan melalui aliran sungai maupu curah hujan yang tinggi. Hasil pengukuran dilapangan menunjukan kisaran salinitas 29-32 ‰. Thamrin 2006 menyatakan bahwa organisme karang dapat hidup dengan baik pada salinitas 34 ‰ - 35‰ dan masih ditemukan pada perairan yang mempunyai kadar salinitas 27 ‰ - 40 ‰. 4.4 Potensi dan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang 4.4.1 Terumbu Karang Terumbu karang merupakan potensi utama dalam pengembangan wisata bahari. Nilai estetika keindahan laut banyak ditentukan oleh kehadiran dan keindahan terumbu karang, termasuk didalamnya adalah keragaman jenis, tutupan karang serta keanekaragaman biota yang hidup didalamnya. Berdasarkan pengamatan secara visual pada tahun 2006 yang dilakukan CRITC COREMAP-LIPI pada saat melakukan studi baseline ekologi, terlihat bahwa pertumbuhan karang-karang kecil cukup banyak di perairan Pulau Liwutongkidi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan terumbu karang yang rusak secara alami sedang berlangsung. Pengamatan terumbu karang pada penelitian ini dilakukan pada kedalaman 4 – 10 meter, namun di kedalaman hingga 15 meter, karang masih dapat tumbuh. Kondisi perairan pada saat pengambilan sampel umumnya relatif tenang, jernih dan cuaca bagus. Hasil pengamatan terhadap terumbu karang, secara umum dapat digambarkan bahwa kawasan Pulau Liwutongkidi memiliki kondisi tutupan karang yang “sedang” sampai “baik”. Secara umum penyebaran terumbu karang di lokasi penelitian di bagi tiga yaitu di Pulau Liwutongkidi, bagian selatan Pulau Kadatua dan bagian utara Pulau Siompu. Tipe terumbu karang pada kawasan ini merupakan tipe terumbu tepi fringing reef. Sebaran vertikal terumbu umumnya pada rentang kedalaman 3 – 12 m dilanjutkan dengan bentang pasir. Topografi bentang terumbu umumnya merupakan slope dengan kemiringan yang cukup curam. Hasil pengamatan kondisi terumbu karang dengan metode LIT di 12 stasiun penelitian menunjukan bahwa kondisi terumbu karang yang masuk dalam kategori baik sebanyak 7 stasiun, kategori sedang sebanyak 5 stasiun. Hasil analisis data menunjukan kondisi tutupan karang hidup life coral cover termasuk dalam kelompok sedang dan baik. Persentase tutupan hidup terumbu karang life cover secara umum didominasi oleh Hard coral Non Acropora. Karang dari genus Acropora dominan hanya banyak ditemukan di stasiun 2 dan 6. Sedang lokasi lain didominasi oleh Non Acropora jenis branching, encrusting, massive, mushroom. Untuk melihat lebih jelas persentase tutupan biota dan substrat serta hasil analisis life form terumbu karang pada masing-masing stasiun penelitian maka dapat dilihat pada Tabel 10 dan Lampiran 1. Tabel 11 Persentase tutupan life form dan substrat di stasiun penelitian Stasiun Lokasi Tutupan life form dan substrat Penelitian Hard Coral Dead Coral Biota Lain Abiotik 1 P. Liwutongkidi 54.17 35.00 0.50 10.33 2 P. Liwutongkidi 72.50 13.17 0.00 14.33 3 P. Liwutongkidi 56.17 25.00 15.83 3.00 4 P. Liwutongkidi 50.67 21.50 5.33 22.50 5 P. Liwutongkidi 43.00 19.00 0.00 38.00 6 P. Liwutongkidi 63.83 15.67 0.00 20.50 7 P. Liwutongkidi 44.17 55.17 0.00 0.67 8 P. Liwutongkidi 56.67 20.17 1.00 22.17 9 P. Kadatua 36.67 37.67 8.00 17.67 10 P. Kadatua 36.83 35.33 0.00 27.83 11 P. Siompu 42.00 18.67 4.17 35.17 12 P. Siompu 67.67 4.67 3.33 24.33 624.35 301.02 38.16 236.50 Rerata 52.03 25.09 3.18 19.7 Simpangan Baku 11.9 13.58 81.00 11.1