34 Sragen. Diantaranya adalah Hambatan dari pihak BPT yaitu adanya pelanggaran
oleh pemohon reklame terhadapa tempat yang dilarang oleh Pemerintah Daerah untuk didirikan reklame, banyak pemohon yang memasang reklame terlebih
dahulu kemudian baru mengajukan ijin pemasangan, keterlambatan perpanjangan ijin reklame oleh pemohon yang berasal dari luar kota, penertiban yang sedikit
susah karena banyak pemohon yang tidak memasang reklame sesuai ijin yang diajukan, sosialisasi yang belum merata.
Hambatan dari pihak pemohon perizinan reklame yaitu pemasangan reklame pada tempat yang sulit untuk dijangkau biasanya agak lama. Biasanya
kalau ada pejabat yang penting dalam proses perijinan sedang keluar, sehingga waktu yang harus ditunggu oleh pemohon terlalu lama. Perizinan
penyelenggaraan reklame di lokasi yang tanahnya merupakan milik pemerintah daerah biasanya prosesnya agak lama.
2.5 Kebijakan Reklame
2.5.1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah
kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan
efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
35 Untuk meningkatakan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah,
Pemerintah Daerah seharusnya diberi kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi. Berkaitan dengan pemberian kewenangan tersebut sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, perluasan kewenangan perpajakan dan retribusi tersebut dilakukan dengan memperluas basis pajak Daerah dan
memberikan kewenangan kepada Daerah dalam penetapan tarif. Selain perluasan pajak, dalam Undang-Undang ini juga dilakukan perluasan terhadap beberapa
objek Retribusi dan penambahan jenis Retribusi. Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, kemampuan Daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya semangkin besar karena Daerah dapat dengan mudah menyesesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya
peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif.
2.5.2 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
36 Sumber Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Bahwa perkembangan
teknologi informasi
yang begitu
pesat, mengakibatkan banyaknya penyelenggaraan reklame. Hal ini dapat dilihat dari
aspek desain, penyelenggara reklame, dan corak ragam atau jenis reklame, yang
harus diakomodasi dan mendapatkan pelayanan yang sama.
Selama ini pungutan Daerah yang berupa Pajak dan Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, Daerah diberi kewenangan
untuk memungut 11 sebelas jenis Pajak, yaitu 4 empat jenis Pajak Provinsi dan 7 tujuh jenis Pajak KabupatenKota. Selain itu, KabupatenKota juga masih
diberi kewenangan untuk menetapkan jenis Pajak lain sepanjang memenuhi
kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berdasarkan Pasal 2 ayat 2 tentang jenis
pajak dan Pasal 95 ayat 1 bahwa Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, kemampuan Daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena Daerah dapat menyesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak
daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Di pihak lain, dengan memberikan kewenangan kepada Daerah untuk menetapkan jenis pajak akan memberikan
37 kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.5.3 Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun
2011 Tentang Pajak Reklame
Sebagai peraturan perubahan dari Peraturan Walikota Medan Nomor 58 Tahun 2011, Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 ini jauh lebih
memperhatikan tata letak reklame dan keindahan kota. Dalam peraturan walikota ini, ada tiga SKPD yang menaungi dalam penerbitan izin reklame, diantaranya
adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.
Hal-hal yang lebih diperhatikan dalam pelaksanaan penerbitan izin reklame diantaranya adalah kawasanzona penyelenggaraan reklame, nilai sewa
reklame, nilai strategis lokasi, kelas jalan reklame, sudut pandang reklame, ketinggian reklame, penyelenggara reklame, lebar didang reklame, panjang bidang
reklame dan materi reklame. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut diharapkan tata letak reklame
di Kota Medan dapat lebih baik lagi. Penataan reklame tersebut diatur didalam Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 tentang penataan reklame.
Dimana tim teknis pengawasan reklame ini berada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.
38
2.6 Penerbitan Izin Reklame