Kesimpulan a. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011

185

BAB VI PENUTUP

Pada bagian penutup ini peneliti akan menyampaikan apa yang menjadi kesimpulan penelitian serta rekomendasi atau saran-saran atas implementasi kebijakan, sehingga rekomendasi tersebut dapat menjadi solusi atas tindakantindakan implementasi di masa yang akan datang. Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Bagian kesimpulan dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam perumusan masalah. bagian kesimpulan juga harus selaras dan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan peneliti pada bagian sebelumnya.

6.1 Kesimpulan a. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011

Tentang Pajak Reklame bahwa proses pelaksanaan kebijakan pelayanan dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan belum berjalan optimal. Dengan diberlakukannya peraturan daerah ini, kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena daerah dapat menyesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar di Kota Medan adalah Pajak Reklame. Bahwa perkembangan 186 teknologi informasi yang begitu pesat, mengakibatkan banyaknya penyelenggaraan reklame. Hal ini dapat dilihat dari aspek desain, penyelenggara reklame, dan corak ragam atau jenis reklame, yang harus diakomodasi dan mendapatkan pelayanan yang sama. Dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame, bahwa tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan pelayanan serta efektifitas pemungutan pajak reklame. Berdasarkan temuan penelitian jika melihat adanya revisi dari tentang petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011, bahwa tujuan dilakukannya revisi tersebut dapat didefenisikan oleh informan sebagai “peningkatkan pelayanan penerbitan izin reklame serta meningkatkan penataan tata letak reklame agar lebih memperhatikan keindahan Kota Medan”. Untuk mencapai tujuan ini Walikota Medan menetapkan tiga SKPD dalam penerbitan izin reklame, yaitu diantaranya adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapat dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Tetapi ternyata dalam pelaksanaannya berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan dengan terbaginya kewenangan kepada tiga SKPD menyebabkan pembagian tugas dan fungsi dalam penerbitan izin reklame ini menjadi tidak optimal serta menjadikan masyarakat mengalami kesulitan dalam pengurusan izin reklame karena masih adanya kerancuan didalam petunjuk teknis yang diatur didalam Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014. 187 Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka jika dilihat dari empat variabel Teori Edward maka kendala yang paling sering muncul terletak pada Struktur Birokrasinya. Dari tiga SKPD yang menaungi izin reklame tersebut bahwa menurut informan adanya ketidakcocokan wewenang yang diberikan terhadap tugas dan fungsi dinas itu sendiri. Serta adanya kecenderungan antar dinas yang menangani penerbitan izin reklame untuk menguasai kewenangan ini. Tetapi jika dihubungkan kepada seluruh variabel yang ada ternyata variabel sumberdayalah yang mempengaruhi variabel struktur birokrasi, dan struktur birokrasi tersebut mempengaruhi variabel komunikasi dan variabel disposisi. Karena pada variabel struktur birokrasi yang diberikan wewenang dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapatan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Walaupun tampak terlihat tidak efesien karena tidak dilakukan dalam satu pintu ternyata dipengaruhi oleh beberapa hal yang ada pada variabel sumberdaya. Apabila proses penerbitan izin reklame ini dapat dilakukan pada satu pintu maka akan sangat mempermudah masyarakat dalam pengurusan izin reklame di Kota Medan. Kota Medan sudah memiliki badan pelayanan perizinan terpadu yang sistem prosedur administrasi sudah berjalan dengan baik dan cepat karena sudah mempergunakan sistem online dimana para calon pemohon juga dapat memantau proses pelaksanaan izin tersebut. Dengan alasan tersebut maka informan mengatakan bahwa akan jauh lebih baik jika seluruh izin reklame dapat diterbitkan di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu. Tetapi jika melihat isi 188 Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014, keseluruhan penerbitan izin reklame tidak dapat dilakukan di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu karena adanya beberapa reklame yang harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan dimana izin tersebut hanya ada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Meskipun variabel struktur birokrasi tersebut dipengaruhi oleh variabel sumberdaya, ternyata variabel struktur birokrasi mempengaruhi variabel komunikasi dan variabel disposisi. Hal tersebut terjadi karena pembagian wewenang yang dirasa tidak pas oleh informan maka timbullah rasa siapa yang lebih pantas dalam penerbitan izin reklame seluruhnya. Sehingga membuat komunikasi diantaranya kurang baik. Jarangnya pertemuan khusus untuk membahasas permasalahan reklame yang terjadi di Kota Medan. Hal tersebutpun juga mempengaruhi hubungan koordinasi diantaranya. Variabel struktur birokrasi ini juga mempengaruhi variabel disposisi. Menurut informasi yang diperoleh dari masyarakat atau para pengusaha advertising di Kota Medan, mereka berpendapat bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 membuat mereka harus menjalani atau memenuhi persyarat dalam penerbitan izin reklame menjadi lebih banyak dan lebih banyak melibatkan aktor-aktor didalamnya. Jika dibandingkan dengan proses penerbitan izin reklame di Dinas Pertamanan dengan yang ada saat ini mereka lebih menyukai pada saat menjalani proses penerbitan izin reklame di Dinas Pertamanan. Karena kemudahan prosedur serta tidak adanya larangan dalam tata letak lokasi reklame, ukuran serta tanpa menghiraukan keindahan Kota Medan. Terlebih lagi saat ini ketatnya proses penerbita izin reklame yang di 189 lakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan berdampak negatif yang cukup besar terhadap bisnis periklanan mereka karena tidak dapat mendirikan reklame. Tetapi jika masyarakat awam seperti penulis melihat, ini adalah langkah awal untuk membuat Kota Medan menjadi lebih indah tanpa banyaknya sampah reklame.

b. Variabel-variabel atau