179
10.2.2 Analisis hubungan antar variabel
Pada tahun 2014 Lembaga Negara Pengawas Pelayanan Publik,
Ombudsman Republik Indonesia, menganugerahi predikat kepatuhan terhadap Undang-Undang Pelayanan Publik kepada Pemerintah Kota Medan. Dengan
diberikannya predikat tersebut tentu pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat sudah sangat baik, cepat, mudah, murah dan tidak
berbelit. Tetapi apa yang terjadi dilapangan jauh berbeda dengan apa yang diharapkan. Proses yang sangat panjang, berbelit, lama dan mahal.
Pelayanan publik yang berkualitas, sangat diperlukan guna mengimbangi peningkatan kondisi sosial, ekonomi serta kesadaran masyarakat dalam bernegara.
Izin termasuk layanan publik karena orang yang memanfaatkan layanan tersebut harus membayar sesuai tarif yang ditetapkan oleh pemerintah. Izin atau perizinan
yang merupakan jasa publik harus sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan selaku penyelenggara pemerintahan.
Sehingga apa yang akan dilaksanakan menjadi legalresmi dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pelayanan publik izin reklame yang dimaksud dengan reklame disini bentuknya berupa iklan diluar ruangan. Iklan atau reklame yang dimaksud adalah
reklame papanbillboardbando, reklame megatronvideotronlarge electronic display LED, reklame neon box, reklame neon sign, reklame baliho, reklame
kainbannerumbul-umbul, melekatposterstikerrombong, reklame selebaran, reklame berjalankendaraan, reklame apung, reklame filmslide dan sebagainya.
180
Dengan diberlakukannya tiga tempat yang berbeda dalam penerbitan izin
reklame di Kota Medan tentu membuat masyarakat megalami kebingungan. Karena setiap jenis dan ukuran reklame berbeda tempat penerbitan izin
reklamenya. Jika masyarakat atau para pengusaha advertising tidak memahami peraturan yang terbaru tentang petunjuk teknis penerbitan reklame maka tentu
mereka akan mengalami kesulitan. Dengan begitu tentu saja tidak dipungkiri akan terjadinya proses penerbitan izin yang lama, mahal dan berbelit karena tidak
hanya satu dinas saja yang menangani proses penerbitan izin reklame tersebut.
Permasalahan tersebut ternyata dipengaruhi oleh struktur birokrasi, komunikasi, sumberdaya dan disposisi antar dinas yang menaungi izin reklame di
Kota Medan. Jika dilihat dari hasil penelitian per variabel, maka dari keempatkan yang paling mempengaruhi adalah variabel struktur birokrasi. Karena kurang
tepatnya wewenang yang diberikan kepada dinas atau badan tersebut dan adanya ketidak sesuaiannya tugas penerbitan izin reklame ini kepada dinas terkait dengan
tupoksi dinas tersebut. Seperti tampak jelas pada Dinas Pendapatan yang tidak memiliki tupoksi untuk menangani penerbitan izin reklame serta tidak adanya sub
bagian khusus menangani penerbitan izin reklame tersebut. Saat ini proses penerbitan izin reklame di Dispenda masih adanya pembagian tugas, seperti untuk
proses pendaftaran dilakukan di sub bagian pendataan, dan proses penerbitan izin reklame dilakukan pada sub bagian penagihan. Dengan tidak adanya sub bagian
khusus yang menangani izin reklame ini, maka proses penerbitan izin reklame di Dispenda terbilang sangat panjang dan lama. Yang tentu saja hal tersebut akan
181
mempersulit para pengguna jasa penerbitan izin reklame tersebut, karena tidak adanya waktu yang ditetapkan atau batas waktu proses penerbitan izin reklame
yang mereka kerjakan. Hal yang sangat jauh berbeda dengan proses penerbitan izin reklame di
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa sudah tepatnya wewenang yang diberikan kepada badan tersebut. Karena
sesuai dengan tupoksi yang ada dan sesuai dengan nama SKPD yang ada. Dalam pelaksanaan proses penerbitan izin reklame pada badan ini cukup terbilang cepat,
mudah dan dapat dipantau langsung oleh para pengguna jasa. Karena badan ini sudah menggunakan sistem online yang canggih serta ditetapkannya batas waktu
maksimal pengerjaan proses penerbitan izin reklame tersebut sehingga masyarakat mendapatkan kepastian waktu. Badan pelayanan terpadu seharusnya dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah kota medan dengan melakukan proses penerbitan izin reklame satu pintu seperti yang sudah dilakukan di daerah-
daerah yang berada di Pulau Jawa. Tetapi jika melihat kembali Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun
2014, maka ada beberapa reklame yang memerlukannya Izin Mendirikan Bangunan. Izin tersebut hanya diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata
Bangunan belum ada di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu. Sehingga dilibatkanlah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam proses penerbitan izin
reklame di Kota Medan.
182
Tetapi jika menghubungkan antar variabel, ternyata peneliti melihat sangat berpengaruhnya variabel struktur birokrasi dalam penerbitan izin reklame
dipengaruhi dan mempengaruhi variabel lainnya. Jika dihubungkan kepada seluruh variabel yang ada ternyata variabel
sumberdayalah yang mempengaruhi variabel struktur birokrasi, dan struktur birokrasi tersebut mempengaruhi variabel komunikasi dan variabel disposisi.
Karena pada variabel struktur birokrasi yang diberikan wewenang dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan adalah Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu, Dinas Pendapatan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Walaupun tampak terlihat tidak efesien karena tidak dilakukan dalam satu pintu ternyata
dipengaruhi oleh beberapa hal yang ada pada variabel sumberdaya. Yaitu pertama, seluruh izin tidak dapat dilakukan seluruhnya di Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu dikarekan badan tersebut tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan yang masih diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
belum di BPPT. Serta jenis reklame yang diterbitkan oleh badan tersebut adalah jenis reklame yang bersifat isidental atau sementara. Kedua, meskipun tidak
sesuai dengan tupoksi yang ada pada Dinas Pendapatan tetapi dinas tersebut memiliki aparat yang banyak untuk melakukan pengecekan lapangan serta
reklame yang dilimpahkan kepada dinas ini berhungan dengan pajak. Ketiga, jenis reklame yang diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan adalah jenis
reklame yang memiliki bangunan kontruksi sehingga memerlukan IMB. Selain memiliki fungsi penerbitan izin reklame, dinas ini juga memiliki fungsi
pengawasan terhadap reklame yang ada di Kota Medan. Karena pada Pemerintah
183
Kota Medan yang memiliki tim teknis hanyalah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.
Meskipun variabel struktur birokrasi tersebut dipengaruhi oleh variabel sumberdaya, ternyata variabel struktur birokrasi mempengaruhi variabel
komunikasi dan variabel disposisi. Hal tersebut terjadi karena pembagian wewenang yang dirasa tidak pas oleh informan maka timbullah rasa siapa yang
lebih pantas dalam penerbitan izin reklame seluruhnya. Sehingga membuat komunikasi diantaranya kurang baik. Jarangnya pertemuan khusus untuk
membahasas permasalahan reklame yang terjadi di Kota Medan. Hal tersebutpun juga mempengaruhi hubungan koordinasi diantaranya. Sejak keluarnya kebijakan
penerbitan izin reklame, ketiga SKPD tersebut hanya sebatas berkoordinasi secara administrasi saja yang berhungan tentang pengawasan reklame pada Dinas Tata
Ruang dan Tata Bangunan selebihnya tidak ada. Dengan kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara tiga SKPD tersebut maka setiap SKPD tidak memahami
dan tidak mengetahui secara pasti bagaimana dan apa yang terjadi pada SKPD tersebut. Sehingga terjadinya kesimpangsiuran kabar diantaranyaa. Serta para
advertising berpendapat bahwa masih adanya kerancuan terhadapa perwal tersebut.
Contohnya seperti pada permasalahan yang terjadi pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan selama tahun 2014 tidak mengeluarkan izin reklame. Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu dan Dinas Pendapatan berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dirasa kurang tepat. Karena
mereka menganggap banyaknya reklame yang berdiri tanpa izin tetapi pada saat
184
adanya pemohon izin reklame secara resmi justru ditolak sehingga hal tersebut menurut mereka tidak cocok dan merugikan Pemerintah Kota Medan karena tidak
adanya PAD yang disumbangkan. Tetapi dari hasil penelitian yang diperoleh peniliti, apa yang dilakukan
oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan memiliki alasan yang kuat. Diantaranya adalah tidak adanya calon pemohon izin reklame yang memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan kebijakan yang ada serta hal tersebut dilakukan bertujuan untuk penataan reklame di Kota Medan yang semangkin seperti hutan
reklame. Variabel struktur birokrasi ini juga mempengaruhi variabel disposisi.
Karena dengan ditempatkannya penerbitan izin reklame di tiga tempat yang berbeda maka para pengguna jasa atau para advertising merasa lebih nyaman
dengan penerbitan izin reklame yang dahulu dilaksanakan di Dinas Pertamanan. Hal tersebut dikarenakan, para advertising berpendapat bahwa proses penerbitan
yang dilakukan pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan lebih banyak persyaratan yang harus dipenuhi serta sulitnya mengeluarkan izin reklame
membuat pada advertising khawatir. Tetapi jika peneliti melihat selama penelitian, justru hal tersebut adalah langkah awal pemerintah untu menangani
maraknya reklame di Kota Medan. Meskipun dalam pengawasan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan masih belum terlaksana dengan baik karena terlihat
masih banyaknya reklame yang melakukan pelanggaran tetapi belum dilakukan penindakan.
185
BAB VI PENUTUP
Pada bagian penutup ini peneliti akan menyampaikan apa yang menjadi kesimpulan penelitian serta rekomendasi atau saran-saran atas implementasi
kebijakan, sehingga rekomendasi tersebut dapat menjadi solusi atas tindakantindakan implementasi di masa yang akan datang. Kesimpulan
merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Bagian kesimpulan dimaksudkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam perumusan masalah. bagian kesimpulan juga harus selaras dan sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah disebutkan peneliti pada bagian sebelumnya.
6.1 Kesimpulan a. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011