B. DPR Menurut Undang-Undang Dasar 1945
1. DPR Sebelum Amandemen UUD 1945
DPR sebagai salah satu cabang kekuasaan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia sejatinya mengalami beberapa perubahan sebelum akhirnya dapat berdiri
dan dipandang sebagai salah satu lembaga perwakilan rakyat yang penting dewasa ini. Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno untuk
memberlakukan kembali UUD 1945 tentu saja memberikan kesempatan sekali lagi bagi pemerintah Indonesia untuk menggunakan sistem presidensial. Sistem yang
berlaku hingga pemerintahan orde baru selama 32 tahun.
18
Kedudukan serta peran parlemen selama pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto selama 32 tahun dinilai sangat lemah. Seperti apa
yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwihardjo, menurutnya untuk mengukur atau menilai peran dan kedudukan lembaga legislatif ini baik sebelum maupun pasca
amandemen hanya ada satu tolak ukur yang pantas dijadikan acuan, yaitu UUD 1945. “untuk membahas dan menilai praktek-praktek ketatanegaraan pada masa lalu
dan masa pasca orde baru, kita harus mempergunakan kriteria atau tolak ukur yang sama. Menurutnya kriteria itu adalah UUD 1945.”
19
Menurut UUD 1945 sebelum amandemen, peran dan fungsi DPR hanya terbatas pada hak mengajukan rancangan undang-undang. Bunyi pasal 21 ayat 1
18
Moch. Nurhasim Ikrar Nusa Bakti, Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 23
19
A. Dahlan Ranuwihardjo, Seminar Nasional, Format Lembaga Kepresidenan Menuju Demokratisasi Kehidupan Politik Dimasa Depan, September 1998, h. 5
UUD 1945, misalnya, mengatakan bahwa anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan rancangan undang-undang. Ketentuan tersebut tentu saja
menumpulkan peran legislasi dan dinamisasi fungsi lembaga legislatif ini selama kurang lebih 32 tiga puluh dua tahun. Peran DPR selama masa itu sebelum
amandemen UUD 1945 tampaknya hanya menjadi lembaga pelengkap dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, unuk melengkapi teori trias politica yang dianut oleh
negara ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa DPR pada masa itu tidak lebih dari sekedar corong bagi lembga eksekutif.
20
Latar belakang keanggotaan DPR hasil pemilu selama Orde Baru mudah diidentifikasi.sebab untuk setiap pemilihan umum, anggota DPR selalu dipilih dari
organisasi atau kelompok yang sama, yakni birokrasi, partai politik, pimpinan organisasi kemasyarakatan dan kalangan ABRI. Pada masa pemerintahan Soeharto,
semua calon anggota DPR wajib mengikuti proses seleksi yang dikenal dengan istilah Litsus atau Penelitian Khusus. Litsus diberlakukan untuk semua calon anggota DPR
dari partai politik maupun anggota DPR yang diangkat dari kalangan ABRI dan golongan non ABRI.
21
Berdasarkan UUD 1945, lembaga DPR RI memiliki tiga fungsi utama yakni, fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Pelaksanaan ketiga fungsi ini mengalami
proses pasang surut sesuai dengan sistem dan situasi politik secara nasional. Pada
20
Formappi, Lembaga Perwakilan Rakyat dI Indonesia : Studi dan Analisis Sebelum dan Setelah Perubahan UUD 1945, Jakarta: Formappi, 2005, h. 75
21
Formappi, Lembaga Perwakilan.......... h. 79
masa Presiden Soekarno misalnya, Konstituante dibubarkan karena dinilai tidak mampu menyusun UUD. Sedangkan pada masa Presiden Soeharto, DPR berada di
bawah dominasi eksekutif sehingga ketiga fungsinya tidak dapat berjalan secara efektif..
22
Dominasi eksekutif begitu terasa pada masa orde baru sehingga melumpuhkan tugas, fungsi dan wewenang DPR yang sejatinya merupakan sebuah lembaga
perwakilan rakyat. namun pada masa ini DPR seakan tidak berkutik di bawah Eksekutif. Bahkan pemilihan anggota DPR pun ikut didominasi oleh eksekutif yang
pada saat itu terkesan sangat superior. Seakan tak bernyali, peran DPR pada masa ini hanya terletak pada pengajuan rancangan undang-undang Pasal 21 ayat 1 UUD
1945 sebelum amandemen. Hal ini berdampak buruk bagi situasi politik dan sistem pemerintahan yang
berjalan di Indonesia. Dominasi eksekutif pada masa orde baru seakan melemahkan peran lembaga negara lain, sehingga pemerintahan pada masa ini dapat berjalan
selama 32 tahun tanpa ada yang dapat menghentikan. Namun apakah dominasi eksekutif yang super power terhadap lembaga negara lain bisa membawa Indonesia
menjadi lebih baik? Kenyataannya justru setelah 32 tahun dominasi itu berakhir masih banyak hal yang dijadikan pekerjaan rumah tangga bagi bangsa Indonesia.
Mulai dari sisi ekonomi dimana Indonesia mengalami krisis moneter finansial, dilanjutkan pada sisi sosial budaya yang hampir musnah karena
banyaknya daerah-daerah yang memaksa ingin keluar dari bagian kekuasaan Negara
22
Formappi, Lembaga Perwakilan………. h. 81
Republik Indonesia dan membentuk negara mereka sendiri hingga berkurangnya kepercayaan masyarakat akan pemerintah mengakibatkan goncangan dan gejolak
yang luar biasa bagi bangsa Indonesia pada saat itu. Pemerintahan yang sudah berjalan selama 32 tahun itu dianggap tidak lagi berpihak kepada rakyat dan lebih
mementingkan eksistensi satu pihak sehingga banyak merugikan rakyat Indonesia.
2. DPR Sesudah Amandemen UUD 1945