Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
c. mengadakan sidang untuk menerima tindakan danatau peristiwa yang
patut diduga dilakukan oleh Anggota sebagai pelanggaran terhadap undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta peraturan DPR yang
mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik;
d. menerima surat dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan
danatau pemanggilan danatau penyidikan kepada Anggota atas dugaan melakukan tindak pidana;
e. meminta keterangan dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan
danatau pemanggilan danatau penyidikan kepada Anggota atas dugaan melakukan tindak pidana;
f. meminta keterangan dari Anggota yang diduga melakukan tindak
pidana; g.
memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis mengenai pemanggilan dan permintaan keterangan dari pihak
penegak hukum kepada Anggota yang diduga melakukan tindak pidana; dan
h. mendampingi penegak hukum dalam melakukan penggeledahan dan
penyitaan di tempat Anggota yang diduga melakukan tindak pidana.
B. Latar Belakang Mahkamah Kehormatan Dewan
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah MD3 Posisi Mahkamah Kehormatan Dewan sudah tercantum jelas yaitu sebagai unit kerja atau alat kelengkapan DPR RI. Latar
belakang pembentukan Mahkamah Kehormatan Dewan ini tidak lepas dari berbagai sorotan atau opini publik yang tidak puas atas kinerja dan kapasitas anggota dewan
dalam melaksanakan tugasnya. Publik menilai maraknya perilaku yang mencerminkan sifat buruk dari para anggota dewan seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme KKN menjadikan masyarakat seakan tidak percaya atau kehilangan
harapan mereka terhadap para anggota dewan yang mengatasnamakan diri mereka sebagai para wakil rakyat.
Hal ini menjadi tuntutan rakyat untuk melakukan reformasi. Mengingat begitu pentingnya posisi dan peran dari anggota DPR sebagai representasi rakyat tidak
menjamin bahwa kinerja dari anggota DPR sudah memuaskan. Banyak anggota DPR yang pernah terjerat kasus hukum ditambah dengan terlalu mudahnya anggota DPR
untuk menjadi saksi dalam sebuah kasus, korupsi misalnya. Hal ini menjadikan pandangan rakyat terhadap anggota DPR semakin buruk. Hal tersebut juga diakui
oleh wakil Ketua Umum PPP Lukman Hakim Saifuddin, bahwa saat ini parlemen sudah kehilangan kepercayaan rakyat. Karena itu, DPR hasil pemilu 2014 harus lebih
baik dari pada sebelumnya
42
. Pembentukan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam lembaga negara ini
merupakan respons atas sorotan publik akan kinerja para anggota dewan yang dinilai buruk tersebut. Bagaimanapun, pada awalnya lembaga ini bernama Dewan
Kehormatan DK sebelum diresmikan sebagai alat kelengkapan yang bersifat tetap dan berganti nama menjadi Badan Kehormatan BK pada tahun 2003 dan kemudian
diubah menjadi Mahkamah Kehormatan Dewan MKD seperti saat ini.
43
Suatu hak dan sekaligus kewajiban memang melekat dan dilekatkan dalam diri anggota
42
Tinjauan Kompas, Menatap Indonesia 2014 : Tantangan, Prospek Politik Dan Ekonomi Indoneisa, Jakarta:Buku Kompas, 2014, h. 131
43
Nur Habibi, “Praktik Pengawasan Etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia” Jurnal Cita Hukum, Vol. 1 Juni 2014 h. 47
legislatif, dan keduanya harus dijalankan secara proporsional ketika seorang anggota legislatif menjalankan perannya di lembaga perwakilan rakyat.
44
Pantangan atau larangan-larangan bagi para anggota parlemen telah ada untuk menunjang kinerja MKD dalam menyelidiki dugaan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh anggota DPR. Larangan-larangan tersebut tertuang dalam Keputusan DPR RI tentang Kode Etik DPR RI antara lain pasal 9 ayat 1 dan 2 yang
menyatakan bahwa anggota tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas kedewanan; anggota tidak dapat membawa
keluarga dalam suatu perjalanan dinas, kecuali dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau atas biaya sendiri.
Kemudian pada pasal 11 dinyatakan bahwa anggota dilarang menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 13
menyatakan bahwa anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi proses peradilan untuk kepentingan pribadi danatau pihak lain. Pada pasal 14
dinyatakan bahwa anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, keluarga, sanak famili, dan kroninya yang
mempunyai usaha atau melakukan penanaman dalam suatu bidang usaha. Dan yang terakhir, pada pasal 17 ayat 2 dinyatakan bahwa anggota tidak diperkenankan
melakukan hubungan dengan mitra kerjanya dengan maksud meminta atau menerima imbalan atau hadiah untuk kepentingan pribadi.
44
Satya Arinanto Nunuk Triyanti, ed,. memahami hukum..... h.487
Sebagai alat kelengkapan parlemen yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk mengawasi sekaligus menindak segala pelanggaran etik yang diduga dilakukan
oleh anggota DPR MKD tentu butuh peran serta masyarakat atau warga sipil dalam menjaga kehormatan dan keluhuran citra para wakil rakyat. Peran masyarakat dalam
membantu tugas MKD adalah dengan cara melapor segala tindakan anggota parlemen yang dianggap melanggar kode etik. Karena dengan adanya laporan ini MKD akan
melakukan penyelidikan dan verifikasi sehingga fungsinya dapat bekerja sebagai sebuah alat kelengkapan dewan. Oleh karena itu mengapa alat kelengkapan yang
bernaung di bawah DPR ini tidak dapat bekerja sendiri melainkan dengan keikut sertaan masyarakat sebagai penunjang. Namun laporan yang dilaporkan masyarakat
terhadap MKD akan adanya dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota DPR haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan yang sudah tertuang dalam Undang-undang
atau tata tertib DPR dan peraturan lainnya yang mengatur tentang kode etik DPR RI.
C. Keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan