1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum dalam arti luas meliputi keseluruhan aturan normatif yang mengatur dan menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
dengan didukung oleh sistem sanksi tertentu terhadap setiap penyimpangan di dalamnya.
1
Hukum sendiri ada di dalam sebuah masyarakat yang berfungsi untuk menciptakan keamanan, ketentraman dan keteraturan di dalam berkehidupan dan
hukum sendiri memiliki mekanisme untuk saling mengawasi.
2
Sedangkan sanksi atau hukuman ada karena adanya hukum sebagai akibat dari perilaku yang melanggar
aturan. Negara adalah suatu organisasi yang hidup yang harus mengalami segala
peristiwa yang menjadi pengalamannya tiap-tiap benda yang hidup. Plato 348-427 S.M. mengatakan bahwa negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi
terdiri dari orang-orang. Adapun menurut Grotius atau Hugo De Groot 1438-1645 bahwa negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibuat manusia untuk melahirkan
keberuntungan dan kesejahteraan umum. Berbeda dengan kedua pendapat tersebut, Karl Marx 1818-1883 berpendirian lain lagi, mengatakan bahwa negara adalah
1
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Pilar_Pilar Demokrasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h. 1
2
Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2006, h. 10
suatu alat kekuasaan bagi manusia penguasa untuk menindas kelas manusia yang lainnya.
3
Indonesia termasuk salah satu negara kesatuan. Negara kesatuan disebut juga dengan uniterisme atau eenbeistaat, ialah suatu negara merdeka dan berdaulat,
dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah pusat yang mengatur seluruh daerah, jadi tidak terdiri dari beberapa daerah yang berstatus negara
bagian deelstaat atau negara dalam negara. Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai
kekuasaaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara, menetapkan kebijakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan negara baik di
pusat maupun di daerah-daerah, di dalam maupun di luar negeri.
4
Pemerintahan merupakan alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya, pemerintah seringkali
menjadi personifikasi sebuah negara. Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik
yang disebut negara, pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari,
3
Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Prestasi Pustaka 2007, h. 118
4
Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan……….. h. 139
yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama.
5
Indonesia membagi 3 kekuasaan untuk menjalankan tata pemerintahan. Yaitu lembaga eksekutif Presiden, lembaga legislatif MPR, DPR DPD, serta lembaga
yudikatif MK, MA. dll. Ketiga lembaga negara ini memiliki tugas dan fungsi yang saling berkaitan satu sama lain. Sehingga ketiga lembaga negara ini tetap
menjalankan tugas dan fungsinya tanpa ada tumpang tindih jabatan atau memiliki kekuasaan berlebihan dari apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Undang-Undang.
Lembaga-lembaga tersebut dalam praktik dan implementasi nya juga membutuhkan pengawasan agar tidak menyalahi peraturan yang ada dan agar tetap
dalam jalur yang benar dalam menjalankan tugas nya sebagai lembaga perwakilan rakyat. Setiap lembaga-lembaga mempunyai Tupoksi Tugas pokok dan Fungsi nya
masing-masing, dimana semua nya telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilat Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau yang lebih dikenal dengan singkatan Undang-Undang MD3.
Setiap lembaga-lembaga negara memiliki alat kelengkapan, dimana alat kelengkapan ini dibentuk dan dijalankan oleh anggota dari setiap lembaga-lembaga
negara tersebut untuk membantu setiap lembaga negara dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. MPR memiliki alat kelengkapan
Pimpinan dan Panitia ad hoc. Sedangkan alat kelengkapam DPR terdiri atas
5
Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan….. h. 123-124
Pimpinan, Badan Musyawarah Bamus, Komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran, Badan Kerjasama Antar-Parlemen, Mahkamah Kehormatan Dewan MKD, Badan
Urusan Rumah Tangga BURT, Panitia Khusus Pansus dan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. Dalam menjalankan tugasnya,
alat kelengkapan dibantu oleh unit pendukung yang tugasnya diatur dalam peraturan DPR tentang Tata Tertib.
6
Dewan Perwakilan Rakyat DPR memiliki satu alat kelengkapan yang bertujuan untuk menjaga kehormatan dan keluhuran para wakil rakyat yang duduk di
kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Alat kelengkapan itu adalah Mahkamah Kehormatan Dewan selanjutnya disingkat MKD. Sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 2
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2014 tentang MD3 yang berbunyi: “Mahkamah Kehormatan Dewan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan menjaga serta menegakkan kehormatan dan
keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.” Dari pengertian pasal 119 ayat 1 2 dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3
tadi dapat diketahui dengan jelas dan pasti apa tujuan utama dibentuknya alat kelengkapan DPR yang bernama Mahkamah
Kehormatan Dewan ini. Tujuan utama dari dibentuknya MKD ini adalah untuk menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai
lembaga perwakilan rakyat. Oleh karena itu, setiap anggota DPR termasuk juga
6
www.id.m.wikipedia.org diakses pada 12 Februari 2016 pukul 20:20
ketua DPR dalam menjalankan tugas nya tidak bisa bertindak diluar batas yang telah di tetapkan oleh Undang-Undang atau peraturan lain mengenai DPR.
Sehubungan dengan peran dan tugas MKD dalam menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR RI sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Penulis tertarik untuk meneliti sebuah kasus yang berkaitan dengan Ketua DPR RI Periode 2014-2019 yaitu Setya Novanto dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik
lantaran diduga meminta sejumlah saham kepada PT Freeport Indonesia dengan mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia beberapa waktu lalu.
Menanggapi kasus Setya Novanto MKD selaku alat kelengkapan DPR RI yang memiliki peran dan tugas untuk menjaga serta menegakkan kehormatan dan
keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat. Dan memiliki tugas, fungsi dan wewenang yang salah satunya untuk memutus suatu perkara yang diduga
dilakukan oleh anggota DPR yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
MPR, DPR, DPD dan DPD UU MD3 yang mengatur tentang Tata Tertib dan Kode Etik. MKD justru menutup kasus tersebut tanpa memberikan putusan apapun. Ini
kiranya bertentangan dengan Tugas, Fungsi dan Wewenang yang dimiliki oleh MKD sebagai salah satu alat kelengkapan yang dimiliki oleh DPR.
Permasalahan tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan memahami bagaimana kewenangan MKD selaku alat kelengkapan DPR RI
dalam menyelesaikan kasus pelanggaran kode etik yang menyangkut anggota DPR RI. Oleh karena itu, penulis mengambil judul tentang Kewenangan Mahkamah
Kehormatan Dewan dalam sidang etik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia studi kasus Setya Novanto.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah