D. Teori Mandat
Cara melaksanakan kekuasaan negara ialah senantiasa mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi, tiap tindakan dalam melaksanakan kekuasaan negara tidak
bertentangan dengan kehendak dan kepentingan rakyat, bahwa sedapat mungkin berusaha memenuhi segala keinginan rakyat.
38
Dalam pelaksanaannya Lembaga Perwakilan Rakyat atau parlemen atau dalam hal ini DPR berperan sebagai lembaga
yang menampung aspirasi rakyat dan menyuarakan aspirasi tersebut kepada pemerintah. Hal ini berarti ada satu keterkaitan antara rakyat sebagai pihak yang
memberi amanat atau mandat dan parlemen sebagai pihak yang menerima dan menjalankan amanat atau mandat tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam perwakilan politik berawal dari ide atau konsepsi demokrasi sebagai gambaran tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam teori mandat, wakil dilihat sebagai penerima mandat untuk merealisasikan kekuasaan terwakil dalam proses kehidupan politik. Oleh karena itu, wakil hendaknya
selalu berpandangan, bertindak dan bersikap sejalan dengan mandat yang diberikan terwakil dalam melaksanakan tugasnya.
39
Dalam hubungan antara rakyat dan pemerintah atau sebagai pihak yang terwakili dengan pihak yang mewakili terdapat
beberapa teori mandat yaitu:
38
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003, h. 43-44
39
Lili Romli, ed., DPR RI Periode 2009-2014: Catatan Akhir Masa Bakti, Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi P3DI Sekretariat Jendral DPR Republik Indonesia,
2013, h. 22
1. Mandat Imperatif
Menurut ajaran ini si wakil bertugas dan bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak
boleh bertindak diluar instruksi tersebut dn apabila ada hal-hal baru yang tidak terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi baru
yang diwakilinya baru dapat melaksanakannya. 2.
Mandat Bebas
Ajaran ini dipelopori oleh Abbe Sieyes di Prancis dan Black Stone di Inggris. Ajaran ini berpendapat si wakil dapat bertindak tanpa bergantung
instruksi dari yang diwakilinya. Menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang
diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atas nama rakyat.
3. Mandat Representatif
Dalam teori ini, sang w akil dianggap tergbung dalam lembaga perwakilan parlemen. Dalam teori ini sang terwakil rakyat memilih wakil anggota
parlemen melalui lembaga perwakilan. Sehingga tidak ada hubungan pasti atau keterikatan dalam bentuk apapun antara wakil dan yang terwakili apalagi
pertanggungjawaban dari sang wakil terhadap yang terwakili. Teori ini pada hakikatnya benar-benar mengajarkan bentuk atau sistem keterwakilan secara
murni. Karena tidak ada hubungan yang pasti antara wakil dan terwakili, maka lembaga perwakilan lah parlemen yang mempunyai tanggung jawab terhadap
sang terwakil rakyat.
40
Melihat berbagai bentuk dari teori mandat tersebut, teori mandat hampir menuangkan atau menyatakan hal yang sama dengan teori perwakilan, namun dengan
bentuk dan sistem yang lebih berbeda. Jadi, menurut kedua teori ini ada suatu hubungan antara rakyat dan wakil rakyat untuk menjalankan suatu roda pemerintahan
meskipun hanya mengandalkan sebuah teori tanpa ada suatu peraturan tertulis.
40
Sri Andriyani, “Kewenangan Legislasi Dewan Perwakilan Daerah Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD DAN DPRD.” Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitasa Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. H. 20
BAB III MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN SEBAGAI
ALAT KELENGKAPAN DPR RI A.
Alat Kelengkapan DPR RI
Dalam menjalankan tugasnya DPR memiliki satuan atau unit kerja yang disebut dengan Alat Kelengkapan DPR RI. Berdasarkan undang-undang Nomor 17
Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah UU MD3 DPR
memiliki alat kelengkapan yang bertugas sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang mereka masing-masing. Untuk mendukung kinerja setiap Alat Kelengkapan dibantu
oleh unit pendukung. Unit pendukung yang dimaksud terdiri dari tenaga administrasi dan tenaga ahli.
Alat kelengkapan DPR RI juga beragam kedudukannya. Ada alat kelengkapan yang bersifat tetap dan ada juga yang bersifat sementara. Alat kelengkapan yang
bersifat tetap adalah alat kelengkapan yang sudah sejak lama terbentuk dan menjalankan tugasnya secara terus-menerus dan berkelanjutan. Sementara alat
kelengkapan yang bersifat sementara adalah alat kelengkapan yang dibentuk hanya untuk menyelesaikan suatu isu atau kasus yang sedang terjadi dan menjadi
kewenangan DPR untuk menyelesaikannya dan alat kelengkapan ini bubar setelah selesai menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Selain kedudukannya