Uni Eropa dan Konflik di Wilayah Basque Country
Kerangka Kerja dalam Menghadapi Terorisme.
86
Spanyol menjadi inisiator bersama Jerman dan Italia dalam kerjasama ini. Usaha perdamaian dengan
melibatkan ETA sulit terwujud selama kelompok ini masih ditetapkan sebagai organisasi teroris.
Sikap dari Pemerintah Spanyol pun menjadi penghalang dalam upaya penyelesaian konflik oleh Uni Eropa di Basque Country. Spanyol tidak ingin isu
mengenai kemerdekaan Basque dibahas di level Uni Eropa. Diplomat-diplomat Spanyol di Uni Eropa pun menghindari pembahasan mengenai kemerdekaan
Basque. Seperti, pada Mei 2001, diplomat Spanyol Javier Solana dari CFSP, dalam lawatannya ke Makedonia menolak membicarakan isu kemerdekaan
Basque. Ia berpendapat bahwa isu kemerdekaan dan konflik Basque sebaiknya diselesaikan oleh Pemerintah Spanyol sendiri. Uni Eropa tidak ingin mencampuri
masalah internal negara anggotanya.
87
Pada 14 Februari 2002, Spanyol yang memegang kursi Presiden Dewan Uni Eropa mendesak Parlemen Eropa untuk menolak usulan Juan Jose Ibarretxe
Presiden BAC Basque Autonomous Community agar Basque diberikan satu kursi di Parlemen Eropa. Ketua Komisi Eropa, Romano Prodi pun menyerahkan
menyerahkan isu Basque kepada internal Spanyol.
88
Penolakan usulan Ibarretxe membuat adanya himbauan dari juru bicara Herri Batasuna-Jose Alvarez terhadap
86
Stefanie Pleschinger, Allied Against Terror: Transatlantic Intelligence Cooperation, Journal of Yale University, 2006,hlm.55
87
EU Chief Solana Avoids Basque Issues terdapat di http:www.realitymacedonia.org.mkwebnews_page.asp?nid+2440 diakses pada 10
September 2014
88
Basque Tax Madrid on EU Representation dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.93
46
warga Basque untuk menolak segala hal yang berbau Uni Eropa, termasuk memboikot Referendum Konstitusi Eropa. Uni Eropa dipandang mengabaikan
realita yang terjadi di Basque dan di dalam konstitusi tersebut hanya mementingkan kepentingan Eropa dan negara-negara anggotanya, tetapi Uni
Eropa tidak membebaskan wilayah regional untuk menentukan nasib sendiri.
89
Uni Eropa tidak mudah mengatasi konflik di Basque Country seperti halnya di Irlandia Utara. Menurut anggota Parlemen Eropa dari Partai Aralar yang
tergabung dalam European Free Alliance-Inaki Irazabalbeitia
90
, penyelesaian konflik di Basque Country bukanlah kompetensi Uni Eropa. Uni Eropa akan
mengambil langkah tergantung pada sikap Pemerintah Spanyol.
91
Uni Eropa memilih berkompromi dengan kelompok moderat Basque seperti PNV dan BAC
Basque Nationalist Party, sedangkan dengan ETA, Spanyol dan Uni Eropa masih melarang segala macam aktifitas politik.
Uni Eropa memercayai Spanyol sebagai negara yang demokratis dan dapat mengatasi masalah di Basque Country. Upaya penyelesaian konflik di Basque
Country dapat terselesaikan dengan cara-cara politis. Faktanya saat ini, di Basque Country tidak hanya dihuni oleh etnis Basque. Dalam beberapa dekade terakhir,
warga Basque Country mengalami peningkatan signifikan dari orang-orang non-
89
Situs berita eubusiness.com EU Vote Has Regional Powerhouses Devided in Spain terdapat di http:www.eubusiness.comInstitutions050215024125.ktzvwj5 diakses pada 14
September 2014
90
European Free Alliance dibentuk di Brusel tahun 1981 da resmi menjadi kelompok parlemen resmi thun 1999 adalah kelompok yang dibentuk oleh beberapa anggota Parlemen Eropa
yang mewakili region, minoritas, stateless-nations dari Catalunya, Corsica, Galicia,Flanders, Latvia, Skotlandia, Wales dan Basque Country
.
The European Free Alliance Group in the European Parliament
91
Balasan email interview penelitian ini via inaki.irazabalbeitiaep.europa.eu pada tanggal 4 September 2014
47
etnis Basque yang justru menolak memisahkan diri dari Spanyol.
92
Akan tetapi, rakyat Basque saat ini menginginkan otonomi yang lebih luas dibandingkan upaya
untuk merdeka.
93
Bagi Uni Eropa sendiri, kemerdekaan Basque Country bukanlah hal merugikan bagi Uni Eropa. Basque Country akan secara otomatis menjadi
anggota Uni Eropa jika merdeka dari Spanyol. Wilayah regional dan sub-nasional di Eropa seperti Basque Country tidak anti-Uni Eropa. Basque Country hanya
menolak pengendalian oleh pemerintah pusat. Spanyol sangat menghindari kemerdekaan Basque Country yang selama ini menjadi penyokong ekonomi
Spanyol. Tetapi kehadiran kelompok radikal ETA yang menjadi bahan pertimbangan Uni Eropa dalam mendukung kemerdekaan Basque Country.
Uni Eropa akan menghadapi konsekuensi jika Basque Country memisahkan diri dari Spanyol, maka warga non-etnis Basque yang tinggal dan
bekerja di Basque Country selama beberapa generasi akan menghadapi resiko diskriminasi dari kelompok radikal ETA yang selama ini memperjuangkan
kemerdekaan Basque.
94
Diskriminasi akan menimbulkan potensi pelanggaran pasal 27 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang menyatakan :
95
“In those States in which ethnic, religious or linguistic minorities exist, persons belonging to such minorities shall not be denied the right, in community
92
Lindsay Murphy, EU Membership and an Independence Basque State, Peace International Law Review, Vol.19, Iss.2, Art.7, 2007, hlm.345
93
Balasan email interview penelitian ini via inaki.irazabalbeitiaep.europa.eu pada tanggal 4 September 2014
94
Murphy, EU Membership, hlm.345
95
International Covenant on Civil and Political Rights file pdf terdapat di http:ec.europa.eujusticepoliciesprivacydocs16-12-1996_en.pdf
48
with the other members of their group, to enjoy their own culture, to profess and practise their own religion, or to use their own language”
“Negara-negara dengan etnis, agama atau bahasa minoritas, kelompok minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya , di masyarakat, dengan anggota
lain dari kelompok mereka, menikmati budaya mereka sendiri, menganut dan menjalankan agama mereka sendiri, atau menggunakan bahasa mereka sendiri.”
Alasan tersebut disimpulkan dari Uni Eropa yang menilai bahwa ETA telah melakukan pelanggaran HAM dalam konflik di Basque Country.
Pelanggaran HAM tersebut seperti, aksi penculikan, serangan, pembunuhan, pemerasan dan ancaman terhadap warga sipil yang tidak mendukung penuh
kemerdekaan Basque.
96
Uni Eropa mendukung penuh Spanyol untuk memerangi dan menumpas kelompok separatis ETA.
Terdapat dua faktor ketidakhadiran Uni Eropa dalam proses mediasi dan dialog konflik di Basque Country. Pertama, sejak runtuhnya rezim diktator
Franco, Spanyol telah memenuhi syarat mutlak menjadi anggota Uni Eropa menjadi negara demokrasi yang stabil, modernisasi sistem sosial dan perlindungan
kaum minoritas.
97
Uni Eropa memandang Spanyol mampu mengakomodasi wilayah-wilayah regionalnya dengan memberikan otonomi yang begitu luas
terutama di wilayah Basque sejak diberlakukannya Statuta Guernika tahun 1979. Hal tersebut
98
96
Murphy, EU Membership, hlm.344
97
Sekilas Uni Eropa terdapat di http:eeas.europe.eudelegationsindonesia diakses pada 15 September 2014
98
Gaurko Gaiak, Basque Participation in Decision-Making by the European Union Council of Ministers Would Be Possible if There Was Political Will on the Part of Madrid,
49
Kedua, pada tahun 1986, Spanyol bergabung dengan EEC European Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Eropa. Lawrence Wilde
mengemukakan bahwa Uni Eropa adalah sebuah kelompok kapitalis yang membawa agenda-agenda neo-liberal,
99
setelah diberlakukannya Single European Act pada tahun 1986, bertepatan dengan aksesi Uni Eropa di Spanyol.
100
Sebagai sebuah kelompok kapitalis, Uni Eropa berkepentingan melindungi aset modal
investasinya di Spanyol. Konflik akan menjadi batu sandungan bagi kepentingan Uni Eropa di negara-negara anggotanya, sehingga Uni Eropa lebih mendukung
kelas atau kelompok yang lebih dominan dan berideologi sejalan. Uni Eropa memandang konflik antara Pemerintah Spanyol dan ETA yang berhaluan kiri
akan mengganggu proses integrasi ekonomi Uni Eropa di Spanyol, sehingga Uni Eropa lebih memilih mendukung Spanyol, karena besarnya investasi mereka di
Spanyol. Meskipun demikian, Uni Eropa mencoba bersikap demokratis dalam
menyikapi isu separatisme di Basque Country. Uni Eropa mengijinkan BAC Basque Autonomous Community memiliki perwakilan di Brussel markas Uni
Eropa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Spanyol pada tahun 1988, dua tahun pasca keanggotaan Spanyol di Uni Eropa tahun 1986.
101
99
Common Agriculture Policy dalam Sembiring, Kekerasan dan kebebasan, hlm.91
100
Sejarah Pembentukan Uni Eropa terdapat di http:www.indonesianmission- eu.orgwebsitepage943418664200310095958555.asp diakses pada tanggal 15 September
2014
101
Pemerintah Spanyol mempertanyakan legitimasi perwakilan Basque di Uni Eropa dinilai akan mengancam persatuan Spanyol dalam urusan luar negeri. Pemerintah lokal Basque
beralasan bahwa dalam konteks Uni Eropa entitas sub-nasional memiliki hak mempertahankan kepentingan mereka. Hingga pada tahun 1994 Mahkamah Konstitusi
Spanyol hanya mengijinkan aktifitas tertentu terhadap perwakilan Basque di Brussel dan melarang membuat sebuah kebijakan yang berseberangan dengan kebijakan luar negeri
50
Uni Eropa tidak mengabaikan isu-isu sub-nasional yang terjadi di negara anggotanya. Pada tahun 1988, Komisi Eropa membentuk CCRLA the
Consultative Council of Regional and Local Authorities. Badan khusus tersebut ditujukan untuk mengasosiasikan otoritas sub-nasional dan mengimplementasikan
kebijakan Uni Eropa di wilayah-wilayah regional. CCRLA tidak memiliki fungsi perwakilan yang jelas, CCRLA hanya diberi fungsi sebagai penasihat tidak
memiliki efek yang mengikat.
102
Pada Traktat Maastricht tahun 1994, Presiden Komisi Eropa Jacques Delors membentuk lembaga yang merepresentasikan daerah-daerah regional, sub-
nasional dan etnis minoritas yang bernama CoR Commite of Region.
103
Atas desakan dari Wilayah-wilayah regional yang meminta Uni Eropa memberikan
tempat khusus kepada pemerintah regional, karena melihat kecenderungan desentralisasi di negara-negara anggota Uni Eropa.
Sejak didirikannya CoR, wilayah-wilayah regional mendapat pengakuan di lingkup Uni Eropa. CoR diberi mandat untuk mengakomodasi isu ekonomi,
sosial, kerjasama transnasional, kesehatan publik, pendidikan dan budaya. CoR dapat menyampaikan pendapat yang relevan dalam level regional, tetapi CoR
tidak memiliki efek yang mengikat. Setelah diberlakukannya Traktat Lisbon pada 1 Desember 2009, Uni Eropa memberikan hak bagi CoR untuk mengajukan
Spanyol. Ibrahim Saylan, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scottish, Basque and Kurdiss Cases, Phd.Dissertation Department
of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011,hlm.274
102
Piccioli, European Integration and Stateless Minorities, hlm.24
103
Christopher K. Connolly, Independence in Europe : Secession, Sovereignty, and the European Union, Duke Journal of Comparative International Law Vol.24:51, 2013, hlm.79
51
permohonan kepada the European Court and justice untuk membatalkan proposal legislatif .
104
Pada pemilu Parlemen Eropa tahun 2009, PNV ambil bagian dalam Coalition for Europe yang terdiri partai-partai dari regional lain di Spanyol
seperti, Democratic Convergence of Catalonia, the Democratic Union of Catalonia, the Valaencian Nationalist Bloc, the Majorcan Union, the Canarian
Coalition, and the Andalusian Party. PNV pun memiliki perwakilan di CoR melalui kelompok Aliansi Demokrat dan Liberal untuk Eropa.
105
Dalam Traktat Maastricht pasal 146, Uni Eropa memberikan kesempatan kepada negara-negara anggota untuk memberikan hak kepada perwakilan regional
menjadi delegasi dalam Council of Ministers badan utama pengambil keputusan di Uni Eropa. Basque Country tidak memiliki peran nyata dalam pengambilan
keputusan di Brussels. Pemerintah Spanyol hanya mengijinkan pemerintah pusat memiliki kursi di meja pengambil keputusan Council of Ministers. Pemerintah
Spanyol tidak memberikan tempat untuk institusi Basque Country dan menurut pihak Spanyol tidak ada kepentingan di Basque Country yang perlu
diperjuangkan.
106
104
Art.8 Protocol on the Application of the Principles of Subsidiarity and Proportionality, Lisbon Treaty, 2009 dikutip oleh Ilaria Piccioli, European Integration and Stateless Minorities :
the Trajectory of Basque Nationalism, Phd Thesis of Department of History and Political Science LUISS-GUIDO CARLI, Rome, 2010, hlm.25
105
Ibrahim Saylan, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scotish, Basque and Kurdish Cases, Phd.Dissertation Departement of Political
Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011, hlm.275
106
Gaiak, Basque Participation in Decision-Making, hlm.10
52
Upaya-upaya dengan cara-cara politis melalui CoR dalam menanggapi isu sub-nasional di Basque Country masih belum cukup mengakomodasi kepentingan
Basque. Uni Eropa pun menggunakan mekanisme lain dalam upaya meredam konflik. Uni Eropa memiliki kebijakan regional Eropa melalui program
pemberdayaan wilayah-wilayah regional dan sub-nasional dengan instrumen bantuan ekonomi melalui program Structural Funds.
107
Program kebijakan regional Eropa periode 2007-2013 melalui Structural
Funds ditujukan langsung ke wilayah-wilayah regional termasuk Basque Coutry. Dengan upaya Uni Eropa tersebut, Uni Eropa memandang bahwa instrumen
bantuan ekonomi akan membuka peluang terciptanya perdamaian di wilayah Basque Country. Skema dan mekanisme kebijakan regional Eropa di Basque
Country serupa dalam penanganan konflik di Irlandia Utara. Perbedaan mendasar hanya pada proses perdamaian. Konflik di Irlandia Utara telah selesai dengan
terciptanya perjanjian perdamaian melalui Good Friday Agreement, sementara di Basque Country masih belum mencapai kesepakatan perdamaian antara ETA dan
Pemerintah Spanyol.
107
Piccioli, European Integration and Stateless Minorities, hlm.32
53