Sirang so Sirang Terjadi Akibat Tidak Memiliki Anak atau Anak Laki- Laki

dengan memarahinya, memukulnya, membentaknya dan tindakan lain yang semacamnya.

4.4.3 Sirang so Sirang Terjadi Akibat Tidak Memiliki Anak atau Anak Laki- Laki

Menurut pandangan orang Batak Toba, kebudayaannya memiliki sistem nilai budaya yang amat penting,yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka secara turun-temurun yakni kekayaan hamoraon , banyak keturunan hagabeon, dan kehormatan hasangapon. Yang dimaksud kekayaan ialah harta milik berujud materi maupun non-materi yang diperoleh melalui usaha atau melalui warisan. Keturunan juga termasuk ke dalam kategori kekayaan. Banyak keturunan ialah mempunyai banyak anak, cucu, cicit dan keturunan-keturunannya. Oleh karena itu bagi orang Batak Toba, mempunyai anak dapat dikatakan harus atau wajib sebagai penerus keturunan agar nama keluarga atau marga tidak putus begitu saja, dan dalam hal ini wajib anak-laki-laki sebagai pembawa garis keturunan selanjutnya. Mendapatkan keturunan adalah harapan bagi setiap pasangan yang telah menikah, baik di suku Batak Toba maupun di suku manapun. Oleh karena itu tidak adanya kehadiran seorang anak atau keturunan dalam suatu hubungan perkawinan pada masyarakat Batak Toba sangat menjadi masalah begitu juga sama bermasalahnya dengan ketidak adanya keturunan atau anak laki-laki dalam suatu keluarga Batak Toba. Ketidakhadiran seorang anak didalam keluarga menjadi pemicuk konflik antara pasangan suami isteri. Kesalahan yang paling sering di tumpahkan kepada isteri dengan menyalahkan dan menuduh isteri tidak mampu memberikan Universitas Sumatera Utara keturunan. perempuan sekarang lebih berani melawan tekanan yang selalu diarahkan kepada mereka, sekarang ini sudah banyak perempuan yang melawan dogma yang telah dibudayakan oleh sistem patriarkhi yang dimana perempuan selalu yang disalahkan. Perempuan sekarang lebih berani mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya. Ketidakbahagiaan di dalam rumah tangga akibat penekanan membuat perempuan berani untuk menuntut Sirang so Sirang berpisah daripada diduakan oleh perempuan lain gara-gara tidak bisa punya anak atau punya anak laki-laki. Hal tersebut diatas dialami oleh Ibu N.M 45 Tahun, begini yang dikatakan oleh Ibu yang memiliki seorang anak angkat ini, “……setiap hari namboru selalu di ditekan. Mertua namboru setiap hari datang ke rumah hanya untuk membujuk namboru supaya ijinkan suami namboru menikah lagi supaya dapat anak. Karena namboru gak mau juga setelah dipaksa-paksa tiap hari, mertua namboru malah membujuk-bujuk suami namboru untuk ninggalin namboru. Karena gak mau diduain, namboru lebih baik milih pisah aja dan tinggal berdua aja sama anak angkat namboru….” Seperti yang dialami oleh N.M, Ibu ini mengambil keputusan untuk berpisah Sirang so Srang pada saat itu adalah akibat dari rasa kekecewaan nya terhadap perlakuan yang diterimanya terus menerus dari pihak suami dan keluarga suaminya.Selain itu juga tidak jarang dalam suku Batak Toba terjadi perselisihan dalam rumah tangga dengan keluarga besarnya. Seperti antara isteri dengan pihak mertuanya karena tidak memiliki anak laki-laki. Dalam keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, si suami terkadang merasa rendah di dalam keluarga besarnya. Sehingga pada zaman dahulu suami disuruh lagi mencari isteri yang baru agar mendapatkan anak laki-laki, dan terlebih dulu meminta ijin dari isteri Universitas Sumatera Utara pertama. Sehingga pada zaman dahulu dalam suku Batak Toba itu banyak yang polygami atau marimbang. Ketidakhadiran seorang anak laki-laki dalam sebuah rumah tangga sering kali yang disalahkan adalah isteri, yang tidak mampu memberikan anak laki-laki dalam keluarga tersebut. Seringkali tekanan di rasakan seorang isteri dari pihak keluarga suaminya atau mertuanya yang sangat menggangu keharmonisan rumah tangga tersebut. Tuntutan dari keluarga besar untuk memiliki anak laki-laki mendapatkan tekanan kepada suami, yang suami itu terkadang di rendahkan atau dilecehkan. Seperti yang dialami oleh Ibu NM 49 Tahun. “….mertua mak tua ke rumah kami yang maksa mak tua ngalah biar suami mak tua kawin lagi supaya dapat anak laki-laki. Karena kami hanya punya anak perempuan. Padahal dokter bilang mak tua sehat-sehat aja, mungkin kami harus lebih sabar lagi. Tapi itu terus yang jadi bahan pertengkaran. …. pokoknya mak tua udah gak tahan lagi lihat kelakuan suami mak tua, makanya dari pada mak tua pusing mikirinnya, mending mak tua pisah aja, biar gak ada lagi urusan yang bikin pening kepala.” Selain tidak memiliki anak atau keturunan, hal yang tidak jarang juga menjadi masalah atau konflik oleh suatu keluarga khususnya dalam keluarga Batak Toba adalah tidak adanya hadir anak laki-laki dalam keluarga. Hal tersebut sama saja halnya dengan tidak mempunyai keturunan yang seharusnya meneruskan, mewarisi atau juga membawa nama keluarga Marga.

4.4.4 Sirang so Sirang Terjadi Akibat Permasalahan Ekonomi Rumah Tangga