nilai dan stereotip jender yang berlaku terbentuk sebagai hasil tarik-menarik dari kekuatan sosial budaya pada masyarakat Batak Toba.
Salah satu ajaran agama Kristen dalam Efesus 5:22 terhadap keluarga dikatakan “Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan
Kristus., Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuhmu” Istri tunduk kepada suaminya karena dia kepala yang menyerahkan hidupnya bagi
sang istri. Suami harus tunduk kepada istrinya dengan mengasihinya seperti Kristus mengasihi Jemaat - dengan menyerahkan hidupnya bagi sang istri. Anak-
anak tunduk kepada orang-tuanya dengan mentaatinya. Para ayah tunduk kepada anak-anak dengan membesarkan mereka untuk mengenal Tuhan. Sama dengan
hamba-hamba dan tuan-tuan. Dengan adanya nilai-nilai, norma dan agama dalam sebuah keluarga akan
mempersempit terjadinya pemutusan hubungan perkawinan dengan perceraian. Adanya norma dan agama yang mengikat keluarga agar keluarga tersebut berjalan
sesuai dengan harapan. Banyaknya sekarang ini keluarga yang mengalami Sirang so Sirang membuat peneliti tertarik untuk meneliti “ Realitas Sirang So Sirang di
kalangan masyarakat Suku Batak Toba di kota Medan”, adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan agama yang selalu dipegang teguh oleh masyarakat
tetapi sudah banyak keluarga yang bukan lagi menjadi keluarga yang diharapkan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan adat tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Universitas Sumatera Utara
1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya Sirang So Sirang dalam hubungan perkawinan dalam Batak Toba Kristen selain nilai adat dan agama?
2. Bagaimana interaksi atau hubungan suami atau isteri dan keluarga yang mengalami Sirang so Sirang tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya Sirang so
Sirang dalam perkawinan suku Batak Toba Kristen selain nilai adat dan agama. 2. Untuk mengetahui bagaimana interaksi atau hubungan antara suami atau isteri
dan keluarga yang mengalami Sirang so Sirang.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan perpisahan Sirang so Sirang yang
terjadi dalam masyarakat Batak Toba Kristen.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literature kajian terhadap perkembangan ilmu sosiologi. Sekaligus menjadi acuan bagi penelitian
berikutnya khususnya kajian yang berhubungan dengan perpisahan Sirang so Sirang dalam masyarakat Batak Toba Kristen.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Definisi Konsep
Konsep adalah suatu istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau yang menyatakan suatu ide gagasan untuk
memperjelas suatu keadaan suatu penelitian Iqbal Hasan 2002;17. Untuk menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat dalam
penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai sebagai berikut : a. Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Untuk itu suami istri perlu saling melengkapi agar masing-masing dapat mengembanggkan
kepribadiannya mencapai kesatuan sejati dalam perkawinan. b. Perkawinan Pada Masyarakat Batak
Perkawinan pada masyarakat Batak adalah penerimaan status baru dengan sederetan hak dan kewajiban baru serta pengakuan status baru oleh orang lain dan
bukan hanya melibatkan pasangan suami istri saja tetapi juga keluarga dari kedua belah pihak dengan awal acara pemberkatan pernikahan di gereja oleh pendeta
lalu dilanjutkan oleh acara adat. c. Keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga
sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan social bagi suami isteri, ayah dan ibu, putra dan putrid, saudara
laki-laki dan perempuan dan merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama
Universitas Sumatera Utara
d. Batak Toba Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara
berasal dari Sumatera Utara. e. Adat Batak
Adat batak adalah persatupaduan kerohanian dan kemasyarakatan yang meliputi kehidupan, keagamaan, hukum, kemasyarakatan ataupun kekerabatan
dan sebagainya. f. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama dalam waktu yang cukup lama sehingga suatu kesatuan social dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas Soekanto : 1982 g. Sirang So Sirang
Sirang so Sirang adalah status sebuah keluarga yang tidak jelas hubungannya. Dimana keluarga tersebut dikatakan cerai kenyataannya tidak
dikatakan masih ada hubungan juga tidak karena keluarga tersebut tidak menjalankan fungsi keluarga itu sebagaimana seharusnya sebagai keluarga.
h. Realitas Sosial Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak
terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi,
dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif. i. Masalah Sosial
Masalah sosial adalah gejala atau fenomena sosial yang tidak sesuai antara apa yang dikehendaki masyarakat dengan apa yang terjadi. Beberapa masalah
Universitas Sumatera Utara
sosial penting yang sering muncul dalam kehidupan di masyarakat diantaranya kemiskinan, kejahatan, disorganisas keluarga, masalah remaja, masalah kelainan
seksual dan masalah kependudukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Koenjaraningrat 2002 bahwa perkawinan merupakan suatu saat yang terpenting pada daur hidup dari semua manusia diseluruh dunia, karena
merupakan saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga. Perkawinan adalah penerimaan status baru dengan sederatan hak dan kewajiban
yang baru serta pengakuan status baru oleh orang lain. Perkawinan membentuk satu tali hubungan sosial yang baru dan juga jumlah anggota keluarga
bertambah. Masuknya keluarga suamiisteri menimbulkan banyak sekali peran kewajiban baru dan juga penyesuaian dan ketegangan-ketegangan baru. Oleh
karena itu suatu perkawinan menimbulkan berbagai macam akibat, yang juga melibatkan banyak sanak keluarga termasuk suami itu sendiri. Menurut
H.R.Otje Salman Soemadingrat 2002;173 perkawinan adalah implementasi perintah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah
tangga dalam ikatan-ikatan kekeluargaan. Emile Durkheim mengatakan bahwa “ ikatan kekeluargaan perkawinan
dengan suasana tradisi dan adat-istiadat oleh karena adanya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat akan bergeser kearah kontrak berdasarkan pengaturan
oleh Negara” Doyle,1990. Ada banyak tantangan yang muncul dalam kehidupan perkawinankeluarga dewasa ini: 1 Goncangnya lembaga perkawinan akibat dari
polygamy permaduan. 2 Melunturnya cinta suami isteri. 3 Faktor penghambat luar keluarga yaitu keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan,
hukum perundang-undangan yang mentolerir perceraian, ledakan penduduk,
Universitas Sumatera Utara
keadaan sosio-psikologis yaitu perubahan fungsi ayah dari strukstur patriakhat kepada nuclear family, pandangan tentang perceraian cenderung permisif,
pandangan dan praktek seks sebagai konsumsi, komersialisasi seks BKKBN,2004. Clayton mengatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem
sosial yang didalamnya memiliki unsur-unsur sanksi, kekuasaan, fasilitas, kedudukan dan peran serta tujuan bersama keluarga yang terdiri dari suami, isteri,
dan anak yang secara otomatis memiliki peran dan fungsinya masing-masing, yang pada akhirnya membangun perilaku pada pola interaksi didalam suatu
keluarga nantinya juga akan menentukan dan ikut mempengaruhi keharmonisan dan ketidakharmonisan dalam keluarga Kamanto Sunarto, 2000.
Pada dasarnya, di antara para sosiolog menghadapi masalah dalam menjelaskan konsep keluarga, tetapi mereka berupaya menjembataninya dengan
memberikan definisi pada beberapa konsep kunci mengenai keluarga. Beberapa konsep kunci yang dibahas oleh kalangan sosiolog diantaranya keluarga, sanak
famili dan pernikahan. Giddens misalanya, mendefinisikan keluarga dengan ‘sekelompok orang yang mempunyai kaitan langsung hubungan kerabat kin
yang di dalamnya terdapat orang-orang dewasa yang bertanggungjawab dalam pengasuhan anak’ Giddens, 2001:173. Sementara menurut yang lainnya,
keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang satu sama lain memiliki hubungan keturunan, pernikahan atau adopsi Parsell, 1987:295, Kornblum,
2000:502, Macionis, 2000:299 memiliki kerjasama dalam pemenuhan ekonomi dan pengasuhan anak Zenden, 1988:337. Menurut Sunarti 2004, 63 dalam
sosiologi keluarga biasanya dikenal pembedaan antara keluarga yang bersistem kongjunguinal dan keluarga bersistem kongnjugal. Keluarga yang bersistem
Universitas Sumatera Utara
kosanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah. Misalnya hubungan seseorang dengan orangtuanya.Keluarga yang bersistem Konjugal menekankan
pada pentingnya hubungan perkawinan antara suami istri yang cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orang tua. Lembaga keluarga
memegang peranan penting dalam setiap masyarakat. Lembaga ini memegang fungsi sebagai pengaturan seksual, penerus keturunan, sosialisasi, kasih sayang,
penentuan status sosial seseorang, perlindungan dan ekonomi. Keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan,
darah atau adopsi; dan juga merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan social
bagi suami isteri, ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan dan merupakan pemeliharaan kebudayaaan bersama. Sumber kebahagiaan manusia
umumnya berasal dari hubungan sosial. Baik itu merupakan hubungan cinta atau kekuasaan, hubungan itu mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang
lain, demikian halnya terhadap kepuasan-kepuasan yang tidak mementingkan diri sendiri. Pekerjaan yang dilakukan seorang diri pun menimbulkan kebahagiaan.
Penderitaan dan kebahagiaan manusia itu ditentukan oleh perilaku orang lain. Sama halnya pada tindakan manusia yang mendatangkan kesenangan di satu
pihak, menimbulkan ketidaksenangan pada pihak lain. Pada Masyarakat Batak memandang bahwa perkawinan sebagai hal yang sakral,
suci, perpaduan hakikat kehidupan antara laki-laki dengan perempuan menjadi satu bukan sekedar membentuk rumah tangga dan keluarga. Perkawinan itu
sangat penting bagi masyarakat Batak sehingga ada istilah balga anak pasohotan, magodang boru pamulion asa marhasohotan maksudnya bahwa
Universitas Sumatera Utara
setiap anak laki-laki dan perempuan yang sudah beranjak dewasa sudah saatnya memikirkan jodohberumahtangga.
2.1. Teori Pertukaran Sosial