Gambaran Masyarakat Kota Medan

4.1.2. Gambaran Masyarakat Kota Medan

Penduduk asli Sumatera Utara adalah suku bangsa Melayu yang berdiam di Pesisir Timur Sunatera Utara. Penduduk pada daerah ini sebagian besar hidup dari mata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Penduduk lainnya yang berada didaerah pedalaman sumatera utara , seperti suku bangsa batak umumnya adalah bermata pencaharian sebagai petani dan mengusahakan hasil hutan, sedangkan pola mata pencaharian suku lainnya yang merupakan pendatang berkembang sesuai dengan perkembangan perkebunan-perkebunan yang dibuka pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Untuk menopang perkembangan perkebunan pada masa dibuka oleh pemerintah Belanda , mereka menjalankan politik “pintu Terbuka” bagi pendatang atau perantau dari berbagai daerah didalam negeri maupun dari luar negeri. Kebijakan ini merangsang berbagai suku bangsa yang ada disekitar Sumatera Timur seperti Aceh, Batak dan Minangkabau untuk dating merantau ke Sumatera Utara dan kota yang menjadi sarana utama dari perantau itu adalah Kota Medan. Persentase jumlah penduduk kota Medan dilihat dari kelompok Etnis pada tahun 2009 terdapat suku bangsa jawa dengan jumlah penduduk laki-laki sekitar 33,02 dan penduduk suku jawa perempuan adalah 33,03, maka jumlah penduduk untuk etnis suku jawa sebanyak 33,03, suku Batak Toba dengan persentase penduduk laki-laki sebanyak 19,06 dan penduduk etnis toba perempuan sebanyak 19,35 , sehingga jumlah penduduk Batak Toba berjumlah 19,21. Penduduk etnis Cina laki-laki sebanyak 10,65, dan perempuan 10,66 sehingga jumlah penduduk etnis Cina sekitar 10,65. Etnis Mandailing dan Angkola laki-laki sebanyak 9,37 dan perempuan sebanyak 9,38 sehingga Universitas Sumatera Utara jumlah penduduknya sekitar 9,38. Etnis Minang laki-laki sebanyak 8,72 dan perempuan sebanyak 8,48 sehingga jumlah penduduknya sekitar 8,60. Penduduk Suku Melayu sekitar 6,59. Suku Karo berjumlah 4,20, Aceh memiliki persentase jumlah penduduk sekitar 2,78, Simalungun berjumlah 0,69, Nias berjumlah 0,69, Pakpak berjumlah 0,34 dan suku lainnya terdapat persentasenya sekitar 3,95.Kota Medan Dalam Angka, 2009. Dari data diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk yang lebih mayoritas adalah suku Jawa, sedangkan yang paling rendah persentasenya adalah suku Pakpak. Dalam penelitian yang dilakukan bahwa yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Suku Batak Toba yang jumlah persentase penduduknya di Kota Medan adalah sekitar 19,21. Persentase laki-laki etnis batak toba sekitar 19,06 dan perempuan sekitar 19,35. Selisih antara jumlah persentase laki-laki dan perempuan Etnis Batak Toba yang ada di Kota Medan adalah 0,19. Masyarakat kota Medan pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta. Dengan potensi utama daerah dibidang agribisnis dan sektor pariwisata. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga akan bertambah. Hal ini hanya bisa diperoleh melalui peningkatan output agregat barang dan jasa atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan. Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH konstan tahun 2000 kota Medan selama periode 2005-2007, pertumbuhan ekonomi kota Medan selama Universitas Sumatera Utara periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 7,77 persen http:www.pemkoMedan.go.idperekonnomian -pertumbuhan.php. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam perkembangannya kota Medan tidak lepas dari peran suku bangsa pendatang misalnya etnis Cina, Batak, Jawa, Minang yang membaur dengan suku asli yaitu suku melayu. Kota Medan merupakan salah satu daerah yang sering dijadikan tempat dimana masyarakat lain datang untuk memulai hidup barunya untuk bekerja. Kondisi sosial ekonomi masyarakat kota Medan dapat digolongkan ekonomi yang memiliki perkembangan yang yang sangat maju, karena di daerah kota Medan merupakan daerah yang sangat strategis dan sangat banyak usaha-usaha yang ada. Sehingga di Medan sangat banyak lowongan kerja yang mampu menampung pekerja- pekerja, baik itu yang telah tamat dari perguruan tinggi yang ada di Kota Medan maupun yang berasal dari luar datang ke Medan hanya untuk mencari kerja. Ini menggambarkan bahwa kota Medan itu memiliki potensi ekonomi yang tinggi, yang tidak kalah dari daerah-daerah lain yang juga memiliki sosial ekonomi yang tinggi. http:www.kaskus.usarchiveindex.phpt-897381.html, selasa 13-2- 2010. Interaksi yang terbangun diantara berbagai suku tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi yang kebanyakan bergerak dalam sektor informal terutama sektor perdagangan. Perpaduan berbagai suku bangsa yang terdapat di kota Medan mampu menciptakan keadaan yang rukun, damai dan kondusif bagi iklim usaha dan perdagangan yang dapat memberikan citra yang positif bagi kota Medan, meskipun terdapat berbagai konflik yang terjadi, tetapi masing-masing kelompok Universitas Sumatera Utara atau masyarakat masih mampu mengendalikan atau meredam konflik tersebut, sehingga kota Medan yang dikenal dengan kota yang masyarakatnya majemuk dikatakan sebagai salah satu kota yang paling aman dan rukun. Dengan keadaan tersebut kota Medan sering dijadikan salah satu wilayah tujuan urbanisasi dari berbagai wilayah di Indonesia. Ini dilihat dari permukiman yang ada di kota Medan yang saling berdekatan dan mempunyai tingkat solidaritas yang cukup baik. Dilihat juga dari berbagai suku etnis dan agama yang saling berdekatan dan dapat menjalin hubungan dengan baik. Masyarakat setempat membentuk kelompok-kelompok seperti STM serikat tolong-menolong baik sesama etnis dan lain etnis, kumpulan marga dan sebagainya http:www.binawargahki.blogspot.com201002html, pkl. 18.30. Interaksi sosial yang terjadi antar etnis di kota Medan menunjukkan keberadaan penduduk kota Medan mengalami perkembangan pertumbuhan perekonomian, ini dilihat dari keberadaan penduduk kota Medan yang mempunyai keinginan bekerja keras. Perselisihan yang ada antar etnis tidak membuat penduduk kota Medan untuk terus berpacu dalam memajukan dan mensejahterakan kota Medan untuk dapat lebih maju lagi. Interaksi yang terjadi pada masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang merupakan interaksi yang sangat positif, dimana interaksi yang dijalin tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Tingkat perekonomian yang semakin maju dengan masuknya orang luar untuk membuka lapangan pekerjaan di kota Medan. Kebanyakan yang memiliki usaha-usaha yang ada di kota Medan adalah orang asing. Ini menggambarkan bahwa masyarakat kota Medan Wellcome dengan pendatang baru. Penduduk kota Medan yang memiliki masyarakat yang majemuk yang dimana masyarakat terdiri Universitas Sumatera Utara dari berbagai suku. Interaksi yang terjadi dengan masyarakat pribumi Sumatera Utara sangat terjalin dengan baik, ini terlihat dari konflik-konflik yang terjadi dapat di kendalikan agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan dan juga budaya kerjasama yang ada di Kota Medan yang dapat digolongkan dengan baik. Dalam bidang politik juga bahwa masyarakat tidak terlalu memandang SARA Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan terbukti dengan suku yang dapat digolongkan Minoritas dikota Medan dapat memimpin sebuah provinsi, itu merupakan wujud nyata yang dapat dilihat bahwa masyarakat tidak mempersoalkan yang namanya SARA. Persentase jumlah penduduk agama Islam di kota Medan sebanyak 67,83, persentase agama katolik sebanyak 2,89, Agama Kristen Protestan sebanyak 18,13, Agama Budha sebanyak 10,4 dan agama Hindu sebanyak 0,68 dan lainnya sekitar 0,07 . Dari data tersebut bahwa yang persentase jumlah penduduk yang tertinggi di Kota Medan adalah Agama Islam, sedangkan untuk Agama Kristen hanya 18,13. Dan yang menjadi sasaran dari penelitian adalah agama Kristen Protestan. http:www.pemkoMedan.go.idperekonnomian - pertumbuhan.php.

4.1.3. Gambaran Etnis Batak Toba Di Kota Medan