Teori Pilihan Rasional Realitas Sosial Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah)(Studi Kasus Pada Suami Dan Istri Di Etnis Batak Toba Kristen Yang Mengalami Sirang So Sirang Di Kota Medan)

2.2. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional umumnya berada dipinggiran aliran utama sosiologi tahun 1989 dengan tokoh yang cukup berpengaruh adalah Coleman, ia mendirikan jurnal Rationality and Society yang bertujuan menyebarkan pemikiran yang berasal dari perspektif pilihan rasional. Tori pilihan rasional Coleman menyebutkan ”Paradikma tindakan rasional” adalah satu-satu yang menghasilkan integrasi berbagai paradikma sosiologi. Coleman dengan yakin menyebutkan bahwa pendekatannya beroperasi dari dasar metodelogi individualisme dan dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelaskan fenomena tingkat makro. Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Dalam Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Teori pilihan rasional Coleman tanpak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditetentukan oleh nilai atau pilihan, tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi dimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Ritzer 2004:394. Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, Universitas Sumatera Utara yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku rasioanl, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan prilaku sistem sosial. Meski seimbang, namun setidaknya ada tiga kelemahan pendekatan Coleman. Pertama ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua ia mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah, dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan di antara fenomena mikro dan makro. Ritzer 2004:394-395. Masyarakat Batak Toba memandang perkawinan sebagai suatu hal yang sakral dan suci, yaitu perpaduan hakekat kehidupan antara laki-laki dengan perempuan menjadi satu bukan sekedar membentuk rumah tangga dan keluarga. Perkawinan itu sangat penting bagi masyarakat Batak sehingga ada istilah balga anak pasohotan, magodang boru pamulion asa marhasohotan yang artinya adalah setiap anak laki-laki dan perempuan yang sudah beranjak dewasa sudah saatnya memikirkan jodoh atau berumah tangga. Perkawinan pada masyarakat Batak Toba sangat unik. Keunikan ini menjadi cirri khas masyarakat Batak bahkan setelah memeluk agama Kristen. Pengaruh masuknya agama Kristen ini jelas kelihatan dalam masyarakat Batak sebab sebelumnya orang Batak boleh mempunyai banyak istri poligami tetapi setelah agama Kristen masuk maka keadaan pun berubah. Universitas Sumatera Utara Ajaran agama Kristen yang dianut masyarakat Batak tidak mengijinkan adanya poligami dan perkawinan diyakini sebagai suatu peristiwa yang sakral. Hanya Batak itu sendiri yang dapat merasakan bagaimana hikmat dan teguhnya perkawinan masyarakat Batak. Hanya nilai budaya yang diwarisi masyarakat Batak yang dapat menggambarkan apa yang mengikat perkawinan itu sehingga perkawinan itu dapat teguh. Pahit getirnya perkawinan harus dihadapi dengan kerelaan bersama antara suami dan istri. Terjadinya masalah-masalah yang ada dalam sebuah keluarga, tidak selamanya dapat diselesaikan dengan baik. Dan sebagian masalah tersebut terselesaikan berujung pada perceraian, dan sebagian masalah itu juga dipertahankan hanya mempertimbangkan hal-hal lain yang dianggap nantinya bisa diperbaiki. Tetapi, dalam sebagian keluarga tidak berani untuk mengambil keputusan untuk bercerai tetapi mencoba untuk lepas dari keluarga itu tanpa adanya keputusan yang jelas. Seperti halnya seorang istri yang memilih jauh dari keluarganya atau tidak lagi satu atap dengan suaminya. Itu dikarenakan dia tidak mendapatkan status bercerai, disatu sisi si istri masih menyandang status sebagai istri, di sisi lain dia tidak menjalankan fungsinya sebagai istri lagi. Terjadinya sirang so sirang dalam masyarakat itu di sebabkan oleh berbagai hal yang dimana istri atau suami itu membuat sebuah pilihan yang dianggap rasional dalam mengatasi masalahnya. Dalam teori pertukaran sosial bahwa seorang suami yang telah melakukan sirang so sirang kepada istrinya dimana si suami tersebut tidak mendapatkan sesuatu hal dari istrinya tersebut, tetapi dia bisa mendapatkannya dari yang lain. Seperti halnya dengan kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga. Dalam adat Batak Toba bahwa kehadiran Universitas Sumatera Utara seorang anak sangat diharapkan, apalagi anak laki-laki yang merupakan penerus garis keturunan. Seorang istri harus mampu memberikan seorang anak dalam sebuah keluarga, dan apabila tidak mampu memberikan anak tersebut, maka istri tersebut harus menerima dia di madu atau di ceraikan ataupun hal lainnya dari pihak keluarga suami. Sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan yang semakin tidak dapat terelakkan oleh setiap pihak, yang setiap hari semakin meluas, maka perubahan sosial dan budaya yang nyata tersebut juga berakibat pada berubahnya kehidupan keluarga. Terjadinya perubahan penilaian dan aspirasi individual serta kolektif manusia seperti juga cara berpikir manusia dan bertindak. Perubahan ini membawa kesulitan-kesulitan yang tidak sedikit juga pada keluarga. Dalam mengembangkan kemampuannya yang begitu luas, banyak keluarga tidak selalu sanggup mengendalikan kekuatannya untuk tetap bertahan dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian